Takdir Cinta
Terik sinar matahari yang begitu terasa membakar pori-pori kulit, tidak menyurutkan langkah kaki seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun menyusuri jalanan beraspal yang berada di tengah kota. Dadanya bergemuruh, layaknya sebuah ombak besar yang bergulung-gulung memecah pantai. Dalam kepalanya dipenuhi oleh kekalutan yang luar biasa. Seketika ingatannya tertuju pada sebuah story WhatsApp milik salah satu sahabat terdekatnya yang satu jam lalu ia lihat.
Widya Larasati, seorang ibu muda yang berusia 25 tahun itu melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Ia seperti berpacu dengan waktu untuk dapat segera sampai di tempat yang ia tuju. Menggunakan jasa ojek online, ia turun di depan gang kecil kemudian menyusuri lorong kecil itu untuk menuju sebuah rumah. Sebuah rumah yang ia yakini sebagai tempat di mana sang suami sedang menghabiskan waktu bersama simpanannya.
Widya berdiri terpaku di depan sebuah rumah yang nampak tidak terlalu besar. Namun rumah ini terlihat sedikit jauh lebih indah dipandang daripada rumah yang ia tinggali. Desain rumah minimalis yang terlihat begitu apik dengan nuansa warna biru laut. Di depan teras terdapat berbagai macam tanaman hias yang tertata apik di dalam pot plastik yang didominasi oleh warna putih. Seolah menjadi tanda jika pemilik rumah ini begitu pandai merawat tanaman-tanaman ini.
Widya melangkahkan kaki menuju pintu depan. Debaran jantungnya masih begitu terasa. Diimbangi dengan rasa sesak yang tertahan dan seperti menjadi pemicu titik-titik bulir bening berkumpul di pelupuk matanya. Namun tangan itu, perlahan terulur untuk menarik tuas pintu yang ada di hadapannya.
Ceklekk...
Pintu yang berada di hadapannya ternyata tidak terkunci. Hal itulah yang membuat Widya lebih mudah untuk memasuki rumah ini. Seperti seorang pencuri, Widya mengendap-endap mulai menjelajahi seluruh ruangan yang ada di rumah ini. Sebisa mungkin ia berusaha agar pergerakan kakinya tidak terdengar. Dadanya masih bergemuruh. Jika memang story WhatsApp yang ia lihat dari ponsel salah satu temannya itu memang benar adanya, Widya ingin menyaksikannya secara langsung. Meski ia sendiri juga tidak bisa memastikan jika ia akan baik-baik saja saat melihat apa yang akan ia lihat.
Langkah kaki Widya terhenti di depan sebuah pintu kamar yang tertutup. Telinganya seperti mendengar suara seseorang di dalam sana. Ia menatap daun pintu itu dengan lekat kemudian menggeser wajahnya dan menempelkan telinganya di permukaan pintu itu.
"Ssssshhhh sayang, milikmu ternyata benar-benar bisa membuatku gila. Sungguh ini sangat nikmat sayang, apa yang kamu miliki ini sangat nikmat!"
"Mmmpphhhh aaahhhh begitu pula milikmu Mas, milikmu ini benar-benar bisa membuatku ketagihan!".
"Uuuhhhhh kamu ketagihan sayang?, kamu bisa menikmatinya, semaumu, sebanyak apapun yang kamu mau!"
"Ooohhhh yeeaahhh, terus Mas, a-aku sudah ingin.. uuuhhhhh sssshhhhhhh Mas...!!"
"Tahan sedikit lagi sayang, kita keluarkan sama-sama!"
"Uuuhhhhhh...!!"
"Sssshhhhhhh..!!"
"Mmmmmpphhhhhhh...!!"
"Aaahhhhh sayang...."
"Aaaahhhhhh Mas......!!!"
"Aaaaaaahhhhhhhhhhhh........!!!!"
Cekleekkk...
Brakkkkkkkk!!!!
Widya membuka pintu di depannya dengan paksa. Pintu itu terhempas mengenai sisi tembok kamar sehingga menimbulkan suara gebrakan yang membahana. Sontak suara gebrakan pintu itu membuat dua manusia yang sedang bergumul di atas ranjang mengarahkan pandangan mereka ke arah Widya.
Dua manusia itu terkejut setengah mati, melihat ada seseorang yang berdiri di dekat pintu. Rasa terkejut jauh lebih dirasakan oleh Widya. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat adegan yang tersaji di depan matanya. Sebuah adegan menjijikkan yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang bahkan tidak memiliki ikatan apapun.
Dua manusia dengan tubuh polos tanpa adanya sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Dan sepasang manusia yang terlihat seperti kelelahan akan pekerjaan yang baru saja mereka lakukan. Hal itu nampak dari bulir-bulir peluh yang deras menetes lewat pori-pori wajah mereka.
Widya menatap wajah dua manusia itu dengan tatapan nanar. Gejolak dalam hati yang sempat terhenti, kini seolah dipaksa untuk bergejolak lagi. Air mata yang sedari tadi ia tahan untuk tidak menetes, kini satu per satu mulai jatuh membasahi pipi.
"Apa yang kamu lakukan bersama wanita ini mas Yuda?", suara Widya terdengar bergetar seolah menjadi tanda jika hatinya dipenuhi oleh kegetiran.
Lelaki yang bernama Yuda itu terlihat santai. Dengan santainya ia memungut celananya yang berserakan di lantai kemudian memakainya. Sedangkan wanita yang menjadi lawan pergumulannya itu, hanya menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya yang polos.
"Baguslah kalau sekarang kamu tahu. Aku memang memiliki hubungan khusus dengan anak dari bos-ku!", Yuda menjawab dengan suara lantang.
