NovelToon NovelToon

Suami Arogan II

Kabar Baik atau Kabar Buruk?

Wanita itu tengah meringkuk sendirian di sudut kamar mandi, tangisnya pecah melihat dua garis yang terdapat pada benda persegi panjang yang berada dalam genggamannya.

Reva mahasiswi muda yang menjalin hubungan serius dengan lelaki yang pernah menjadi Dosen nya, lalu ia ditinggalkan begitu saja setelah semua yang ia miliki telah di renggut oleh lelaki yang di cintainya itu, dan yang lebih parahnya lagi ia kini tengah mengandung buah percintaannya dengan sang kekasih.

"Aku hamil hahahaha" ucap Reva dengan tawa hambar dan air mata bercucuran yang menandakan begitu frustasinya ia menghadapi cobaan hidupnya.

"Aku sungguh hina dan kotor!" ucap Reva getir.

Ia bangkit lalu mengguyur seluruh tubuhnya serta menggosok-gosok badannya sendiri dengan kasar menggunakan sabun seakan-akan ia jijik terhadap apa yang telah ia lakukan malam itu.

"Aku benci diriku sendiri!" teriak Reva dengan air mata yang tersamarkan oleh air ia gunakan untuk membasahi tubuhnya.

Reva lalu berjalan keluar dari dalam kamar mandi, menuju ke kamarnya sendiri dengan keadaan masih basah kuyup. Ia mengambil sebuah gunting untuk mengakhiri hidup nya.

Tapi tiba-tiba saja bayangan Sasha dimasa lalu melintas dipikirannya yang membuatnya tersadar bahwa ia pernah dalam situasi yang sama. Bedanya kala itu ia yang menjadi penasehat Sasha yang berpikiran pendek, sedangkan saat ini Reva menjadi pemeran utama dalam peristiwa yang sama.

"Ampuni aku tuhan." pinta Reva dengan sangat amat menyesal.

Reva langsung menyesali niat pendeknya untuk mengakhiri kehidupannya serta jabang bayi yang berada dalam kandungannya.

*****

Hari berganti hari, keadaan Reva sudah mulai membaik. Ia kembali menjalani kehidupannya meskipun tidak bisa seperti dahulu lagi.

Sempat terpikir oleh Reva untuk bercerita mengenai kehamilannya kepada sahabatnya yaitu Sasha, tapi ia merasa malu untuk mengumbar aibnya sendiri, terlebih ia pernah menjadi sosok yang bak Malaikat menasehati kesalahan Sasha. "Ternyata aku jauh lebih buruk." pikirnya saat kembali mengingat masa itu.

Sempat juga terpikir di benak Reva untuk kembali kekeluarganya, tapi ia yakin tidak akan ada yang mau menerimanya jika sampai ayah dan ibunya tahu bahwa ia sedang mengandung tanpa memiliki sosok suami.

Keluarganya begitu menjunjung tinggi harkat dan martabat keluarga, hingga akhirnya Reva memutuskan untuk merahasiakan kehamilannya dari siapapun.

Reva juga memutuskan untuk berhenti dari kampus dan fokus untuk bekerja untuk menghidupi dirinya dan calon anak yang berada di dalam perutnya.

"Fighting." ucap Reva menyemangati dirinya sendiri sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Reva kini menjadi seorang pelayan di sebuah Minimarket dengan gaji yang cukup untuk menghidupi dirinya sendiri tanpa harus merepotkan siapapun, termasuk Sasha dan keluarganya.

"Va, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Sasha dengan raut wajah kebingungan saat melihat sahabatnya itu sedang melayaninya di Minimarket tersebut.

Sasha dan Alex sengaja singgah di Minimarket tersebut untuk membeli keperluan Sasha.

"Sasha," ucap Reva dengan ekspresi kaget begitu Sasha menegurnya, tapi dengan sigap Reva kembali bersikap biasa-biasa saja.

"Va, kamu ngapain disini?" tanya Sasha kembali saat melihat Reva terdiam san tidak menjawab pertanyaannya.

"Kerja sambilan sa, kamu kan tahu sendiri biaya hidup di kota semakin hari semakin mahal hehehe...." jawab Reva mencoba mencairkan suasana agar tidak canggung.

Reva sesekali melemparkan senyum ke arah Sasha, yang nampak sedang mencari tahu kebenarannya melalui tatapan mata nya yang mengintrogasi Reva.

