Seperti Mimpi Buruk

Dinding putih kamar terkutuk ini seolah menjadi penopang tubuh Widya yang terduduk lunglai dengan derai air matanya. Tubuhnya seperti dihujam ribuan anak panah yang menancap tepat di di dadanya. Meski tak kasat mata, namun sungguh kata-kata yang keluar dari mulut Yuda, benar-benar telah berhasil meluluhlantakkan jiwanya.

Talak. Sebuah kata yang begitu berat, namun bisa dengan mudah diucapkan oleh seorang suami kepada istrinya jika memang benar sudah tidak ada lagi cinta diantara keduanya. Namun mengapa harus dengan cara seperti ini, Tuhan memisahkannya dengan sang suami. Di saat baru sebentar mereka mengecap arti sebuah kebahagiaan dalam berumah tangga.

Bagi Widya, enam tahun barulah waktu yang sangat singkat dalam menjalani biduk rumah tangganya. Mengingat sejak dulu ia berharap jika Yuda merupakan seorang suami yang akan menemaninya hingga akhir menutup mata. Dan kini, semua itu runtuh dalam waktu sekejap. Runtuh bersamaan dengan kalimat talak yang keluar dari mulut Yuda.

"Apa salahku Mas? Apa salahku hingga kamu tega melakukan ini semua kepadaku!", teriak Widya seperti melayangkan sebuah protes kepada Yuda.

Yuda tersenyum sinis. "Kamu tidak punya salah apa-apa. Justru sebagai seorang istri kamu berada di jalur yang semestinya. Namun, ternyata itu semua justru yang membuatku bosan kepadamu. Aku seperti tidak punya tantangan menjalani hidup bersamamu!"

Widya terperangah. Bibirnya menganga lebar. Di saat pasangan lain berusaha menjaga agar pernikahan mereka baik-baik saja, dengan cara meminimalisir segala pertentangan, suaminya ini justru mencari-cari tantangan? Tantangan seperti apa yang ia maksud?

Widya menggelengkan kepala. "Aku benar-benar tidak paham. Tantangan seperti apa maksudmu Mas?"

Yuda terkekeh pelan dengan seringai di bibirnya. "Kamu terlalu membosankan ketika berada di atas ranjang. Kamu bahkan tidak agresif saat melayaniku. Yang membuat aku seperti sedang berhubungan dengan gedebog pisang". Yuda memberi jeda ucapannya. Ia kembali menoleh ke arah Lusi sambil mencium bibir merah Lusi. "Sangat jauh berbeda dengan wanita yang ada di depanku ini. Dia begitu agresif dan pandai mendesah yang membuat aku begitu dimabuk kepayang!"

Nyatanya, air mata Widya masih saja mengalir tatkala mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut Yuda. Hatinya teramat sakit mendengar itu semua. Yuda terlalu tega mempermalukan dirinya di depan wanita simpanannya.

"Kamu benar-benar keterlaluan Mas! Hanya demi wanita ini, kamu tega menyakitiku dan putramu!", Widya kembali meneriakkan rasa hancurnya.

Lusi semakin berada di atas angin. Ia benar-benar berbangga diri, begitu dipuja oleh lelaki di depannya ini. Meski Yuda adalah lelaki biasa-biasa saja secara materi, namun di mata Lusi, Yuda adalah lelaki yang begitu mempesona. Gurat-gurat ketampanannya masih terlukis jelas di wajahnya, meski saat ini usianya sudah kepala tiga. Dan satu hal lagi yang membuat Lusi begitu terpikat dengan lelaki itu, perlakuannya saat mereka berhubungan fisik, membuatnya semakin tidak ingin lepas dari dekapan lelaki itu.

"Salahkan saja dirimu sendiri Wid. Kamu terlalu bodoh, hingga tidak paham bagaimana cara menyenangkan suami. Tidak hanya urusan perut, urusan di bawah perut pun seharusnya kamu paham dengan baik. Kamu terlalu monoton menjadi seorang istri. Dan tidak heran jika mas Yuda bosan terhadapmu!", ujar Lusi yang semakin membuat Widya terhempas ke dasar kehancuran.

"Diam, wahai wanita murahan! Kamu tidak jauh berbeda dengan wanita perebut suami orang yang begitu menjijikkan. Di mana nuranimu sebagai seorang wanita!? Yang tega merebut apa yang telah menjadi milik wanita lain. Dasar ja*ang!!", teriak Widya dengan lantang, meski bibirnya terlihat bergetar.

