NovelToon NovelToon

Takdir Cinta

Perselingkuhan

Terik sinar matahari yang begitu terasa membakar pori-pori kulit, tidak menyurutkan langkah kaki seorang wanita muda berusia dua puluh lima tahun menyusuri jalanan beraspal yang berada di tengah kota. Dadanya bergemuruh, layaknya sebuah ombak besar yang bergulung-gulung memecah pantai. Dalam kepalanya dipenuhi oleh kekalutan yang luar biasa. Seketika ingatannya tertuju pada sebuah story WhatsApp milik salah satu sahabat terdekatnya yang satu jam lalu ia lihat.

Widya Larasati, seorang ibu muda yang berusia 25 tahun itu melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Ia seperti berpacu dengan waktu untuk dapat segera sampai di tempat yang ia tuju. Menggunakan jasa ojek online, ia turun di depan gang kecil kemudian menyusuri lorong kecil itu untuk menuju sebuah rumah. Sebuah rumah yang ia yakini sebagai tempat di mana sang suami sedang menghabiskan waktu bersama simpanannya.

Widya berdiri terpaku di depan sebuah rumah yang nampak tidak terlalu besar. Namun rumah ini terlihat sedikit jauh lebih indah dipandang daripada rumah yang ia tinggali. Desain rumah minimalis yang terlihat begitu apik dengan nuansa warna biru laut. Di depan teras terdapat berbagai macam tanaman hias yang tertata apik di dalam pot plastik yang didominasi oleh warna putih. Seolah menjadi tanda jika pemilik rumah ini begitu pandai merawat tanaman-tanaman ini.

Widya melangkahkan kaki menuju pintu depan. Debaran jantungnya masih begitu terasa. Diimbangi dengan rasa sesak yang tertahan dan seperti menjadi pemicu titik-titik bulir bening berkumpul di pelupuk matanya. Namun tangan itu, perlahan terulur untuk menarik tuas pintu yang ada di hadapannya.

Ceklekk...

Pintu yang berada di hadapannya ternyata tidak terkunci. Hal itulah yang membuat Widya lebih mudah untuk memasuki rumah ini. Seperti seorang pencuri, Widya mengendap-endap mulai menjelajahi seluruh ruangan yang ada di rumah ini. Sebisa mungkin ia berusaha agar pergerakan kakinya tidak terdengar. Dadanya masih bergemuruh. Jika memang story WhatsApp yang ia lihat dari ponsel salah satu temannya itu memang benar adanya, Widya ingin menyaksikannya secara langsung. Meski ia sendiri juga tidak bisa memastikan jika ia akan baik-baik saja saat melihat apa yang akan ia lihat.

Langkah kaki Widya terhenti di depan sebuah pintu kamar yang tertutup. Telinganya seperti mendengar suara seseorang di dalam sana. Ia menatap daun pintu itu dengan lekat kemudian menggeser wajahnya dan menempelkan telinganya di permukaan pintu itu.

"Ssssshhhh sayang, milikmu ternyata benar-benar bisa membuatku gila. Sungguh ini sangat nikmat sayang, apa yang kamu miliki ini sangat nikmat!"

"Mmmpphhhh aaahhhh begitu pula milikmu Mas, milikmu ini benar-benar bisa membuatku ketagihan!".

"Uuuhhhhh kamu ketagihan sayang?, kamu bisa menikmatinya, semaumu, sebanyak apapun yang kamu mau!"

"Ooohhhh yeeaahhh, terus Mas, a-aku sudah ingin.. uuuhhhhh sssshhhhhhh Mas...!!"

"Tahan sedikit lagi sayang, kita keluarkan sama-sama!"

"Uuuhhhhhh...!!"

"Sssshhhhhhh..!!"

"Mmmmmpphhhhhhh...!!"

"Aaahhhhh sayang...."

"Aaaahhhhhh Mas......!!!"

"Aaaaaaahhhhhhhhhhhh........!!!!"

Cekleekkk...

Brakkkkkkkk!!!!