"Va, kalau kamu butuh sesuatu jangan sungkan untuk meminta bantuanku" ucap Sasha merasa iba pada sahabatnya itu.

Sasha tahu bahwa Reva sedang memiliki sebuah masalah, hanya saja ia sungkan untuk mengorek lebih dalam tentang masalah shahabatnya itu, karena ia tahu tidak semua hal harus ia ketahui.

"Tenang saja Sha, semuanya baik-baik saja." jawab Reva mencoba menyakinkan sahabatnya itu. Ia mencoba menampakkan bahwa ia baik-baik saja untuk menenangkan Sasha.

"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita padaku." ucap Sasha.

Setelah membayar Sasha langsung meninggalakan Reva dan berjalan keluar dari dalam Minimarket tempat Reva bekerja.

"Hhhhh..." Reva menarik nafas dalam-dalam karena ia bisa terbebas dari berbagai macam pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh sahabatnya itu.

*****

"Capeknya" ucap Reva sambil meregangkan badannya dengan raut wajah kelelahan.

Setelah shift kerjanya telah selesai, Ia pun bersiap-siap untuk pulang.

"Hai, Va" sapa seorang pria yang merupakan pemilik restoran tempat kerja Reva yang bernama Vano.

"Hai, pak Vano" balas Reva dengan senyum ramah.

"Gimana betah kerjanya?" tanya Vano basa basi.

"Ia Pak, terimakasih karena telah memberikan saya kesempatan untuk bekerja disini" jawab Reva dengan sungkan.

"Semoga betah yah, bekerja disini." ucap Vano yang di balas anggukan oleh Reva.

"Pak, kalau begitu saya pamit pulang karena jam kerja saya telah selesai" pamit Reva pada atasannya.

Saat reva hendak berlalu pergi tiba-tiba saja pergelangan tangannya di genggam oleh seseorang yang tidak lain adalah Vano atasannya sendiri.

"Ayo pulang bersama saya." ajak Vano

Tiba-tiba saja Vano menggenggam pergelangan tangan Reva, dengan gerakan refleks Reva menyentak tangan Vano yang menggenggam pergelangan tangannya.

"Maaf pak" ucap Reva merasa tidak enak.

Reva yang tersadar bahwa apa yang dilakukannya bisa saja membuat atasannya itu tersinggung langsung meminta maaf pada atasannya tersebut.

"Tidak apa-apa, saya yang salah karena terlalu lancang, saya yang seharusnya minta maaf" balas Vano lembut.

Sejak awal pertemuan Vano dan Reva, Reva menyadari bahwa Vano adalah tipe lelaki penyayang, lembut dan baik hati. Itu semua terbukti dari sikapnya pada pegaiwanya tidak terkecuali pada Reva.

Reva juga menyadari ada yang beda dari perlakuan Vano pada dirinya, bukannya karena terlalu berbesar kepala, tapi itu bukan lagi rahasia umum bahwa pak Vano memiliki rasa yang lebih pada Reva.

"Saya permisi dulu pak," pamit Reva.

Reva berlalu begitu saja meninggalkan Vano yang sedang tersenyum kecut, karena lagi-lagi usahanya mendekati Reva gagal.

"Aku akan memperjuangkan mu." ucap Vano optimis akan mampu meluluhkan hati Reva.

Reva memang bukan perempuan yang gampang untuk di dekati oleh Lelaki. Semua usaha yang Vano lakukan, serta perhatian yang ia berikan, nyatanya sampai saat ini belum mampu meluluhkan hati Reva yang masih dipenuhi oleh bayangan masa lalu.

"Aku tidak pantas untukmu." gumam Reva saat berlalu meninggalkan Vano sambil mengelus perutnya.

Bagi Reva, Vano pantas mendapatkan gadis yang jauh lebih baik. Apalagi ia menyadari bahwa dirinya bukan gadis yang suci, ia hanyalah gadis naif yang gampang terbujuk oleh hawa nafsu, ia terbutakan oleh rasa cinta yang membuatnya tidak mampu untuk berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu yang ternyata merugikan dirinya sendiri.

Andre

Reva sedang dalam perjalan pulang menuju ke kediamannya yang sangat sederhana. Sejak kepergian Andre, Reva memutuskan untuk hidup mandiri dan meninggalkan semua pemberian Andre yang berupa materi. tapi kenangan manis dan pahit yang diberikan oleh Andre masih begitu membekas begitu dalam dilubuk hatinya.

"Hari yang begitu melelahkan, huft..." ucap Reva menghela napas panjang.