"Cih! Aku tidak perduli dengan semua yang kamu katakan. Yang pasti saat ini, mas Yuda secara terang-terangan, memilihku!", Lusi berdecih sembari menanggapi perkataan Widya. Lusi memeluk erat tubuh Yuda, dan bermanja-manja di sana. "Benar kan Mas, kalau kamu akan berpihak kepadaku dan meninggalkan istrimu itu?".

Yuda tersenyum penuh arti sambil mengusap lembut rambut Lusi. "Itu sudah pasti, Sayang. Aku sudah men talak Widya, dan sebentar lagi kita akan hidup bersama!"

Lusi terbahak, sebagai ungkapan kemenangan. Ia kembali menautkan pandangan ke arah Widya yang masih juga belum beranjak dari lantai, tempat ia terduduk lunglai. "Kamu bisa mendengar ucapan mas Yuda, bukan? Akulah pemenangnya. Dan kamu kalah telak dan sungguh sangat menyedihkan!"

Menyedihkan. Kata itulah yang saat ini begitu pantas disandang oleh Widya. Memang benar jika saat ini Widya menjadi seorang wanita yang sangat menyedihkan. Kesetiaanya dibalas dengan luka dan air mata. Sedangkan harga dirinya diinjak-injak dengan kemesraan yang diperlihatkan oleh dua manusia itu secara langsung di hadapannya.

"Mas, apakah kamu benar-benar menginginkan perpisahan ini?"

Seperti wanita bodoh, Widya masih mencoba bernegosiasi dengan Yuda. Padahal secara terang-terangan, Yuda telah merobek perasaannya dan jelas menyisakan luka dalam dadanya.

Yuda tersenyum sinis. "Tidak ada lagi yang bisa kamu harapkan dariku. Aku sudah tidak lagi menginginkanmu berada di sisiku. Saat ini hanya Lusi yang aku inginkan untuk menjadi pelengkap hidupku!"

Widya tersenyum getir mendengar ucapan Yuda. Memory otaknya kembali memutar kejadian di enam tahun yang lalu. Kata-kata itulah yang diucapkan oleh Yuda, saat melamarnya. Dengan jantan, ia meminta Widya secara langsung di depan kedua orangtuanya. Bahkan ia berjanji, jika seumur hidupnya, akan ia gunakan untuk membahagiakannya.

Namun kini keadaannya telah berbalik seratus delapan puluh derajat. Kini, bukan lagi Widya yang diinginkan oleh Yuda, melainkan wanita itu.

"Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan putra kita Mas? Sungguh, dia masih terlalu kecil untuk menerima ini semua", Widya mengiba dengan menjadikan putranya sebagai alasan agar Yuda mengurungkan niatnya untuk menceraikannya.

"Aku sudah tidak peduli dengan semuanya. Aku sudah menceraikanmu, dan itu semua tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Lagipula, suatu saat nanti, aku juga bisa mendapatkan anak dari Lusi!", Yuda berujar yang seketika memupus semua harapan Widya.

"Mas?!"

"Sudahlah, tidak perlu kita perpanjang lagi. Aku sudah menceraikanmu. Dan mulai saat ini kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi!"

"Mas, aku mohon. Jika kamu tidak bisa bertahan karena aku, setidaknya kamu bertahan untuk putra kita. Sungguh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana terlukanya dia, Mas!", Widya masih belum menyerah, meski yang ia lakukan itu seperti pengemis cinta.

Yuda menggeleng. "Aku tidak bisa. Aku tetap pada pendirianku, menceraikan kamu dan kemudian menikahi Lusi. Satu hal lagi, setelah ini silakan kemasi barang-barangmu dan segera pergi dari rumahku!"

Widya terperangah. "A-apa maksudmu Mas?!"

Yuda tersenyum sinis. "Pergilah dari rumahku. Karena aku akan menjual rumah itu, kemudian akan aku pakai sebagai bekal hidupku bersama Lusi di Bandung!"

Bibir Widya kembali menganga. Tubuhnya terasa tidak bertulang yang membuat ia semakin lemah dari sebelumya. Dan ia pun hanya bisa menenggelamkan wajahnya di sela kedua lututnya. Ia menangis di sana. Ia terluka, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa mendera. Ternyata wanita itu tidak hanya merebut cinta juga tubuh Yuda. Rumah yang penuh dengan kenangan antara ia dengan Yuda pun, Lusi rampas dengan paksa. Sungguh ini semua seperti mimpi buruk di siang hari. Dunianya telah runtuh seketika. Dan lengkap sudah penderitaan yang saat ini ia rasa.