Widya membuka pintu di depannya dengan paksa. Pintu itu terhempas mengenai sisi tembok kamar sehingga menimbulkan suara gebrakan yang membahana. Sontak suara gebrakan pintu itu membuat dua manusia yang sedang bergumul di atas ranjang mengarahkan pandangan mereka ke arah Widya.

Dua manusia itu terkejut setengah mati, melihat ada seseorang yang berdiri di dekat pintu. Rasa terkejut jauh lebih dirasakan oleh Widya. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat adegan yang tersaji di depan matanya. Sebuah adegan menjijikkan yang tidak seharusnya dilakukan oleh pasangan yang bahkan tidak memiliki ikatan apapun.

Dua manusia dengan tubuh polos tanpa adanya sehelai benang pun yang menutupi tubuh mereka. Dan sepasang manusia yang terlihat seperti kelelahan akan pekerjaan yang baru saja mereka lakukan. Hal itu nampak dari bulir-bulir peluh yang deras menetes lewat pori-pori wajah mereka.

Widya menatap wajah dua manusia itu dengan tatapan nanar. Gejolak dalam hati yang sempat terhenti, kini seolah dipaksa untuk bergejolak lagi. Air mata yang sedari tadi ia tahan untuk tidak menetes, kini satu per satu mulai jatuh membasahi pipi.

"Apa yang kamu lakukan bersama wanita ini mas Yuda?", suara Widya terdengar bergetar seolah menjadi tanda jika hatinya dipenuhi oleh kegetiran.

Lelaki yang bernama Yuda itu terlihat santai. Dengan santainya ia memungut celananya yang berserakan di lantai kemudian memakainya. Sedangkan wanita yang menjadi lawan pergumulannya itu, hanya menarik selimut tebal untuk menutupi tubuhnya yang polos.

"Baguslah kalau sekarang kamu tahu. Aku memang memiliki hubungan khusus dengan anak dari bos-ku!", Yuda menjawab dengan suara lantang.

Bibir Widya bergetar. Ia masih tidak percaya akan apa yang diucapkan oleh lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu. "Katakan jika itu semua bohong Mas!".

Yuda tersenyum sinis. "Kamu bodoh Widya! Kamu bahkan sudah melihat dengan mata kepalamu sendiri. Dan kamu masih berharap jika ini semua adalah kebohongan?!"

"Lalu kenapa Mas?, kenapa kamu tega melakukan semua ini terhadapku?!", Widya melayangkan sebuah pertanyaan dengan derai air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.

Yuda menatap Widya dengan tatapan jengah. Rasa cinta yang ia miliki untuk wanita di hadapannya ini, sudah lama terkikis. Tepatnya saat ia bertemu dengan Lusi yang merupakan anak dari bos-nya yang sejak satu tahun yang lalu pindah dari Bandung. Hal itulah yang membuatnya tidak merasa iba akan apa yang dialami oleh Widya saat ini.

"Aku sudah bosan denganmu. Bagiku kamu sudah tidak menarik lagi. Bahkan kamu tidak pandai bermain di atas ranjang, yang membuatmu semakin membosankan!".

Duuaaarrrrrr!!!!!

Widya seperti mendengar petir di siang bolong. Saat kata-kata itu keluar dari mulut Yuda, membuat tubuhnya kembali bergetar hebat. Bosan? Tidak menarik lagi? Tidak pandai bermain di atas ranjang? Kata-kata itulah yang berputar-putar dalam otaknya. Otaknya seperti dipaksa berpikir keras untuk mencerna kata-kata itu. Semudah itukah seorang suami berbuat sesuatu di luar batas, yang menghancurkan bahtera rumah tangganya. Dan apakah alasan seperti itu dapat dibenarkan bagi seorang suami bermain belakang dengan wanita lain di luar sana?