Inilah rutinitas Reva sekarang, bolak-balik ketempat kerja dan rumahnya saja. Ia juga ingin seperti wanita lain yang menikmati hari-hari dalam masa kehamilannya dengan berleha-leha dan bermanja-manja dengan suami, tapi ia sadar bahwa dirinya akan menjadi orangtua tunggal untuk anaknya kelak. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, selain menekuni pekerjaannya untuk mengumpulkan uang dan bertahan di tengah himpitan ekonomi dan memberi kehidupan yang baik bagi calon buah hatinya.

"Semangat Reva, ia sangat membutuhkanmu." ucap Reva sambil mengelus perutnya.

Reva menyemangati dirinya dengan cara mengingatkan bahwa dirinya tidak lagi sendiri melainkan ia sedang berbadan dua. Di dalam rahimnya sedang tumbuh seonggok daging yang harus ia perjuangkan.

*****

"Akhirnya sampai juga" ucap Reva setelah ia sampai di kediamannya yang sangat sederhana.

Reva langsung membaringkan dirinya di atas sofa tanpa mengganti pakaian yang ia gunakan sebelumnya. Rasa lelahnya mengalahkan keinginannya untuk membersihkan diri terlebih dahulu, karena kelelahan ia sampai tertidur lelap di atas sofa.

Drtt...

Drtt...

Drtt...

Getar ponsel Reva yang menandakan adanya sebuah panggilan masuk.

Reva memang sengaja membuat ponselnya dalam mode hening,sehingga jika ada panggilan telepon maupun chat ponselnya hanya bergetar karena jika ia sedang bekerja dan ponselnya berdering itu akan mengganggu konsentrasinya.

"Siapa yang menelpon tengah malam begini?" tanya reva.

Dengan mata yang masih terpejam, ia meraba-raba meja yang berada di samping sofa tempat ia tertidur, untuk mencari ponselnya yang sedang bergetar.

Begitu Reva menemukan ponselnya, ia langsung melihat nama yang tertera di ponselnya sebelumnya akhirnya Reva memutuskan untuk menjawab panggilan telpon tersebut.

"Halo Andra, ada apa nelpon tengah malam begini?" tanya reva dengan suara parau kepada andra

Tenyata yang menelponnya adalah Andra, adik dari lelaki yang telah membuatnya terpuruk. Meskipun hubungannya dengan Andre sudah berakhir secara sepihak, tapi ia tidak pernah memutus tali silaturahmi antara dirinya dan Andra.

"Aku ada di depan rumahmu" jawab Andra.

Seketika mata Reva yang tadinya masih terpejam langsung terbelalak karena kaget saat mendengar ucapan Andra.

"Apa yang kamu lakukan di rumahku malam-malam begini?" tanya Reva dengan suara setengah berteriak.

"Buka pintunya cepat!" perintah Andra

Bukannya menjawab pertanyaan Reva, Andra malah meminta Reva agar membuka pintunya karena ia merasa agak kedinginan berdiri hampir 10 menit di luar rumah Reva.

"Tunggu,"ucap Reva

Reva bangkit dari tidurnya di sofa dan bergegas untuk membukakan pintu rumahnya untuk Andra.

"Kenapa kamu kesini malam-malam begini?" tanya Reva setelah membukakan Andra pintu rumahnya.

Bukannya menjawab pertanyaan Reva, Andra langsung melengos masuk ke dalam rumah Reva meskipun belum di persilahkan masuk.

"Hei...dasar tidak sopan!" teriak Reva sambil menutup pintu rumahnya, lalu menghampiri Andra yang telah duduk di sofa.

"Cepat siapkan bajumu" perintah Andra yang membuat Reva kebingungan dan hanya terdiam di tempatnya.

Melihat Reva yang tidak kunjung merespon perintahnya, membuat Andra mengambil inisiatif sendiri untuk mempersiapkan baju Reva.

"Hei... kenapa kamu masuk ke dalam kamarku? atau jangan-jangan?" tanya Reva dengan pikiran negatif. Ia langsung menutupi badannya dengan menggunakan kedua tangannya.

"Otak mesum!" Andra langsung menjitak kepala Reva.

"Cepat siapkan bajumu!" perintah Andra lagi.

Andra mengambil sebuah koper yang terletak di atas lemari Reva dan melemparkannya ke arah Reva.

"Untuk apa ini?" tanya Reva lagi yang masih merasa kebingungan.

