My Boyfriend Is Badboy
seragam sekolah mahal yang harusnya dipakai dengan lengkap tapi bagi pemuda tampan yang sedang berjalan menuruni tangga rumahnya itu tidak penting.
hanya memakai kemeja sekolah putihnya bahkan tidak ada membawa buku atau sekedar tas ransel, dia hanya membawa dirinya. benar-benar tidak ada rasa takut dengan peraturan disekolahnya.
orangtuanya saja tidak memperdulikan apalagi orang lain yang hanya sebatas guru.
"mereka belum pulang?" tanya pemuda bermarga Justin itu saat menemukan rumahnya sepi kepada bibi Jang si pelayan utama dirumah sekaligus sosok pengasuhnya sejak dirinya kecil.
"belum tuan muda" sahut bibi Jang.
"mereka masih di New York, jika tak ada halangan Minggu depan baru pulang" lanjut bibi Jang.
Justin hanya mengangguk acuh lalu mengambil salah satu kunci mobil.
"tidak sarapan dulu ? kami sudah menyiapkan makanan untuk tuan" tanya bibi Jang.
"tidak kalian saja" ujarnya cuek, lalu meneruskan langkahnya keluar rumah, dia bisa sarapan dimana saja itu tidak penting. Justin menjalankan mobil sport merahnya yang perlahan mobil sport mewah itu membelah jalanan Seoul yang mulai ramai mengingat ini baru jam delapan kurang yang artinya sudah mulai padat orang untuk beraktifitas diluar rumah.
...----------------...
Priiiiittttttt !!.....
belum juga sepuluh menit mobilnya melintas jalan Seoul, suara piluitt kencang sudah terdengar di telinganya.
Justin hanya mendengus sambil menepikan mobilnya, hal yang sering terjadi jadi dia hanya menunggu polisi turun dari mobil patroli.
"sudah ku duga kamu lagi" ujar sang polisi yang berumur sekitar tiga puluh tahunan saat melihat sosok dibalik kemudi mobil
"annyeong, ajushi" ucapnya santai.
"sudah berapa kali aku bilang kan, kau itu belum mempunyai SIM. apa kau tidak bisa naik taksi atau bus jika ingin berpergian ? lihat, kau bahkan tidak menggunakan sabuk pengaman".
sedangkan Justin hanya bersikap acuh, ayolah dia ini sudah terlambat untuk ke sekolah. meskipun dia sebenarnya tidak benar-benar perduli tentang itu. hanya saja mendengar ceramah yang selalu dia dengarkan hampir setiap hari itu membosankan.
"apa kau kira kau ini pembalap hebat ? kau seenaknya sekali membelah jalanan ini. kau memang-".
"ahjusshi, bisakah kau berhenti" potong Justin santai, bahkan wajahnya terlihat polos, dia sengaja menghentikan ceramahan polisi itu. bukan apa tapi dia sudah sangat bosan mendengar ceramah itu.
"aku ini memang biang onar dan pembuat masalah, aku tau" Justin sangat tau lanjutan ucapan polisi Park itu.
"bisakah kau-"
"ahjussi, aku akan memakai sabuk pengamanku sekarang lihat aku sudah memakainya" ujarnya sambil menunjukkan sabut pengaman yang sudah terpasang dirinya."bolehkah aku pergi".
"yaaudah, tapi jangan sampai aku bertemu denganmu diarea balapan liar lagi malam ini" perintah polisi itu akhirnya.
"oke bos" sahut Justin santai, lalu menjalankan mobil mewahnya itu. polisi itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat pemuda yang sudah menjadi langganan tiupan peluitnya itu.
...----------------...
dan benar saja Justin memang sudah sangat terlambat pagi ini, bahkan semua murid sudah ada ditengah lapangan untuk berbaris, tapi apa perduli nya. dia memarkirkan mobil mewahnya dan dengan cuek masuk kesalah satu barisan terdekat dengannya, karena sekarang semua murid sedang berbaris rapi dilapangan entah apa yang dibicaran si kepala sekolah itu.
"cihhh" dengusnya malas. semua murid junior yang berdiri dibagian belakang langsung menoleh saat mendengar suara dengusan dibelakang mereka, dan saat mereka berbalik, mereka tersentak bersamaan saat melihat pemimpin sekolah mereka berada dibarisan mereka.