Yuda kembali menatap sinis wajah Widya. Ia merasa saat ini adalah saat yang tepat mengakhiri kebosanannya dengan wanita yang masih menjadi istrinya itu. "Kamu tahu pasti, setahun belakangan ini aku tidak pernah memintamu untuk melayaniku di atas ranjang. Itu semua karena aku sudah mendapatkan surga dunia ku dari Lusi!".

Mata Widya terbelalak. "Apa kamu bilang Mas? Satu tahun? Itu sama saja selama satu tahun ini kamu melakukan hal menjijikkan bersama wanita murahan ini?".

Plakkkk...!!!

Sebuah tamparan mendarat di pipi Widya. Tangan Yuda yang kokoh itu, sukses membuat bekas kemerahan di pipi Widya. Reflek, Widya memegang pipinya, untuk sedikit mengurangi rasa panas yang menjalar di wajahnya.

"Jaga mulut kamu Wid! Lusi bukanlah wanita murahan. Dia adalah wanita yang saat ini aku cinta!", teriak Yuda setelah berhasil mendaratkan tamparan ke pipi Widya.

Bertambah deras, derai air mata yang mengalir dari pelupuk mata Widya. Air mata itu seolah tidak mau berhenti mengalir, dan memberi isyarat jika saat ini wanita itu tengah terluka. Widya memandang wajah Yuda. Saat ini ia semakin tersadar jika dari sorot mata lelaki itu sudah tidak ada lagi cinta yang tersisa untuknya. Kemudian pandangannya beralih ke arah wanita yang saat ini masih terbaring polos di bawah selimut tebal itu.

Raut wajahnya sama sekali tidak menampakkan ekspresi seseorang yang merasa bersalah. Gurat wajahnya justru menampakkan sebuah ekspresi kemenangan. Menang, karena ia berhasil menjadi duri dalam kehidupan Widya juga Yuda. Dan kemenangan, karena ia telah menjadi badai yang berhasil memporak-porandakan rumah tangga sepasang suami istri yang masih berusia enam tahun itu.

.

.

. bersambung...

Assalamualaikum para pembaca tersayang.

Bertemu lagi dengan author, hehehehe semoga belum bosan yah.. kali ini para pembaca berjumpa dengan novel ketiga author. Di novel ini akan bercerita tentang perjalanan cinta Widya (seorang janda muda berusia 25 tahun). Apakah hanya tentang cinta?

Tidak!!

Cinta terhalang restu, cinta yang salah, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, jagain jodoh orang, kegagalan dalam menjadi seorang ibu, hingga proses hijrah untuk kembali menjadi manusia yang jauh lebih baik dari sebelumnya, akan tertuang dalam novel ini.

Apakah ada pelakor?

Awalnya ada. Namun itu hanya sebagai pembuka jalan cerita. Setelah itu, author tidak menghadirkan pelakor lagi, mengingat dua novel sebelumnya pelakor berkeliaran di mana-mana, hehehe.

Di sini author juga tidak akan membuat karakter seperti Lintang maupun Arumi yang taat beribadah dan memiliki jalan yang lurus sesuai ajaran agama. Author ingin bermain karakter yang berbeda dari novel sebelumnya. Tapi kenapa cover nya berhijab thor?, itu merupakan jawaban dari proses hijrah yang akan author tuangkan.

Penasaran?

Ikuti terus ceritanya yah...

Seperti biasa jangan lupa untuk meninggalkan jejak Like dan Komentar di setiap episodenya yah kak. Dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote

Happy Reading kakak..

Salam love, love, love❤️❤️❤️

Wassalamualaikum...

WARNING:

SLOW UPDATE

Hhehehehehe😘😘

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹

Talak

Rasa panas terasa semakin menjalar di permukaan pipi Widya. Tamparan dari tangan suaminya itu benar-benar telah berhasil membuat hatinya terkoyak. Widya masih berdiri, terpaku, memandang tubuh wanita di bawah selimut tebal itu dengan tatapan nanar. Seorang wanita yang sepertinya berusia tiga tahun lebih muda darinya. Cantik memang. Dalam gurat-gurat wajahnya, menampakkan dia adalah wanita yang rutin melakukan perawatan, hal itu nampak dari kesan glowing yang terpancar dari wajahnya. Atau mungkin jika tidak rutin melakukan perawatan, ia rajin memakai skin care yang bisa menjadi senjata untuk tetap mempertahankan kecantikan wajahnya itu.

