**Aku sudah menyusun kerangka cerita ini dengan baik, namun beberapa bulan lalu aku ngga tau gimana caranya menjabarkan biar jadi cerita yang bagus.
Semoga kalian suka yaa, dan selamat membaca 😊**
Setelah pertemuannya dengan Rania, Dimas kembali melajukan mobilnya menuju perusahaan. Sebenarnya masih ada dua hari lag untuk kembali bekerja namun dia masih belum ingin kembali kerumah dan hanya berdua dengan istrinya diapartemen.
Anisa juga bekerja di perusahaan milik Dimas, hanya saja cutinya masih tersisa dua hari lagi sama seperti dirinya, jadi untuk dua hari kedepan Anisa hanya akan ada di Apartemen tanpa melakukan apa - apa.
Gadis itu memang senang jika hanya terkurung didalam rumah, untuk itu Dimas memilih kembali ke kantor dan istirahat disana dari pada pulang ke apartemen dan berduaan dengan Anisa disana. Dan jika kembali ke rumah ayah dan ibunya, Dimas pasti akan di interogasi oleh ibunya.
Dimas meremas rambutnya ketika mengingat betapa rumitnya kehidupan yang dia jalani. Dalam hal ini tidak tahu siapa yang harus dia salahkan. Anisa, jelas saja tidak mungkin karena gadis itu juga hanyalah korban. Kedua orang tua mereka. Orangtuanya yang salah namun mana berani berani dia menyalahkan orang yang selalu mendahulukan kepentingannya. Baginya Ayah dan Ibu adalah orang yang selalu menjadi tempatnya untuk pulang.
********
Restoran tempat dia bertemu Rania tadi memang tidak terlalu jauh dari perusahaannya, tidak membutuhkan waktu lama jika jalanan Jakarta bisa di ajak bekerja sama.
"Sial aku sangat lapar." Ucap Dimas masih dengan sabar menikmati kemacetan di depannya. Karena masalahnya dengan Rania yang tidak teratasi dengan baik tadi dan belum mendapat titik terang, Dimas bahkan tidak sempat makan tadi padahal dia berada di restoran.
Setelah mobilnya sudah terparkir di dekan lobi kantor, Dimas bergegas keluar dari dalam mobilnya, seorang penjaga keamanan mendekat meraih kunci mobil dari Dimas untuk di parkirkan di tempat yang seharusnya.
Dengan langkah terburu-buru Dimas masuk kedalam kantor langsung menuju lift naik ke lantai tempat dimana ruangannya berada.
Melihat kedatangan Dimas di kantor siang ini, sekertarisnya terkejut, bagaimana tidak mereka tahu Dimas sedang cuti menikah dan mungkin tengah berbulan madu bersama istrinya yang sampai saat ini mereka tidak tahu siapa wanita yang sangat beruntung menikah dengan bos mereka itu. Namun kenapa laki - laki impian sejuta wanita ini tengah berada dihadapan mereka mereka sekarang.
"Siapakan makanan dan bawa keruanganku." Perintah Dimas pada salah satu sekertaris wanita.
"Baik pak, akan saya siapkan." Jawab Laura sopan.
Dimas sehera berlalu dan masuk kedalam ruangan dan berbaring disofa yang berada didalam ruangannya. Beberapa menit kemudian sahabat sekaligus asistenya masuk kedalam ruangan. Dia juga ikut terkejut ketika mendapati Dimas sedang terbaring di sofa di dalam ruangan.
Tio masih berdiri di dekat sofa melihat kearah laki - laki yang sedang berbaring disofa sesekali menarik nafas berat, Dia satu-satunya orang yang tahu serumit apa masalah yang sedang di hadapi laki - laki yang baru benerapa bulan ini dilayaninya. Dimas baru saja menggantikan kepemimpinan sang Ayah, dan Tio sudah bekerja dengan Ayah Dimas cukup lama namun sudah menjadi sahabatnya sekian tahun.
"Duduklah Tio kenapa kamu hanya berdiri disitu ? apa diruangan ini tidak ada tempat duduk ?" Kata Dimas ketus, karena laki-laki yang sudah sejak tadi masuk kedalam ruangannya ini hanya terus berdiri melihat kearahnya.
"Terimakasi pak." Jawab Tio formal kemudian mendudukkan tubuhnya di atas sofa yang sama dengan Dimas.
"Mau mati kamu ?? ngga usah sok cool gitu sialan." Ketus Dimas kemudian bangun dari baringnya untuk ikut duduk di sofa.
Mendapati umpatan dari sahabatnya itu, Tio tertawa terbahak-bahak. Dia yang paling tahu Dimas sangat frustasi dengan masalah yang sedang dia hadapi
"Kamu kenapa sih Dim ? Sudahlah lepaskan Rania dan belajar membuka hati untuk Anisa. Dia wanita yang baik dan tidak kalah cantik dari Rania." Kata Tio serius.
