Suami Arogan II
Wanita itu tengah meringkuk sendirian di sudut kamar mandi, tangisnya pecah melihat dua garis yang terdapat pada benda persegi panjang yang berada dalam genggamannya.
Reva mahasiswi muda yang menjalin hubungan serius dengan lelaki yang pernah menjadi Dosen nya, lalu ia ditinggalkan begitu saja setelah semua yang ia miliki telah di renggut oleh lelaki yang di cintainya itu, dan yang lebih parahnya lagi ia kini tengah mengandung buah percintaannya dengan sang kekasih.
"Aku hamil hahahaha" ucap Reva dengan tawa hambar dan air mata bercucuran yang menandakan begitu frustasinya ia menghadapi cobaan hidupnya.
"Aku sungguh hina dan kotor!" ucap Reva getir.
Ia bangkit lalu mengguyur seluruh tubuhnya serta menggosok-gosok badannya sendiri dengan kasar menggunakan sabun seakan-akan ia jijik terhadap apa yang telah ia lakukan malam itu.
"Aku benci diriku sendiri!" teriak Reva dengan air mata yang tersamarkan oleh air ia gunakan untuk membasahi tubuhnya.
Reva lalu berjalan keluar dari dalam kamar mandi, menuju ke kamarnya sendiri dengan keadaan masih basah kuyup. Ia mengambil sebuah gunting untuk mengakhiri hidup nya.
Tapi tiba-tiba saja bayangan Sasha dimasa lalu melintas dipikirannya yang membuatnya tersadar bahwa ia pernah dalam situasi yang sama. Bedanya kala itu ia yang menjadi penasehat Sasha yang berpikiran pendek, sedangkan saat ini Reva menjadi pemeran utama dalam peristiwa yang sama.
"Ampuni aku tuhan." pinta Reva dengan sangat amat menyesal.
Reva langsung menyesali niat pendeknya untuk mengakhiri kehidupannya serta jabang bayi yang berada dalam kandungannya.
*****
Hari berganti hari, keadaan Reva sudah mulai membaik. Ia kembali menjalani kehidupannya meskipun tidak bisa seperti dahulu lagi.
Sempat terpikir oleh Reva untuk bercerita mengenai kehamilannya kepada sahabatnya yaitu Sasha, tapi ia merasa malu untuk mengumbar aibnya sendiri, terlebih ia pernah menjadi sosok yang bak Malaikat menasehati kesalahan Sasha. "Ternyata aku jauh lebih buruk." pikirnya saat kembali mengingat masa itu.
Sempat juga terpikir di benak Reva untuk kembali kekeluarganya, tapi ia yakin tidak akan ada yang mau menerimanya jika sampai ayah dan ibunya tahu bahwa ia sedang mengandung tanpa memiliki sosok suami.
Keluarganya begitu menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga, hingga akhirnya Reva memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya dari siapapun.
Reva juga memutuskan untuk berhenti dari kampus dan fokus untuk bekerja untuk menghidupi dirinya dan calon anak yang berada di dalam perutnya.
"Fighting." ucap Reva menyemangati dirinya sendiri sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Reva kini menjadi seorang pelayan di sebuah Minimarket dengan gaji yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri tanpa harus merepotkan siapapun, termasuk Sasha dan keluarganya.
"Va, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Sasha dengan raut wajah kebingungan saat melihat sahabatnya itu sedang melayaninya di Minimarket tersebut.
Sasha dan Alex sengaja singgah di Minimarket tersebut untuk membeli keperluan Sasha.
"Sasha," ucap Reva dengan ekspresi kaget begitu Sasha menegurnya, tapi dengan sigap Reva kembali bersikap biasa-biasa saja.
"Va, kamu ngapain disini?" tanya Sasha kembali saat melihat Reva terdiam san tidak menjawab pertanyaannya.
"Kerja sambilan sa, kamu kan tahu sendiri biaya hidup di kota semakin hari semakin mahal hehehe...." jawab Reva mencoba mencairkan suasana agar tidak canggung.
Reva sesekali melemparkan senyum ke arah Sasha, yang nampak sedang mencari tahu kebenarannya melalui tatapan mata nya yang mengintrogasi Reva.