Yuda yang melihat Widya terperangah ketika menatap Lusi, hanya tersenyum sinis. "Kamu tidak perlu memandang Lusi dengan lekat seperti itu. Semakin lekat memandang, kamu akan semakin merasa jika wajah Lusi jauh lebih cantik dari kamu!".

"A-apa kamu bilang Mas? Dia lebih cantik daripada aku? Apa yang membutakan matamu sehingga kamu bisa mengatakan hal itu Mas?", teriak Widya seolah meneriakkan seluruh rasa sakitnya.

Ia tidak pernah merasa sesakit ini. Kesetiaan yang ia berikan untuk mendampingi apapun keadaan sang suami, ternyata dibalas dengan luka yang begitu menyayat hati seperti ini.

Yuda menyeringai. "Bahkan orang buta pun juga bisa meraba, jika kecantikan Lusi jauh berada di atas kamu. Lihatlah! Dia masih muda, fresh, dan pandai merawat diri. Jauh berbeda dengan kamu yang semakin hari semakin tidak menarik lagi".

Lagi, air mata dari pelupuk mata Widya kembali mengalir dengan derasnya. Saat mendengar suaminya mengungkapkan hal itu, rasa getir masih ia rasakan. Ia seperti menjadi seorang istri yang tidak pandai dalam merawat tubuh saja. Selama ini ia tidak pernah meminta hal yang aneh-aneh kepada suaminya. Mengingat Yuda hanya bekerja sebagai sopir pribadi, ia tidak ingin menambah beban sang suami dengan sesuatu yang tidak terlalu penting. Dan kini segala penerimaan yang dilakukan oleh Widya atas apa yang diberikan oleh sang suami, diputar balikkan bahwa dia lah yang bersalah karena tidak pandai merawat diri? Memang berapakah uang belanja yang ia berikan untuk Widya, sampai ia menuntut sang istri melakukan perawatan tubuh?

Kini saat Yuda membandingkan dirinya dengan wanita itu semakin membuat Widya terperosok dalam jurang rasa bersalah yang begitu dalam. Bersalah karena ia tidak pernah melakukan perawatan wajah seperti yang dilakukan oleh wanita itu.

Lusi yang mendengar percakapan dua orang yang ada di hadapannya ini tak henti-hentinya memandang sang wanita dengan sorot mata tajam dengan seringai di bibirnya. Hatinya seperti bersorak gembira, melihat sang lelaki memuji dirinya di hadapan istrinya sendiri. Bukan hanya memuji, Lusi merasa jika Yuda teramat memujanya. Lihatlah, Yuda bahkan lebih sering menghabiskan waktu bersamanya dibandingkan dengan keluarganya, setahun belakangan ini.

Yuda kembali mendekat ke arah Lusi yang masih berada di atas ranjang dengan tubuh polosnya. Ia merebahkan tubuhnya di samping Lusi. Lusi yang mengetahui itu kemudian menyambutnya dengan senang hati, bahkan ia pun melingkarkan lengannya ke tubuh Yuda. Tak hanya itu saja, Yuda juga terlihat mengecup kening Lusi.

Kedua bola mata Widya membulat sempurna. Ia mencoba mengerjap-ngerjapkan mata, berupaya meyakinkan diri jika yang ia lihat tidaklah nyata. Namun nyatanya, ini semua nyata, nyata ada di depan matanya. Mulut Widya terkatup melihat kemesraan suami juga simpanannya itu, seperti sengaja memamerkan keintiman mereka berdua.

"Terima sajalah nasibmu Wid. Jelas-jelas saat ini hanya aku yang diinginkan oleh mas Yuda!", ucap Lusi yang seketika mengembalikan kesadaran Widya.

