Sesibuk apapun kita, jangan melupakan kwajiban pada sang pencipta. Allah sudah memberi kita nafas gratis, jadi jangan pernah melupakan untuk berterimakasih padaNYA.
Seorang gadis yang terbiasa dengan gedoran sang Umi di pintu kamarnya kini masih bergelut dengan nyaman dalam selimut di temani mimpi indah yang selalu dia harapkan akan menjadi kenyataan. Alarm diponsel yang sudah dia aktifkan, sudah dari tadi berbunyi hingga membuat orang yang ada di ranjang lain ikut terjaga dari tidurnya. Anisa dengan tergesa-gesa bangun dari ranjang besar miliknya, sungguh dia hampir ketinggalan waktu subuh. Dengan cepat dia turun dari ranjang dan memakai sendal rumah dan ingin segera masuk kedalam kamar mandi. Namun dia memberanikan diri menoleh pada ranjang yang lain di kamar yang sama dengannya. Dengan langkah pelan, Anisa memberanikan diri mendekati ranjang tempat suaminya terlelap. Suaminya ? sungguh miris sekali kehidupannya. Anisa tersenyum miris ketika kembali mengingat kata-kata laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya ini.
Meskipun ada rasa sedikit takut tangan Anisa perlahan terulur ingin membangunkan Dimas agar bisa shalat subuh berjamaah namun sesuatu di dalam sana kembali mecegahnya dan Anisa kembali menarik tangannya lalu melangakah masuk kedalam kamar mandi. Yah dia tidak boleh melewati batas meskipun laki - laki ini baik padanya.
Tanpa Anisa sadari laki-laki yang ingin dia bangunkan untuk menunaikan kewajiban bersama, sudah terjaga dari tidurnya karena bunyi alarm yang ada di ponselnya. Sesibuk apapun Dimas, Ayah dan Ibu selalu mengingatkan untuk tidak melupakan sang pencipta. Namun dia masih tetap berada di atas ranjang dengan kamar yang sedikit temaram, hanya lampu tidur di sisi ranjang Anisa yang menyala hingga membuatnya aman. dia akan membiarkan Anisa untuk shalat terlebih dahulu.
Selesai dengan kegiatannya, Anisa kembali merapikan peralatan shalat yang dia gunakan dan memabawanya kembali kedalam ruang ganti. Dengan lankah perlahan Anisa keluar dari ruang ganti dan duduk di depan meja rias. Menyisir rambut pajangnya lalu mengikatnya dengan rapih. Jilbab yang di letakkan di atas ranjang saat masuk ke kamar mandi tadi, dia raih kembali dan memakainya.
Masih tanpa Anisa sadari, laki - laki yang tadinya tengah terlelap sudah terbangun dari tidurnya dan terus memperhatikan gerak - geriknya dari atas ranjang. Selesai dengan kegiatannya di meja rias, Anisa kemudian bergegas keluar dari dalam kamar dan kembali menutup pintu dengan perlahan agar tidak mengganggu.
Terus melangkah nenuruni tangga dan langsung dan menuju dapur membereskan sisa - sisa makanan diatas meja bekas Dimas semalam lalu berjalan menuju wastafel. Anisa tersenyum karena Dimas memakan makanan yang dia sediakan semalam.
Hari ini hari terakhirnya cuti, beaok dia akan kembali beraktivitas seperti biasanya. Dengan sangat cekatan Anisa kembali menyiapkan bebrapa lembar roti untuk dia maaukkan kedalam pemanggang. Roti dengan olesan selai akan menjadi sarapannya dan Dimas hari ini, meskipun Anisa tidak berharap Dimas akan menyentuh makanan yang akan dia masak, sungguh tidak akan berharap lebih hnya agar dia tidak akan kecewa nantinya, namun Anisa tetap harus melaksanakan kewajibannya.
Selesai dengan menyiapkan sarapan di atas meja makan Anisa duduk di salah satu kursi untuk memulai sarapanya seorang diri tanpa embel-embel menunggu Dimas, seperti yang selalu para iatri lakukan.
Sejujurnya dia sangat ingin pergi ke dalam kamar untuk membantu menyiapkan segala keperluan Dimas, namun dia kembali mengurungkan niatnya. Rentu saja bukan dia tidak perduli pada suaminya hanya saja dia tidak ingin melewati batasan yang sudah di bentangkan oleh laki-laki itu.