"Va, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk meminta bantuanku" ucap Sasha merasa iba pada sahabatnya itu.
Sasha tahu bahwa Reva sedang memiliki sebuah masalah, hanya saja ia sungkan untuk mengorek lebih dalam tentang masalah shahabatnya itu, karena ia tahu tidak semua hal harus ia ketahui.
"Tenang saja Sha, semuanya baik-baik saja." jawab Reva mencoba menyakinkan sahabatnya itu. Ia mencoba menampakkan bahwa ia baik-baik saja untuk menenangkan Sasha.
"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita padaku." ucap Sasha.
Setelah membayar Sasha langsung meninggalakan Reva dan berjalan keluar dari dalam Minimarket tempat Reva bekerja.
"Hhhhh..." Reva menarik nafas dalam-dalam karena ia bisa terbebas dari berbagai macam pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh sahabatnya itu.
*****
"Capeknya" ucap Reva sambil meregangkan badannya dengan raut wajah kelelahan.
Setelah shift kerjanya telah selesai, Ia pun bersiap-siap untuk pulang.
"Hai, Va" sapa seorang pria yang merupakan pemilik restoran tempat kerja Reva yang bernama Vano.
"Hai, pak Vano" balas Reva dengan senyum ramah.
"Gimana betah kerjanya?" tanya Vano basa basi.
"Ia Pak, terimakasih karena telah memberikan saya kesempatan untuk bekerja disini" jawab Reva dengan sungkan.
"Semoga betah yah, bekerja disini." ucap Vano yang di balas anggukan oleh Reva.
"Pak, kalau begitu saya pamit pulang karena jam kerja saya telah selesai" pamit Reva pada atasannya.
Saat reva hendak berlalu pergi tiba-tiba saja pergelangan tangannya di genggam oleh seseorang yang tidak lain adalah Vano atasannya sendiri.
"Ayo pulang bersama saya." ajak Vano
Tiba-tiba saja Vano menggenggam pergelangan tangan Reva, dengan gerakan refleks Reva menyentak tangan Vano yang menggenggam pergelangan tangannya.
"Maaf pak" ucap Reva merasa tidak enak.
Reva yang tersadar bahwa apa yang dilakukannya bisa saja membuat atasannya itu tersinggung langsung meminta maaf pada atasannya tersebut.
"Tidak apa-apa, saya yang salah karena terlalu lancang, saya yang seharusnya minta maaf" balas Vano lembut.
Sejak awal pertemuan Vano dan Reva, Reva menyadari bahwa Vano adalah tipe lelaki penyayang, lembut dan baik hati. Itu semua terbukti dari sikapnya pada pegaiwanya tidak terkecuali pada Reva.
Reva juga menyadari ada yang beda dari perlakuan Vano pada dirinya, bukannya karena terlalu berbesar kepala, tapi itu bukan lagi rahasia umum bahwa pak Vano memiliki rasa yang lebih pada Reva.
"Saya permisi dulu pak," pamit Reva.
Reva berlalu begitu saja meninggalkan Vano yang sedang tersenyum kecut, karena lagi-lagi usahanya mendekati Reva gagal.
"Aku akan memperjuangkan mu." ucap Vano optimis akan mampu meluluhkan hati Reva.
Reva memang bukan perempuan yang gampang untuk di dekati oleh Lelaki. Semua usaha yang Vano lakukan, serta perhatian yang ia berikan, nyatanya sampai saat ini belum mampu meluluhkan hati Reva yang masih dipenuhi oleh bayangan masa lalu.
"Aku tidak pantas untukmu." gumam Reva saat berlalu meninggalkan Vano sambil mengelus perutnya.
Bagi Reva, Vano pantas mendapatkan gadis yang jauh lebih baik. Apalagi ia menyadari bahwa dirinya bukan gadis yang suci, ia hanyalah gadis naif yang gampang terbujuk oleh hawa nafsu, ia terbutakan oleh rasa cinta yang membuatnya tidak mampu untuk berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu yang ternyata merugikan dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Umie Irbie
wahh,. bener thu,. syasa sama vano aja
2020-10-31
0
Ayi Nabila
sasha blm selesai thor😁
2020-10-31
0
Nuhi Afifah
semangat terus Thor 😊😊
2020-10-31
1