Widya menggeleng. "Tidak, aku tidak bisa menerima ini semua. Mas Yuda adalah suamiku, dia adalah ayah dari anakku. Aku tidak akan membiarkan kamu merebut mas Yuda dari sisiku juga anakku wahai wanita murahan!".

Widya sadar, ia tersakiti karena sebuah penghianatan. Namun ia teringat, bahwa masih ada seorang anak kecil yang memerlukan kasih sayang dari kedua orang tua yang utuh. Ia tidak ingin anaknya yang masih belum tahu apapun tentang kehidupan, menjadi korban atas perceraian ibu juga ayahnya. Meski seperti tersayat seribu sembilu dengan penghianatan yang dilakukan oleh Yuda, Widya masih berharap sang suami mau kembali ke sisinya, demi putranya.

Lusi tersenyum sinis. "Aku tidak merebut apapun yang ada dalam genggamanmu. Mas Yuda sendirilah yang mendatangiku untuk menjadi sumber kebahagiaannya. Jadi aku tidak yakin, jika mas Yuda masih mau untuk kembali ke sisimu".

Widya menghela nafas dalam sambil mengusap sisa-sisa air matanya. Isak tangisnya masih lirih terdengar. Ia tautkan pandangannya ke arah Yuda yang saat ini terlihat di samping Lusi dengan posisi miring sambil memeluknya.

"Mas, tidakkah kamu merasa kasihan terhadap putra kita? Ia masih terlalu kecil untuk menerima ini semua. Aku mohon Mas, pulanglah!", Widya memohon dengan air mata yang masih saja menetes tiada henti.

Widya menurunkan ego juga harga dirinya. Ia rela diinjak-injak dengan sebuah penghianatan dan mengesampingkan semua rasa sakit yang ia rasa. Ia berharap semoga hati Yuda luluh dan segera meninggalkan wanita itu.

Yuda menyeringai. "Meski tidak hanya satu anak yang kita punya, itu semua tidak akan membuatku untuk tetap berada di sampingmu Wid!"

"Apa maksud ucapanmu Mas?!"

Yuda membelai lembut pipi Lusi. Yang seketika membuat wanita itu tersipu malu. Ia kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke arah Widya. "Aku sudah tidak lagi berhasrat kepadamu. Aku bosan denganmu. Bahkan kamu sebagai seorang istri tidak pandai menyenangkan aku di atas ranjang. Berbeda dengan Lusi. Dia selalu membuatku merasa ingin, dan terus ingin menikmati tubuhnya. Bersamanya, aku tidak pernah merasa bosan!"

Widya kembali terperangah. Mengapa hanya urusan ranjang yang dikemukakan oleh Yuda. Apakah baginya kehidupan berumah tangga itu hanya tentang ranjang saja?. Dan hal apakah yang dilakukan oleh Lusi di atas ranjang, yang bisa membuat Yuda begitu mendamba wanita itu?

"Apakah kamu sadar atas ucapanmu itu Mas? Ucapan yang keluar dari mulutmu itu tidak seharusnya kamu keluarkan kepadaku yang sudah menemanimu selama enam tahun. Tidakkah kamu ingat, jika dulu kita begitu bahagia dengan rumah tangga kita Mas?".

Widya masih berupaya untuk mengingatkan kembali apa yang sudah terbangun selama enam tahun usia pernikahan mereka. Meski kehidupan mereka penuh kesederhanaan, namun mereka menjalani semua itu dengan bahagia.

Saling memberi, saling menerima dengan ikhlas seolah menjadi goresan kebahagiaan yang tiada pernah bisa tergantikan oleh apapun. Namun kini, semua itu musnah dalam waktu sekejap. Sungguh Widya belum bisa untuk menerima itu semua.

"Semua akan percuma Wid. Bagaimanapun juga, rasa bosanku telah mengalahkan semuanya. Aku sudah tidak bahagia hidup bersamamu!", Yuda menjawab dengan nada penuh penekanan, seakan menyadarkan Widya dari semua harap yang sia-sia.