Bibir Widya bergetar. Ia masih tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu. "Katakan jika itu semua bohong Mas!".
Yuda tersenyum sinis. "Kamu bodoh Widya! Kamu bahkan sudah melihat dengan mata kepalamu sendiri. Dan kamu masih berharap jika ini semua adalah kebohongan?!"
"Lalu kenapa Mas?, kenapa kamu tega melakukan semua ini terhadapku?!", Widya melayangkan sebuah pertanyaan dengan derai air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.
Yuda menatap Widya dengan tatapan jengah. Rasa cinta yang ia miliki untuk wanita di hadapannya ini, sudah lama terkikis. Tepatnya saat ia bertemu dengan Lusi yang merupakan anak dari bos-nya yang sejak satu tahun yang lalu pindah dari Bandung. Hal itulah yang membuatnya tidak merasa iba akan apa yang dialami oleh Widya saat ini.
"Aku sudah bosan denganmu. Bagiku kamu sudah tidak menarik lagi. Bahkan kamu tidak pandai bermain di atas ranjang, yang membuatmu semakin membosankan!".
Duuaaarrrrrr!!!!!
Widya seperti mendengar petir di siang bolong. Saat kata-kata itu keluar dari mulut Yuda, membuat tubuhnya kembali bergetar hebat. Bosan? Tidak menarik lagi? Tidak pandai bermain di atas ranjang? Kata-kata itulah yang berputar-putar dalam otaknya. Otaknya seperti dipaksa berpikir keras untuk mencerna kata-kata itu. Semudah itukah seorang suami berbuat sesuatu di luar batas, yang menghancurkan bahtera rumah tangganya. Dan apakah alasan seperti itu dapat dibenarkan bagi seorang suami bermain belakang dengan wanita lain di luar sana?
Yuda kembali menatap sinis wajah Widya. Ia merasa saat ini adalah saat yang tepat mengakhiri kebosanannya dengan wanita yang masih menjadi istrinya itu. "Kamu tahu pasti, setahun belakangan ini aku tidak pernah memintamu untuk melayaniku di atas ranjang. Itu semua karena aku sudah mendapatkan surga dunia ku dari Lusi!".
Mata Widya terbelalak. "Apa kamu bilang Mas? Satu tahun? Itu sama saja selama satu tahun ini kamu melakukan hal menjijikkan bersama wanita murahan ini?".
Plakkkk...!!!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Widya. Tangan Yuda yang kokoh itu, sukses membuat bekas kemerahan di pipi Widya. Reflek, Widya memegang pipinya, untuk sedikit mengurangi rasa panas yang menjalar di wajahnya.
"Jaga mulut kamu Wid! Lusi bukanlah wanita murahan. Dia adalah wanita yang saat ini aku cinta!", teriak Yuda setelah berhasil mendaratkan tamparan ke pipi Widya.
Bertambah deras, derai air mata yang mengalir dari pelupuk mata Widya. Air mata itu seolah tidak mau berhenti mengalir, dan memberi isyarat jika saat ini wanita itu tengah terluka. Widya memandang wajah Yuda. Saat ini ia semakin tersadar jika dari sorot mata lelaki itu sudah tidak ada lagi cinta yang tersisa untuknya. Kemudian pandangannya beralih ke arah wanita yang saat ini masih terbaring polos di bawah selimut tebal itu.
Raut wajahnya sama sekali tidak menampakkan ekspresi seseorang yang merasa bersalah. Gurat wajahnya justru menampakkan sebuah ekspresi kemenangan. Menang, karena ia berhasil menjadi duri dalam kehidupan Widya juga Yuda. Dan kemenangan, karena ia telah menjadi badai yang berhasil memporak-porandakan rumah tangga sepasang suami istri yang masih berusia enam tahun itu.
.
.
. bersambung...
Assalamualaikum para pembaca tersayang.
Bertemu lagi dengan author, hehehehe semoga belum bosan yah.. kali ini para pembaca berjumpa dengan novel ketiga author. Di novel ini akan bercerita tentang perjalanan cinta Widya (seorang janda muda berusia 25 tahun). Apakah hanya tentang cinta?
Tidak!!
Cinta terhalang restu, cinta yang salah, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, jagain jodoh orang, kegagalan dalam menjadi seorang ibu, hingga proses hijrah untuk kembali menjadi manusia yang jauh lebih baik dari sebelumnya, akan tertuang dalam novel ini.
Apakah ada pelakor?
Awalnya ada. Namun itu hanya sebagai pembuka jalan cerita. Setelah itu, author tidak menghadirkan pelakor lagi, mengingat dua novel sebelumnya pelakor berkeliaran di mana-mana, hehehe.
Di sini author juga tidak akan membuat karakter seperti Lintang maupun Arumi yang taat beribadah dan memiliki jalan yang lurus sesuai ajaran agama. Author ingin bermain karakter yang berbeda dari novel sebelumnya. Tapi kenapa cover nya berhijab thor?, itu merupakan jawaban dari proses hijrah yang akan author tuangkan.
Penasaran?
Ikuti terus ceritanya yah...
Seperti biasa jangan lupa untuk meninggalkan jejak Like dan Komentar di setiap episodenya yah kak. Dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote
Happy Reading kakak..
Salam love, love, love❤️❤️❤️
Wassalamualaikum...
WARNING:
SLOW UPDATE
Hhehehehehe😘😘
🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
mampir thor.....
2022-09-19
0
Nok Pesek
diam nya perempuan bukan berarti dia tak sedih atau pun kecewa ketika kata" dan ucapan tak lagi di dengar mka diam lebih baik
2022-07-15
0
Risa Istifa
😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-03-18
1