"apa yang kalian lihat !!" bentaknya membuat murid junior itu langsung menghadap depan bersamaan. dari barisan murid senior, Hoseok dan Park Jimin terkekeh melihat tingkah laku temannya itu dan sosok yang ditatap hanya mengangkat bahunya cuek.
Justin menatap sekelilingnya well ternyata dia memang salah masuk kedalam barisan murid junior. tanpa sadar di menolehkan kepalanya ke barisan sebelah kiri.
deg ! Justin merasakan dadanya berhenti sesaat saat matanya beradu pandang dengan mata bulat yang cantik itu. wajahnya cantik bak barbie dengan wajah bulat menatap polos kearahnya sebelum mengangguk sesaat lalu kembali menatap ke depan.
meninggalkan Justin yang masih menatap punggung sosok itu, smrik tipis diwajahnya muncul.
----------------
siang hari sekolah swasta dipusat kota Seoul Korea Selatan sekolah mewah kelas atas dengan berbagai fasilitas yang serba ada disini. penghuninya pun mayoritas dari kalangan anak-anak orang berada dimana lagi kalau bukan di Korea Internasional School.
disebuah ruang diatas gedung kantor ada ruang yang dijadikan markas oleh tujuh orang pemuda yang orangtuanya memang mempunyai wewenang dan kekuasaan disekolah ini yang membuat mereka suka berlaku seenaknya disekolah ini, yaa orangtua mereka adalah deretan orang berpengaruh.
"hei, bagaimana kemarin?" tanya Hoseok kepada Park Jimin yang masih asik bermain dengan ponselnya dengan lolipop di mulutnya.
Hoseok dan Park Jimin, adalah bagian dari tujuh pemuda tadi. mereka bertujuh memang kerap sekali keluar malam hanya untuk mengikuti balap liar ya tipikal anak muda liar dan kaya.
"menang" sahutnya singkat.
"eh Justin?" ucap Hoseok kearah pemuda dengan marga Justin tersebut.
"sebenarnya apa masalahmu dengan Mingyu itu?" tanya Hoseok heran untuk yang kesekian kalinya lagi, karena seingatnya dulu kedua adalah sahabat, tapi entah sejak kapan keduanya kini menjadi musuh bebuyutan hingga sekarang.
"tidak" sahut Justin cuek. meski terlihat jelas raut tidak suka disana. "tapi aku harus segera menyelesaikan sebelum upacara kelulusan kita".
"ini pesananmu sunbae" ujar murid junior menyerahkan kantung plastik berisi makanan.
"oke terimakasih" ucap Seokjin. dan murid itu langsung berlari tergesa-gesa keluar dari atap. terlalu berbahaya jika lama-lama dengan para pengusaha sekolah ini.
"malam ini aku akan menginap diapertemenmu" putus Justin seenaknya. tangan kekarnya masih sibuk membuka bungkusan plastik yang berisi roti
"tidak bisa. kau kan punya mansion dan apertemen sendiri kenapa selalu tidur ke tempatku" tolak Park Jimin cepat memangnya dia ini tempat penampungan para gembel seperti mereka.
"aku rasa berpesta malam ini tak buruk" ucap Hoseok yang dijawab anggukan yang lainnya. Mereka bahkan tidak perduli pada pemilik apertemen itu yang jelas sekali tidak menyetujui rencana mereka.
"jangan apertemenku" keluh Park Jimin.
"wae, kami suka apertemenmu" balas Hoseok terus didesak akhirnya Park Jimin hanya mengangguk dan pasti paginya dia yang harus membersihkan apertemen nya seorang diri. teman-teman sialan.
"baiklah" ujar Park Jimin pasrah.
"bisakah aku ikut ?" sebuah suara membuat ketujuh pemuda tampan itu menoleh bersamaan. dan seorang gadis berambut coklat gelombang sudah berdiri sok manis didepan mereka. gadis itu adalah Yeri yang merupakan gadis yang tergila-gila dengan Justin sejak awal masuk sekolah. mereka semua reflek mendengus malas dan kembali melanjutkan makan mereka seperti tak menganggap gadis itu ada. Justin juga bersikap cuek kini pemuda itu malah menghidupkan hpnya dan bermain game.
