"Rumah itu nantinya akan menjadi milik putra kita Mas. Jadi kamu tidak berhak menjual rumah itu!", Widya berteriak lantang. Meski saat ini wanita simpanan suaminya itu telah berhasil merebut hati juga tubuh Yuda, namun tidak dengan rumah yang mereka tinggali. Rumah itu adalah hak penuh untuk putranya kelak.
Yuda tersenyum sinis. "Apa kamu lupa jika rumah itu merupakan peninggalan orang tuaku? Dan aku tidak berencana untuk memberikan rumah itu untuk anak kita!"
Bibir Widya semakin terkatup. Apa yang tengah merasuki hati juga akal sehat sang suami, hingga sampai pada titik ini pun, ia seperti melupakan putra semata wayangnya.
Air mata Widya semakin mengalir dengan deras. "Mengapa kamu tega melakukan ini semua Mas. Kamu tidak hanya melukai perasaanku, namun kamu juga melukai perasaan putra kita. Apa yang sedang terjadi kepadamu Mas?!"
Yuda malah semakin terbahak, tanpa sedikitpun merasa bersalah. "Sudahlah tidak perlu dibahas lagi. Sekarang pulanglah. Dan aku harap maksimal tiga hari yang akan datang, kamu sudah keluar dari rumahku!" Yuda menautkan pandangannya ke arah Lusi dengan tatapan penuh cinta sambil mengecup punggung tangannya. "Karena sebentar lagi, aku akan memulai hidup baru bersama Lusi".
Sendi-sendi tubuh Widya semakin melemah, bahkan untuk beranjak dari tempat inipun terasa sulit untuk ia lakukan. Perselingkuhan, penghianatan, dan talak yang ia dapatkan secara beruntun seharian ini, membuatnya semakin terperosok ke dalam jurang luka yang begitu menganga.
Yuda sama sekali tidak merasa iba dengan wanita yang tengah terduduk di lantai itu. Seorang wanita yang sudah enam tahun ini menjadi teman hidupnya. Seorang wanita yang selalu bisa menerima apapun yang ia berikan, dan pastinya seorang wanita yang berpegang teguh pada kesetiaan untuk mendampinginya. Yuda pernah begitu mencintai Widya, namun ternyata saat ini seolah lenyap tanpa bekas, tepatnya setelah kehadiran wanita yang tega merampas semua yang menjadi milik Widya.
"Ah iya, aku berikan motor yang ada di rumah untuk kamu. Tapi untuk sisa angsurannya, silakan kamu yang urus. Bagaimanapun juga motor itu atas namamu, jadi harus kamu yang menanggungnya!", ucap Yuda memecah sedikit keheningan yang ada.
Lengkap sudah penderitaan yang Widya rasakan. Jika sudah seperti ini, ia harus berbuat apa? Selama menjadi istri Yuda, ia hanya menggantungkan hidupnya dari uang jatah yang diberikan oleh sang suami. Mungkin ia bodoh, karena selama enam tahun ini, ia tidak mencoba untuk melakukan hal apapun yang mungkin bisa menjadi penopang hidupnya sendiri. Widya terlalu naif, ia terlalu percaya diri jika suaminya adalah lelaki setia yang tidak akan pernah meninggalkannya, namun ternyata saat ini dunianya telah jungkir balik seperti ini. Dan ia tidak memiliki persiapan apapun.
Tubuh Widya terasa begitu lelah, hatinya tersayat, hidupnya porak poranda, dan kini ditambah sebuah beban angsuran motor yang mengharuskan Widya mengeluarkan uang enam ratus ribu untuk membayar angsurannya. Sungguh, ia benar-benar tidak bisa membayangkan, bagaimana bisa ia menjalani ini semua.
"Apa kamu tidak sadar jika itu semua berat untukku Mas? Kamu tahu, selama ini aku menggantungkan hidupku hanya kepadamu, hanya dari pemberianmu, jika saat ini kamu mengalihkan beban angsuran motor itu, tidakkah kamu tahu itu semua menjadi beban berat untukku Mas?!", kali ini Widya mencoba untuk bernegosiasi, berharap Yuda bisa sedikit memberikan jalan keluar.
Yuda tetap menggeleng. "Itu urusanmu, aku tidak mau tahu. Anggap saja mulai saat ini kamu belajar menjadi wanita mandiri yang bisa menopang hidupmu sendiri, dan tidak terlalu bergantung kepada orang lain!"
Widya semakin menundukkan kepala sambil meremas-remas rambutnya bermaksud untuk menghilangkan rasa pening yang tiba-tiba menyerangnya. Bukan hanya fisik dan hatinya, kini kepalanya pun juga terasa dihantam oleh bongkahan batu besar yang membuat tubuhnya seperti menahan sebuah beban yang sangat berat.
Yuda benar-benar telah lupa segalanya. Dulu ia sendiri yang meminta Widya untuk fokus mengurus rumah tangga dan tidak memperbolehkannya bekerja di luar rumah. Sebagai seorang istri, Widya menyetujuinya karena bagaimanapun juga ia harus patuh kepada perintah lelaki yang sudah sah menjadi suaminya. Namun kini, ucapan Yuda perihal wanita mandiri seperti membuat Widya semakin tersudut. Yuda secara tidak langsung menyalahkannya karena selama enam tahun ini, ia hanya menjadi parasit untuk sang suami.