Dimas sudah rapi dengan stelan jasnya berjalan menuju dapur, seperti yang selalu dia lakukan menyiapkan kopi untuk dirinya sendiri. Namun baru saja berjalan menuju tempat bubuk hitam itu berada, suara Anisa membuatnya berhenti.
Anisa mengangkat wajahnya dari piring yang maaih berisi roti menoleh sebentar pada suaminya yang kini juga sedang menatap datar kearahnya.
"Aku sudah menyiapkan kopi untuk mas Dimas" kata Anisa singkat kemudian kembali fokus dengan sarapannya.
Dimas masih memandang wanita yang sudah kembali melanjutkan makannya.
" Kamu tidak perlu melakukan itu cukup urus saja dirimu sendiri. Tidak perlu memperdulikan keberadaanku disini." kata Dimas dengan wajah datarnya, namun mengurungakan niatnya untuk menyeduh kopi untuk dirinya dan berjalan menarik kursi di depan Anisa kemudian duduk disana.
Dimas berniat meraih kopi yang dibuatkan Anisa untuknya, namun dengan cepat Anisa meraih kopi itu dan meminumnya. Sungguh dia sangat kesal dengan laki-laki yang duduk di hadapannya ini.
"Jika tidak tahu bagaimana caranya berterimakasih, cukup jangan membuat orang lain terluka dengan ucapan." Kata Anisa tegas. "Oh iya aku sudah selesai sarapan, dan jika mas Dimas tidak mau makan apapun yang aku sediakan tinggalkan saja disitu, akan aku suruh tukang bersih - bersih membawanya nanti." Anisa kemudian beranajak dari kursi tempatnya duduk lalu naik menuju kamarnya. Dia akan mandi, lalu pergi ke toko buku untuk membeli beberapa buku yang akan menemaninya di rumah kosong ini.
Dimas hanya terus memandang Anisa yang melewatinya. Ingin sekali dia marah namun merasa gemas dengan sikap berani yang ditunjukan gadis kecil ini.
Belum keluar dari pintu pembatas ruang makan dan ruang keluarga, Anisa kembali membalik tubuhnya menghadap kearah dimas yang kini sudah meraih segelas air putih juga roti yang tersedia di atas meja makan.
"Oh iya besok aku mulai bekerja kembali, jangan terlalu risih melihatku diperusahaan, lagipula tidak ada yang tahu tentang kita selain asistenmu itu. Tetaplah seperti biasanya, akupun akan melakukan hal yang sama padamu. Dan lanjutkan sarapanmu, tidak perlu gengsi itu akan membunuhmu. Lagipula makanan yang aku sediakan semalam juga habis mas makankan?" Setelah memberanikan diri untuk mengatakan kalimat panjang itu, Anisa kembali melanjutkan langkahnya dengan cepat menaiki tangga satu persatu menuju kamar tidur mereka.
Setealh pintu kamar tertutup, tubuhnya tersandar dipintu kamar dengan tangannya menahan detakan jantung yang terasa ingin keluar dari tempatnya.
Di ruang makan, Dimas tergelak dengan kata-kqta yang baru saja melincur dari gadis itu. Jujur saja dia juga merasa tidak enak, namun dia juga tidak ingin terlalu terlihat baik agar gadis itu tidak akan menaruh harapan lebih padanya. Dimas kembali meraih roti yang sudah di olesi dengan selai kemudian memakannya dengan perlahan. Merasa yakin gadis itu sudah kembali ke kamar mereka, Dimas meraih kembali cangkir kopi yang audah di minum Anisa tadi, masih ada sedikit tersisa disana. Dengan bibir yang tertarik keatas kembali mengingat keberanian Anisa tadi, padahal terlihat sangat jelas jelas jika gadis itu sedang ketakutan. Perlahan dia meneguk sisa kopi yang ada di cangkir itu sampai tandas. Kopi buatan Anisa sungguh sangat enak, apalagi di temani roti selai sunggub sangat nikmat.
Stelah selesai dengan sarapannya, Dimas melangkah keluar dari ruang makan menuju kamar dimana Anisa berada. Dia ingin meminta maaf karena sudah menyinggung gadis itu tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Jumadin Adin
gk ingin ikut campur...jgn menyiapkan apa² tp msh makan masakan anisa...dimas²
2023-01-15
0
moemoe
Kereeen s annisa
2022-06-19
0
kafa ainshod
ini ni yang kata orang tua, "cinta datangnya dari perut
2022-06-02
0