"Sekarang kamu bisa mendengar sendiri ucapan dari mas Yuda. Kamu pastinya tahu, siapa yang akan dipertahankan oleh mas Yuda, bukan?", Lusi menyambung perkataan Yuda yang semakin membuat Widya terhempas ke dalam jurang luka yang sangat menyakitkan.

Yuda dan Lusi saling memandang. Tak lama setelahnya Lusi terlihat menganggukkan kepala, seperti memberikan sebuah isyarat. Entah isyarat apa. Namun sepertinya, akan menjadi titik di mana Widya akan merasakan sebuah kehancuran.

"Widya Larasati?!", Yuda memanggil nama Widya dengan tegas.

Widya menatap netra lelaki yang masih sah menjadi suaminya itu dengan tatapan sulit diartikan. Entah mengapa saat ini hatinya kembali bergejolak lebih hebat dari sebelumnya.

"Ya?!"

"Aku sudah tidak ingin hidup bersamamu. Aku talak kamu, dan mulai hari ini kamu bukanlah istriku lagi!!"

Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Yuda, membuat tubuh Widya bergetar. Sendi-sendi tubuhnya melemas. Tiba-tiba tubuhnya merosot di sisi pintu kamar. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia berteriak sekencang-kencangnya. Yang menjadi tanda ia telah kalah telak dengan wanita tidak berperasaan itu. Nyatanya, air mata dari pelupuk matanya tidak dapat ia hentikan sama sekali. Sungguh luka yang ia rasakan kini, terasa semakin mengoyak jiwa rapuhnya.

.

.

. bersambung...

Kok ada ya lelaki semacam itu. Kira-kira apa ya yang membutakan mata seorang suami hingga tega melakukan hal seperi itu? Cinta kah? Nafsu kah?

Lalu, apakah yang akan terjadi setelah ini? Tunggu episode selanjutnya ya kak..

Terima kasih banyak sudah berkenan mampir ke novelku ini ya kak. Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya yah. Dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote, hehehe..

Happy Reading kakak..

Salam love, love, love💗💗💗

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹

Seperti Mimpi Buruk

Dinding putih kamar terkutuk ini seolah menjadi penopang tubuh Widya yang terduduk lunglai dengan derai air matanya. Tubuhnya seperti dihujam ribuan anak panah yang menancap tepat di di dadanya. Meski tak kasat mata, namun sungguh kata-kata yang keluar dari mulut Yuda, benar-benar telah berhasil meluluhlantakkan jiwanya.

Talak. Sebuah kata yang begitu berat, namun bisa dengan mudah diucapkan oleh seorang suami kepada istrinya jika memang benar sudah tidak ada lagi cinta diantara keduanya. Namun mengapa harus dengan cara seperti ini, Tuhan memisahkannya dengan sang suami. Di saat baru sebentar mereka mengecap arti sebuah kebahagiaan dalam berumah tangga.

Bagi Widya, enam tahun barulah waktu yang sangat singkat dalam menjalani biduk rumah tangganya. Mengingat sejak dulu ia berharap jika Yuda merupakan seorang suami yang akan menemaninya hingga akhir menutup mata. Dan kini, semua itu runtuh dalam waktu sekejap. Runtuh bersamaan dengan kalimat talak yang keluar dari mulut Yuda.

"Apa salahku Mas? Apa salahku hingga kamu tega melakukan ini semua kepadaku!", teriak Widya seperti melayangkan sebuah protes kepada Yuda.

Yuda tersenyum sinis. "Kamu tidak punya salah apa-apa. Justru sebagai seorang istri kamu berada di jalur yang semestinya. Namun, ternyata itu semua justru yang membuatku bosan kepadamu. Aku seperti tidak punya tantangan menjalani hidup bersamamu!"

Widya terperangah. Bibirnya menganga lebar. Di saat pasangan lain berusaha menjaga agar pernikahan mereka baik-baik saja, dengan cara meminimalisir segala pertentangan, suaminya ini justru mencari-cari tantangan? Tantangan seperti apa yang ia maksud?