Andra gemas dengan tingkah Reva yang terlalu lama berpikir, sehingga akhirnya Andra sendiri yang turun tangan membuka lemari Reva dan mengeluarkan beberapa set pakaian dan memasukkannya ke dalam koper.

"Heii... apa yang kamu lakukan!" ucap Reva setengah berteriak.

"Ayo berangkat."

Bukannya menjawab lagi-lagi Andra mengacuhkan pertanyaan Reva. Andra langsung menarik koper dengan menggunakan tangan kirinya dan menarik lengan reva dengan menggunakan tangan kanannya.

*****

BANDARA

"Sasha," panggil Reva saat melihat Sasha juga berada di Bandara yang sama denganya.

"Akhirnya kamu datang juga, maaf aku tidak ikut menjemputmu karena ini sangat dadakan" ucap Sasha yang membuat Reva merasa kebingungan.

"Kita akan kemana?" tanya Reva lagi karena baginya ini semua terasa aneh.

Sejak tadi dalam perjalanan ke Bandara, ia selalu bertanya kepada Andra tapi tidak satupun pertanyaannya di jawab oleh Andra.

"Kita akan berlibur" jawab Sasha dengan senyum ramahnya.

Tapi tetap saja bagi Reva ini semua terasa membingungkan karena tiba-tiba saja Andra menjemputnya tengah malam tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya.

"Berlibur? kemana? dan dalam rangka apa?" tanya Reva

"Nanti kamu juga akan tahu." ucap Alex yang tiba-tiba saja muncul dari arah belakang Reva

"Kak Alex juga ikut?" tanya Reva yang semakin kebingungan.

"Tentu saja. Ayo pesawatnya sudah mau berangkat," ucap Alex sambil berjalan yang kemudian di susul oleh Sasha dan Andra, sedangkan ia hanya terdiam kebingungan. Sejujurnya ia membutuhkan dan sangat ingin berlibur, tapi bagi Reva ini semua sangat mendadak dan sangat membingungkan baginya.

"Ayo cepat." tiba-tiba saja Andra berbalik dan berjalan kearahnya lalu menarik lengannya untuk mengikuti mereka. Reva hanya terdiam mengikuti langkah kaki mereka sampai ke dalam pesawat.

Seorang pramugari lewat, karena rasa penasaran yang amat sangat, akhirnya Reva memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Kemana tujuan pesawat ini?" tanya Reva dengan nada sopan

"London" jawab pramugari ramah. Reva terdiam firasatnya berkata bahwa ada sesuatu yang tidak beres disini.

Melihat reva yang terlihat kaget membuat sang pramugari bertanya."Ada sesuatu yang bisa saya bantu?"

"Tidak, terimakasih" jawab Reva.

Setelah mendengar jawaban Reva akhirnya pramugari tersebut meninggalkan Reva dan kembali melaksanakan.

"Kak Andre," Tiiba-tiba terlintas dalam benaknya sehingga menyebut nama Andre. Ada rasa pilu dan sakit dalam hatinya kala mendengar bahwa ia sedang menuju ke London, Inggris.

"Ada hal buruk yang sedang menantiku," ucap Reva tanpa sadar.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan Andre, selalu mampu membangkitkan kenangan indah dan pahit yang ia alami. Salah satunya, adalah London, Inggris.

"Kuat Reva, kamu harus kuat." Reva sedang mencoba menguatkan diri demi anak yang ia kandung.

"Kak Andre, tidak berarti apa-apa lagi dalam hidupmu. Kamu tidak boleh lemah, buktikan tanpa ia kamu mampu untuk bertahan sendiri" gumam Reva nyaris tidak terdengar.

"Kenapa? kamu baik-baik saja?" tanya Andra yang melihat Reva sedari tadi asik bergumam sendiri.

"Aku baik-baik saja, Andra" jawab Reva sambil melirik kearah Andra.

Aku tidak mengenalnya

Selama dalam perjalanan Reva selalu merasa gelisah seakan-akan ada hal buruk menantinya di London, Inggris sana. Tapi ia sendiri tidak tahu hal apa itu, yang jelas semuanya pasti berkaitan dengan lelaki yg dicintainya sekaligus lelaki yang paling menyakitinya.

"Ibu akan menjagamu dengan baik sayang" ucap Reva dalam hati sambil mengelus-elus perutnya.

"Va, kalau kamu lelah tidur saja. Nanti aku akan membangunkanmu ketika pesawatnya sudah mendarat." ucap Sasha yang duduk di depan Reva.