.

.

. bersambung..

Hai, hai, hai para pembaca tersayang. Terima kasih banyak sudah berkenan mampir ke novel author ini yah. Nantikan kelanjutan kisah Widya Senin depan yah, hehehe..

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya ya kak. Dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote. Hehehe..

Happy Reading kakak..

Salam love, love, love💗💗💗

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹

Terpopuler

Comments

Nila

Nila

aku paling benci wanita bodoh dan lemah. Maaf nggk jadi ngikuti 🙏🙏

2023-04-04

0

Eni Nuraini

Eni Nuraini

hampir sama kisahnya...
kuatkan hatimu widya, semesta mendukungmu utk berbahagia.
karena ini ujian dan apabila lulus, pasti naik derajat.

2022-12-14

0

Yaty Suciati

Yaty Suciati

kesel kalau pemeran utamanya lemah, termehek mehek ....

2022-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 Perselingkuhan
2 Talak
3 Seperti Mimpi Buruk
4 Apa Salahku, Tuhan?
5 Mengakhiri Hidup?
6 Mengantar Pulang
7 Aku Kira Aku adalah Rumah
8 Terbuang
9 Rumah dan Setiap Jengkal Kenangan
10 Pulang
11 Jatuh Sakit
12 Malaikat Kecil itu Bernama Rama
13 Status Baru
14 Mulai Melangkah
15 Sebuah Peluang
16 Harap-Harap Cemas
17 Hari Pertama
18 Mengutarakan
19 Love?
20 Debtcollector
21 Izinkan
22 Mencoba Membuka Hati
23 Supervisi
24 Awal Kesedihan Rama
25 Terungkap
26 Untuk Pertama Kali
27 Bisik-bisik Tetangga
28 Kerisauan Hati
29 Kunjungan Pertama Bryan
30 Arjuna Rahmanu Wijaya
31 Menyusun Kepingan Kenangan
32 Arjuna Mencari Widya
33 Berteman
34 Sebuah Janji
35 Widya dan Rintik Air Hujan
36 Sejenak Bernostalgia
37 Ada yang Memiliki?
38 Benarkah Dunia itu Sempit?
39 Sang Pelindung
40 Ketika Ketiganya Bertemu
41 Pertengkaran?
42 Hampir Saja...
43 Titik Balik
44 Langkah Arjuna
45 Menjagamu Lewat Doaku
46 Jalan-jalan Malam
47 Jalan-jalan Malam #2
48 Cinta... Bersabarlah
49 Malaikat Tak Bersayap
50 Doa Empat Manusia
51 Jogja dan Madura
52 Dijodohkan?
53 Masalah di Resto
54 Rencana Arjuna untuk Widya
55 Memanggil 'Mama'?
56 Sedikit Firasat sang Ibu
57 Ketika Rama Sakit
58 Duduk Berdua di Beranda
59 Persiapan Menuju Jogja
60 Wisss..... Sudaahhhh....
61 Sebuah Kejutan
62 Di Bawah Deras Air Hujan
63 Kecewa?
64 Kekuatan dari Orang-orang Sekitar
65 Harus Sampai Di Sini
66 Parent's Day
67 Menikahlah Denganku
68 Segera Menghalalkanmu
69 Selepas Widya Pergi
70 Sebuah Berita
71 Ibu Asmah Oh Ibu Asmah
72 Kamu Istimewa, Widya!
73 Persiapan
74 Ku Pinang Kau dengan Bismillah
75 Runtuhnya Keangkuhan dan Kesombongan
76 Karma?
77 Tak Ada yang Abadi
78 Malam Sebelum Akad
79 Akad
80 Resepsi (Spesial Part)
81 Gagal Malam Pertama?
82 Awal Prahara
83 Ini Semua Milikmu, Mas Juna
84 Malam Panjang
85 Kelelahan?
86 Dia? Rama?
87 Merindukan Kehadiran Anak?
88 Malam Terakhir
89 Balada Parfum Aroma Nangka
90 Di Belakang Yudha
91 Banana oh Banana
92 Ketika Ibu Ratu Sedang Ngidam
93 Yudha dan Titik Balik Hidupnya
94 Firasat
95 Berat untuk Melepaskan
96 Terjawab Sudah Kegelisahan Itu
97 Sebuah Kabar
98 Salah Siapa?
99 Pertemuan #1