Widya semakin menenggelamkan dirinya ke dalam rasa yang sangat sulit untuk ia ungkapkan. Kini ia semakin tersadar jika seseorang yang sangat dekat dengan kita pun bisa meluluhlantakkan hidup kita. Dan satu hal lagi, seharusnya ia tidak terlalu menggantungkan hidupnya bahkan kepada suaminya sekalipun. Sungguh, kejadian-kejadian yang dialami oleh Widya hari ini, semakin membuatnya sedikit tersadar bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini.
"Dasar wanita tidak berguna. Ternyata selain tidak dapat memuaskan mas Yuda di atas ranjang, kamu juga terlalu menggantungkan hidupmu kepada mas Yuda, ya? Lantas apa bedanya kamu dengan parasit?!", Lusi berbicara lantang yang semakin perasaan membuat Widya tercabik-cabik.
Yuda tersenyum tipis. "Sudahlah Sayang, Widya memang berbeda jauh dengan dirimu. Ya wajar saja sih, dia hanya lulusan SMA jadi ya hanya seperti itulah kemampuannya!".
Widya terhenyak, ternyata selain luka yang telah Yuda tancapkan ke dalam dadanya, ia juga tega mempermalukan dirinya di hadapan wanita itu. Widya semakin merutuki kebodohannya. Jika memang hal seperti ini yang akan terjadi, ada baiknya dulu ia memilih melanjutkan kuliah setelah lulus dari SMA. Namun sekarang ia bisa apa? Jika bukan dengan menerima ini semua dengan hati yang lapang.
"Kamu benar-benar telah berubah Mas. Kamu telah melupakan semua yang pernah terjadi di antara kita. Bahkan putra kita pun tidak bisa membukakan matamu atas semua kesalahan yang telah kamu lakukan kepada kami!", lirih Widya yang terasa sudah tidak bisa lagi berbicara lantang.
"Aku memang sudah berubah Wid, tepatnya setelah bertemu dengan Lusi. Sejak bertemu dengan Lusi, sungguh jiwa mudaku kembali bergelora. Hanya ada rasa senang yang menyelimuti diriku saat berada di dekatnya!", Yuda berucap dengan pujian yang tinggi untuk sang kekasih.
Widya memandang wajah Yuda dan Lusi dengan sorot mata tajam. Baginya dua manusia yang ada di depannya ini adalah manusia paling keterlaluan yang pernah ia temui. Mereka tega tertawa di atas penderitaan yang saat ini Widya rasakan. Mereka tidak tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini yang sudah terkoyak hebat atas penghianatan yang mereka lakukan.
"Pulanglah Wid, seberapa lama kamu berada di sini, tidak akan pernah mengubah keputusanku. Aku telah menceraikanmu, dan kamu bukanlah istriku lagi!", Yuda berujar dengan penuh ketegasan untuk kembali mengingatkan Widya jika saat ini mereka telah bercerai.
Widya menghapus air mata yang masih terus saja mengalir di pipinya. Perlahan ia mulai berdiri sambil memegang meja rias yang letaknya tidak jauh dari tempatnya terduduk saat ini. Berupaya mencari sesuatu yang bisa menguatkan ia untuk kembali berdiri. Widya berhasil berdiri dengan sempurna meski rasa pening masih begitu terasa di kepalanya.
"Terima kasih atas kejutan yang kamu berikan di hari ini mas Yuda. Semoga kamu tidak akan pernah merasakan apa yang saat ini aku rasakan", ucap Widya dengan suara yang terdengar bergetar sambil menautkan pandangannya ke arah Yuda. Ia kemudian melirik ke arah Lusi. "Dan untuk kamu, seistimewa apapun mas Yuda memuji bahkan memujamu, di mataku kamu hanyalah wanita j*lang dan menjijikkan yang tega merampas semua yang menjadi kebahagiaanku. Terima kasih karena setidaknya dengan kehadiranmu, aku semakin tahu orang macam apa mas Yuda itu!".
Lusi terbahak, ia hanya menganggap ucapan Widya hanya seperti angin lalu. "Aku tidak peduli. Sekarang pulanglah, masih ingat pintu keluarnya, bukan?".
Widya membalikkan badan. Ia manarik tuas pintu kamar dan mulai melangkahkan kaki meninggalkan kamar terkutuk ini. Air matanya masih mengalir deras beriringan dengan langkah kakinya yang gontai. Berkali-kali ia menghela nafas dalam dan menghembuskannya.
Apa salahku ya Tuhan, hingga Engkau memberikan luka yang begitu dalam seperti ini...
.
.
. bersambung...
Hai-hai para pembaca tersayang.. terima kasih banyak sudah berkenan mampir ke novelku ini ya kak.. jangan lupa untuk meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya yah... dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote, hihihihihi..
Happy Reading kakak...
Salam love, love, love💗💗💗
🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang di tulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
𖣤᭄ اندي وحي الد ين
Karma itu nyata, dosa itu neraka! Sudah over kesalahan yuda dan lusi!
2022-02-23
0
Fi Fin
perempuan bodoh ga ada harga dirinya ..
ngemis2 cinta sama laki biadab ..
2022-02-22
0
Elpi Darlius
trus...aja..bikin netijen gondok....trussss....bisa abis gelas di banting nich....
2022-01-25
0