"Iya, Sha" Reva hanya mengiyakan ucapan Sasha.

Reva memaksakan diri untuk memejamkan matanya sampai akhirnya ia benar-benar tertidur lelap. Setelah beberapa jam perjalanan, pesawat yang mereka tumpangi telah mendarat di tujuan dengan selamat.

"Va, kita sudah sampai" ucap Sasha membangunkan Reva yang tertidur lelap.

"Haa... sudah sampai yah" ucap Reva yang baru bangun dari tidurnya sambil meregangkan otot-otot tubuhnya.

"Iya." balas sasha

*****

Mereka kini sedang menginap di sebuah hotel ternama di London, Inggris. Sasha tentu saja tidur sekamar dengan suaminya, Alex. Sedangkan Reva tidur seorang diri dan Andra pulang ke kediaman orang tuanya.

"Kenapa aku merasa begitu gelisah?" tanya Reva pada dirinya sendiri. Semenjak ia sampai di London, Inggris perasaannya justru semakin gelisah tak menentu.

"Tuhan, tolong jauhkan kami dari segala hal buruk yang menanti kami di depan sana." Reva memohon doa pada sang pencipta agar di jauhkan dari segala

keburukan yang ia sendiri tidak tahu. Setelah cukup lama melamun, Reva kembali tertidur karena sejujurnya ia merasa lelah. Apalagi ia sedang hamil muda dan harus menempuh perjalan cukup jauh.

"Pagi yang Indah" ucap Reva setelah menyibakkan tirai jendela kamarnya.

Setelah semalam tertidur dengan nyenyak dan lelap, akhirnya Reva terbangun di pagi hari dengan keadaan yang segar meskipun masih ada kegelisahan menyelimuti hatinya.

Tok...

Tok...

Tok...

Terdengar suara ketukan dari luar kamar Reva

"Siapa?" tanya Reva yang saat itu pandangannya sedang tertuju pada indahnya pemandangan hotel tempatnya menginap.

"Ayo sarapan ke bawa," ajak Sasha dari luar kamar.

"Tunggu." mendengar suara Sasha, Reva langsung bersiap dan bergegas membuka pintu kamarnya untuk ikut bersama Sasha bergabung makan di sebuah resto yang berada di dalam hotel.

*****

"Tuan putri kita sudah bangun," ejek Andra kepada Reva yang di balas reva dengan tatapan malas.

"Silahkan makan nyonya." Lagi-lagi Andra menyindir Reva karena hanya Reva yang bangun telat, bahkan Andra dan Alex sudah dari tadi berada di meja makan.

"Tidak perlu menyindirku" ucap Reva yang malas meladeni sikap Andra yang kadang baik dan terkadang juga sangat amat mengesalkan.

"Ups... ada yang tersinggung." ucap Andra sambil tertawa mengejek.

Melihat tingkah Andra yang menyebalkan langsung merubah mood Reva yang tadinya ceria menjadi sedikit suram. Maklum saja, itu semua pengaruh hormon kehamilan yang membuat mood Reva menjadi sangat gampang berubah.

"Sekali lagi kamu mengejekku, maka akan ku balas perlakuan jahil mu," ucap Reva masih berusaha menahan kemarahannya.

"Andra berhenti menjahili Reva!" Sasha menengahi keributan antara Reva dan Andra.

"Dia-nya saja yang terlalu pemarah" Lagi dan lagi Andra sengaja memancing kemarahan Reva. Reva yang tadinya diam, akhirnya terpancing juga.

"Rasakan kamu Andra." teriak Reva lalu melemparkan sebuah sendok ke arah wajah Andra, tapi sepertinya nasib baik berpihak kepada Andra karena lemparan Reva melesat. Sebaliknya nasib buruk menimpa Reva karena lemparan sendoknya mengenai seorang wanita muda yang kebetulan lewat di belakang Andra.

"Aduh... sakit!" wanita mudah itu mengaduh kesakitan karena terkena lemparan sendok Reva.

Melihat lemparannya mengenai orang lain, membuat Reva langsung terdiam merasa bersalah.

"Siapa yang melempari ku dengan sendok ini?" teriak wanita muda itu dengan wajah memerah menahan amarah.

Melihat wajah Reva yang merasa bersalah, membuat Andra tidak tega karena sebenarnya ialah penyebab itu semua terjadi.

"Saya nona" Tiba-tiba saja Andra bangkit dari kursinya dan mengaku bahwa ialah yang melemparkan sendok ke wajah wanita itu.