Widya menggelengkan kepala. "Aku benar-benar tidak paham. Tantangan seperti apa maksudmu Mas?"

Yuda terkekeh pelan dengan seringai di bibirnya. "Kamu terlalu membosankan ketika berada di atas ranjang. Kamu bahkan tidak agresif saat melayaniku. Yang membuat aku seperti sedang berhubungan dengan gedebog pisang". Yuda memberi jeda ucapannya. Ia kembali menoleh ke arah Lusi sambil mencium bibir merah Lusi. "Sangat jauh berbeda dengan wanita yang ada di depanku ini. Dia begitu agresif dan pandai mendesah yang membuat aku begitu dimabuk kepayang!"

Nyatanya, air mata Widya masih saja mengalir tatkala mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut Yuda. Hatinya teramat sakit mendengar itu semua. Yuda terlalu tega mempermalukan dirinya di depan wanita simpanannya.

"Kamu benar-benar keterlaluan Mas! Hanya demi wanita ini, kamu tega menyakitiku dan putramu!", Widya kembali meneriakkan rasa hancurnya.

Lusi semakin berada di atas angin. Ia benar-benar berbangga diri, begitu dipuja oleh lelaki di depannya ini. Meski Yuda adalah lelaki biasa-biasa saja secara materi, namun di mata Lusi, Yuda adalah lelaki yang begitu mempesona. Gurat-gurat ketampanannya masih terlukis jelas di wajahnya, meski saat ini usianya sudah kepala tiga. Dan satu hal lagi yang membuat Lusi begitu terpikat dengan lelaki itu, perlakuannya saat mereka berhubungan fisik, membuatnya semakin tidak ingin lepas dari dekapan lelaki itu.

"Salahkan saja dirimu sendiri Wid. Kamu terlalu bodoh, hingga tidak paham bagaimana cara menyenangkan suami. Tidak hanya urusan perut, urusan di bawah perut pun seharusnya kamu paham dengan baik. Kamu terlalu monoton menjadi seorang istri. Dan tidak heran jika mas Yuda bosan terhadapmu!", ujar Lusi yang semakin membuat Widya terhempas ke dasar kehancuran.

"Diam, wahai wanita murahan! Kamu tidak jauh berbeda dengan wanita perebut suami orang yang begitu menjijikkan. Di mana nuranimu sebagai seorang wanita!? Yang tega merebut apa yang telah menjadi milik wanita lain. Dasar ja*ang!!", teriak Widya dengan lantang, meski bibirnya terlihat bergetar.

"Cih! Aku tidak perduli dengan semua yang kamu katakan. Yang pasti saat ini, mas Yuda secara terang-terangan, memilihku!", Lusi berdecih sembari menanggapi perkataan Widya. Lusi memeluk erat tubuh Yuda, dan bermanja-manja di sana. "Benar kan Mas, kalau kamu akan berpihak kepadaku dan meninggalkan istrimu itu?".

Yuda tersenyum penuh arti sambil mengusap lembut rambut Lusi. "Itu sudah pasti, Sayang. Aku sudah men talak Widya, dan sebentar lagi kita akan hidup bersama!"

Lusi terbahak, sebagai ungkapan kemenangan. Ia kembali menautkan pandangan ke arah Widya yang masih juga belum beranjak dari lantai, tempat ia terduduk lunglai. "Kamu bisa mendengar ucapan mas Yuda, bukan? Akulah pemenangnya. Dan kamu kalah telak dan sungguh sangat menyedihkan!"

Menyedihkan. Kata itulah yang saat ini begitu pantas disandang oleh Widya. Memang benar jika saat ini Widya menjadi seorang wanita yang sangat menyedihkan. Kesetiaanya dibalas dengan luka dan air mata. Sedangkan harga dirinya diinjak-injak dengan kemesraan yang diperlihatkan oleh dua manusia itu secara langsung di hadapannya.