100 Pertemuan #2
101 Hukum Tabur Tuai
102 Dalam Dekapan
103 Pagi yang Hangat
104 Para Mantan
105 Bukti Cinta Arjuna
106 Kulonuwun Madura #1
107 Kulonuwun Madura #2
108 Malam Panjang untuk Siapa?
109 Kontraksi
110 Selamat Datang Rainanissa Lu'luk Qurrata A'yun
111 Kebahagiaan Kita
112 Aqiqah
113 Bahagia Milik Kita
114 Takdir Cinta (END)
115 Cuap-Cuap Author
116 Sedikit Menyapa
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Perselingkuhan
2
Talak
3
Seperti Mimpi Buruk
4
Apa Salahku, Tuhan?
5
Mengakhiri Hidup?
6
Mengantar Pulang
7
Aku Kira Aku adalah Rumah
8
Terbuang
9
Rumah dan Setiap Jengkal Kenangan
10
Pulang
11
Jatuh Sakit
12
Malaikat Kecil itu Bernama Rama
13
Status Baru
14
Mulai Melangkah
15
Sebuah Peluang
16
Harap-Harap Cemas
17
Hari Pertama
18
Mengutarakan
19
Love?
20
Debtcollector
21
Izinkan
22
Mencoba Membuka Hati
23
Supervisi
24
Awal Kesedihan Rama
25
Terungkap
26
Untuk Pertama Kali
27
Bisik-bisik Tetangga
28
Kerisauan Hati
29
Kunjungan Pertama Bryan
30
Arjuna Rahmanu Wijaya
31
Menyusun Kepingan Kenangan
32
Arjuna Mencari Widya
33
Berteman
34
Sebuah Janji
35
Widya dan Rintik Air Hujan
36
Sejenak Bernostalgia
37
Ada yang Memiliki?
38
Benarkah Dunia itu Sempit?
39
Sang Pelindung
40
Ketika Ketiganya Bertemu
41
Pertengkaran?
42
Hampir Saja...
43
Titik Balik
44
Langkah Arjuna
45
Menjagamu Lewat Doaku
46
Jalan-jalan Malam
47
Jalan-jalan Malam #2
48
Cinta... Bersabarlah
49
Malaikat Tak Bersayap
50
Doa Empat Manusia
51
Jogja dan Madura
52
Dijodohkan?
53
Masalah di Resto
54
Rencana Arjuna untuk Widya
55
Memanggil 'Mama'?
56
Sedikit Firasat sang Ibu
57
Ketika Rama Sakit
58
Duduk Berdua di Beranda
59
Persiapan Menuju Jogja
60
Wisss..... Sudaahhhh....
61
Sebuah Kejutan
62
Di Bawah Deras Air Hujan
63
Kecewa?
64
Kekuatan dari Orang-orang Sekitar
65
Harus Sampai Di Sini
66
Parent's Day
67
Menikahlah Denganku
68
Segera Menghalalkanmu
69
Selepas Widya Pergi
70
Sebuah Berita
71
Ibu Asmah Oh Ibu Asmah
72
Kamu Istimewa, Widya!
73
Persiapan
74
Ku Pinang Kau dengan Bismillah
75
Runtuhnya Keangkuhan dan Kesombongan
76
Karma?
77
Tak Ada yang Abadi
78
Malam Sebelum Akad
79
Akad
80
Resepsi (Spesial Part)
81
Gagal Malam Pertama?
82
Awal Prahara
83
Ini Semua Milikmu, Mas Juna
84
Malam Panjang
85
Kelelahan?
86
Dia? Rama?
87
Merindukan Kehadiran Anak?
88
Malam Terakhir
89
Balada Parfum Aroma Nangka
90
Di Belakang Yudha
91
Banana oh Banana
92
Ketika Ibu Ratu Sedang Ngidam
93
Yudha dan Titik Balik Hidupnya
94
Firasat
95
Berat untuk Melepaskan
96
Terjawab Sudah Kegelisahan Itu
97
Sebuah Kabar
98
Salah Siapa?
99
Pertemuan #1
100
Pertemuan #2
101
Hukum Tabur Tuai
102
Dalam Dekapan
103
Pagi yang Hangat
104
Para Mantan
105
Bukti Cinta Arjuna
106
Kulonuwun Madura #1
107
Kulonuwun Madura #2
108
Malam Panjang untuk Siapa?
109
Kontraksi
110
Selamat Datang Rainanissa Lu'luk Qurrata A'yun
111
Kebahagiaan Kita
112
Aqiqah
113
Bahagia Milik Kita
114
Takdir Cinta (END)
115
Cuap-Cuap Author
116
Sedikit Menyapa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!