"Kamu benar - benar ingin mati di tanganku sekarang ? Bukanya membantu mencari jalan keluarnya, malah ngomong yang ngga masuk akal." Kesal Diams yang sudah duduk disamping Tio dengan tatapan membunuhnya.
"Itu dalah jalan satu - satunya Dim, pertimbangkan Anisa, dia gadis yang baik." Kata Tio lagi berusaha untukmemberikan pengertian pada sahabatnya ini.
"Kamu ingin aku hidup dengan gadis ingusan itu ? Kamu fikir aku pedofil." Ucap Dimas dengan suaranya yang semakin meninggi.
"Dia sudah dewasa Dimas, memang sih masih terlihat imut dan menggemaskan. Aku saja deg - degan melihat wajahnya yang manis itu." Kata Tio tersenyum membayangakan wajah istri dari sahabatnya yang begitu teduh tadi.
Dia baru bertemu dengan istri dari sahabatnya itu di Bandara hari ini, Dimas yang memintanya untuk datang dan mengantarkan Anisa ke apartemen mereka.
"Jangan melihatnya lama - lama Tio, dia istriku dapat dosa kamu." Ketus Dimas
Tio semakin terkekeh dengan sahabat yang sedang duduk di sampingnya ini. " Istrimu ? Jika menganggapnya istri, berhenti menemui Rania. Aku mengingatkan ini sebagai sahabatmu Dim, penyesalan akan selalu berada di belakang jadi jangan sampai kamu melakukan hal yang akan kamu sesali di kemudian hari." Ucap Tio panjang lebar.
" Aku akan menikahi Rania secepatnya." Ucap Dimas pelan namun masih bisa di dengar jelas oleh Tio yang membuat laki-laki itu segera beralih menatap Dimas tajam.
"Jangan bermain api jika tidak ingin api itu ikut membakar dirimu Dimas." Kata Tio tegas. Dia ingin memperingati sahabatnya ini, bahawa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. " Mungkin sekarang Anisa belum berarti apa-apa bagimu, tapi tidak ada yang bisa menjamin itu besok jika masih sama dengan hari ini." Sambungnya.
Obrolan mereka terhenti ketika seorang sekertaris mengetuk pintu dan masuk membawa makanan yang tadi dipesan oleh Dimas.
"Kamu bisa keluar Laura aku akan menyiapkan makanan untuknya." Kata Tio pada sekertaris yang membawakan makanan untuk atasan mereka ini.
"Baiklah pak, saya permisi." Jawab sekertaris itu lalu keluar dari ruangan Dimas.
Tio menata makanan yang di bawa oleh sekertaris tadi di atas meja dengan diam. Dia masih tidak habis fikir dengan apa yang ada di fikiran sahabatnya ini.
Banyak hal yang ingin Tio sampaikan pada laki-laki yang sudah di butakan oleh cinta di aampingnya ini. Namun dia mengurungkan niatnya, membiarkan Dimas memmakan makanannya terlebih dahulu dan menunggu dengan Diam.
"Kamu ngga ikut makan ?" Tanya Dimas.
"Aku sudah makan dengan Anisa tadi sebelum ke apartemen. Dia mengeluh lapar karena tidak sempat sarapan dirumah mereka." Ucap Tio bohong. Dia hanya ingin memastikan reaksi yang akan keluar dari wajah sahabatnya ini.
Namun Dimas hanya menganggukan kepalanya tenang, seauatu menyentil hatinya namun dia tepis begitu saja.
"Jika Bapak dan ibu mengetahui hal ini, mereka akan sangat marah Dim." Kata Tio, ketika melihat dimas sudah selesai makan dan kini kembali duduk di sofa yang sama dengannya.
"Jangan sampai mereka tahu, tolong aku kali ini. Aku sangat mencintai Rania mau gila rasanya jika todak bisa bersamanya." Kata Dimas memohon.
"Ini bukan lagi cinta, tapi obsesi Dimas. Cinta tidak akan menyakiti orang lain." Kata Tio maaih menatap lekat sahabatnya.
"Anisa juga tidak mencintaiku, jadi ini tidak akan menyakitinya." Jawab Dimas dan Tio hanya tersenyum miris membiarkan saja apa yang ingin di lakukan oleh sahabatnya ini.p
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Jumadin Adin
kasian si nisa jadi korban perjodohan dan keegoisan dimas
2023-01-15
0
Happys
blm2 udah nyesek duluan thor
2022-05-17
0
Nala Ratih Soemarna
penasaran'?
2022-01-23
0