"Mas, apakah kamu benar-benar menginginkan perpisahan ini?"

Seperti wanita bodoh, Widya masih mencoba bernegosiasi dengan Yuda. Padahal secara terang-terangan, Yuda telah merobek perasaannya dan jelas menyisakan luka dalam dadanya.

Yuda tersenyum sinis. "Tidak ada lagi yang bisa kamu harapkan dariku. Aku sudah tidak lagi menginginkanmu berada di sisiku. Saat ini hanya Lusi yang aku inginkan untuk menjadi pelengkap hidupku!"

Widya tersenyum getir mendengar ucapan Yuda. Memory otaknya kembali memutar kejadian di enam tahun yang lalu. Kata-kata itulah yang diucapkan oleh Yuda, saat melamarnya. Dengan jantan, ia meminta Widya secara langsung di depan kedua orangtuanya. Bahkan ia berjanji, jika seumur hidupnya, akan ia gunakan untuk membahagiakannya.

Namun kini keadaannya telah berbalik seratus delapan puluh derajat. Kini, bukan lagi Widya yang diinginkan oleh Yuda, melainkan wanita itu.

"Apakah kamu tidak memikirkan bagaimana perasaan putra kita Mas? Sungguh, dia masih terlalu kecil untuk menerima ini semua", Widya mengiba dengan menjadikan putranya sebagai alasan agar Yuda mengurungkan niatnya untuk menceraikannya.

"Aku sudah tidak peduli dengan semuanya. Aku sudah menceraikanmu, dan itu semua tidak akan pernah bisa kembali seperti semula. Lagipula, suatu saat nanti, aku juga bisa mendapatkan anak dari Lusi!", Yuda berujar yang seketika memupus semua harapan Widya.

"Mas?!"

"Sudahlah, tidak perlu kita perpanjang lagi. Aku sudah menceraikanmu. Dan mulai saat ini kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi!"

"Mas, aku mohon. Jika kamu tidak bisa bertahan karena aku, setidaknya kamu bertahan untuk putra kita. Sungguh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana terlukanya dia, Mas!", Widya masih belum menyerah, meski yang ia lakukan itu seperti pengemis cinta.

Yuda menggeleng. "Aku tidak bisa. Aku tetap pada pendirianku, menceraikan kamu dan kemudian menikahi Lusi. Satu hal lagi, setelah ini silakan kemasi barang-barangmu dan segera pergi dari rumahku!"

Widya terperangah. "A-apa maksudmu Mas?!"

Yuda tersenyum sinis. "Pergilah dari rumahku. Karena aku akan menjual rumah itu, kemudian akan aku pakai sebagai bekal hidupku bersama Lusi di Bandung!"

Bibir Widya kembali menganga. Tubuhnya terasa tidak bertulang yang membuat ia semakin lemah dari sebelumya. Dan ia pun hanya bisa menenggelamkan wajahnya di sela kedua lututnya. Ia menangis di sana. Ia terluka, ia merasakan rasa sakit yang luar biasa mendera. Ternyata wanita itu tidak hanya merebut cinta juga tubuh Yuda. Rumah yang penuh dengan kenangan antara ia dengan Yuda pun, Lusi rampas dengan paksa. Sungguh ini semua seperti mimpi buruk di siang hari. Dunianya telah runtuh seketika. Dan lengkap sudah penderitaan yang saat ini ia rasa.

.

.

. bersambung..

Hai, hai, hai para pembaca tersayang. Terima kasih banyak sudah berkenan mampir ke novel author ini yah. Nantikan kelanjutan kisah Widya Senin depan yah, hehehe..

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak like juga komentar di setiap episodenya ya kak. Dan bagi yang punya kelebihan poin, bolehlah kalau mau disumbangin ke author dengan klik vote. Hehehe..

Happy Reading kakak..

Salam love, love, love💗💗💗

🌹Tetaplah yakin setiap cerita yang ditulis sepenuh hati pasti akan mendapatkan tempat di hati masing-masing para pembaca 🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!