"Saya minta maaf nona. Ini kali pertama saya makan dengan menggunakan garpu dan sendok dan tanpa sengaja sendok saya terpental mengenai nona" Andra berusaha untuk mencari alasan yang masuk akal agar wanita itu tidak terus-menerus mengoceh padanya.

"Kalau tidak tahu cara makan di tempat berkelas seperti ini, sebaiknya makan di pinggir jalan saja. Dasar miskin!" bukannya mengerti keadaan wanita muda itu justru mencaci Andra dan berlalu pergi begitu saja.

"Semoga saja aku tidak akan bertemu wanita itu lagi" ucap Andra setelah wanita itu berlalu pergi.

"Maaf yah, kamu harus di caci maki karena membela aku" Reva merasa bersalah kepada Andra.

"Tidak usah besar kepala, aku memang tidak menyukai tipe wanita kasar sepertinya" ucap Andra santai.

Reva merasa beruntung mengenal Andra. Meskipun hubungannya dan Andre memburuk tapi perlakuan Andra padanya tidak berubah sedikitpun.

"Kenapa suasananya jadi sedih seperti ini?" tanya Sasha sambil tersenyum bahagia melihat kedekatan antara sepupu suaminya dan sahabatnya sendiri.

Sedangkan Alex memilih diam dan tak pernah bersuara, ia lebih memilih memperhatikan keadaan. Tapi meskipun begitu ia merasa senang atas sikap adik sepupu nya yang menunjukan sikap lelaki sejati.

"Sudahlah, nikmati saja makanannya." akhirnya Alex bersuara.

Mendengar ucapan Alex, semuanya kembali menikmati sarapan pagi yang sempat terganggu oleh insiden kecil tadi. Reva tiba-tiba saja berdiri dan hendak meninggalkan meja makan.

"Va, kamu mau kemana?" tanya Sasha.

"Aku mau ke toilet sebentar" ucap Reva yang tiba-tiba saja merasa mual. Tanpa menunggu balasan Sasha, Reva langsung berlari menuju ke toilet.

*****

Setelah mual yang dirasakannya mulai reda, Reva langsung meninggalkan toilet.Tapi saat menuju ke meja tempat ia sarapan, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah objek yang begitu membuat hatinya gelisah.

"Kak Andre" ucap Reva.

Reva begitu mengenali Andre, meskipun pria yang dilihatnya itu sedang membelakanginya.

"Kak Andre" tanpa menunggu lama, Reva berlari dan langsung memeluk lelaki itu dari belakang.

Andre yang saat itu sedang berdiri langsung terperanjat kaget karena seseorang yang memeluknya secara tiba-tiba.

"Tasya sayang" ucap Andre sambil mengelus tangan wanita yang memeluknya dari belakang.

Pelukan Reva langsung melemah seketika, mendengar lelakinya menyebut nama wanita lain dengan embel-embel sayang.

"Aku Reva, " ucapnya langsung menyebutkan namanya.

Hati Reva serasa dihantam batu besar mendengar lelaki yang di carinya selama ini ternyata sudah memiliki wanita lain.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Andre tanpa berniat berbalik untuk melihat wajah wanita yang telah dilukainya itu.

"Aku merindukan mu," ucap Reva tanpa menjawab pertanyaan Andre.

Air mata Reva mengalir deras tak terbendung. Ia merasa senang karena lelakinya baik-baik saja, tapi ia juga sedih karena bukannya menanyakan keadaannya, Andre justru bertanya hal yang menurut Reva tidak lebih penting dari rasa rindunya.

"Sayang siapa wanita itu?"

Tiba-tiba ada seseorang wanita dari arah belakang mereka berdua yang berbicara. Mendengar suara wanita itu, Andre langsung melepaskan pelukan Reva.

"Aku tidak mengenalnya sayang" jawab Andre lalu ia menghampiri wanita itu dan memeluknya.

Reva yang melihat itu semua hanya diam berlinang air mata. Rasa kecewa dan sakit hati begitu terpancar dari matanya.

"Maaf aku salah orang," ucap Reva meminta maaf sebelum ia meninggalkan Andre dan wanita itu.

Pancaran mata Reva benar-benar mengusik Andre, ia tahu betul tatapan mata Reva padanya adalah tatapan tersakiti. Tapi ia tidak bisa memperjuangkan Reva, baginya ada hal yang lebih penting dari pada rasa cintanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!