"Yeri. pesta ini hanya untuk para pria. kau tidak bisa ikut" ucap Seokjin menolak. well mereka memang tidak menyukai Yeri. tapi Seokjin itu masih sepupu jauh Yeri. bagaimanapun jadi dia tidak boleh terlalu kasar pada gadis itu atau dia akan di omeli oleh ibunya.
"wae ? aku sangat ingin ikut" balasnya dengan nada manja. Ia berjalan mendekati Justin dan berlutut didepan pemuda itu.
"Jung beritahu aku tempatnya, biar aku menemani disana. pasti kau kesepian tanpa aku" lanjut Yeri sambil tersenyum lebar. sedangkan Justin sudah menatap jenuh dan jengkel kearah gadis yang terus mengejarnya ini.
"memangnya kau siapa?" sindir Justin tajam lalu bangkit dari duduknya diikuti oleh sahabatnya.
"kalau kau begini terus, kau terlihat seperti seorang gadis murahan" simpel namun sukses membuat yeri membanting botol bekas minuman itu tanda murka dan tidak terima. namun Hoseok hanya cuek dan mengikuti langkah para sahabatnya.
----------------
Justin mendesis malas sambil berjalan dengan pelan, bagaimana mobilnya kehabisan bensin disaat seperti ini, ini juga hampir 12 malam dan taksi sudah jarang terlihat terlebih Justin melewati jalan kecil membuatnya susah untuk menemukan taksi ditengah malam begini.
"heh berjalan sedikit sepertinya tak masalah" ujar nya kepada dirinya sendiri saat melihat bangunan apertemen Park Jimin didepan sana. dia berjalan santai sampai matanya melihat segerombolan pria yang terlihat urakan didepannya.
"aku tidak punya uang, aku mohon lepaskan aku, aku benar-benar tak punya uang" samar-samar Justin mendengar suara seorang gadis dari gerombolan itu. Perlahan dia mendekati gerombolan itu dan mata membulat saat menemukan sosok murid junior yang dilihatnya tadi pagi, kenapa gadis itu ada disini malam-malam.
"kenapa?" tanyanya saat dirinya sudah berdiri kurang dari satu langkah dari tiga orang pria itu dengan seorang gadis yang tampak ketakutan dan terpojok di dinding tembok.
"bukan urusanmu" sahut tiga orang itu bersamaan.
"sunbae" ucap gadis itu saat mengetahui siapa sosok pemuda itu.
"bagaimana bisa kalian meminta uang dari seorang gadis, oh kalian sungguh memalukan" ujarnya sambil berdecak lalu memamerkan senyum meremehkan nya pada ketiga pria itu.
"hei ini bukan urusanmu, jadi sebaiknya kau pergi" balas seorang pria yang mengeluarkan pisaunya, yang sukses membuat gadis bermata bulat itu memekik tanpa sadar.
"kalian yang harus pergi" balas Justin tidak kalah dinginnya.
"kau anak kecil sialan, serang dia!" ucap pria lainnya dan mereka berlari mendekat kearah Justin dan dengan mudahnya dia mengelak pukulan beruntun mereka sambil menghindar dan menendang pria yang hendak menusuknya dengan pisau, menghajar kedua pria lainnya. Justin pemegang sabuk hitam taekwondo.
dia memundurkan langkahnya saat seorang lagi mengeluarkan pisau yang lumayan panjang, cihh. Justin menatap belakangnya dan menemukan gadis itu tepat dibelakangnya, dan dalam sekejap dia menarik tangan gadis itu dan menyeretnya pergi. sampai akhirnya mereka sampai di jalanan besar, mereka sudah berlari hampir 10 menit dan setelah tidak terlihat lagi orang itu, Justin memelankan larinya lalu perlahan kini mereka malah berjalan beriringan dengan tangan yang bertautan, dia mendengar napas tersengal gadis disampingnya, Justin sudah hendak berbicara pada gadis itu namun,
drrtt drtt !
suara ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk, dan pria itu mengangkat panggilan itu dengan tangan lainnya dan satu tangan lainnya masih menggenggam tangan gadis manis itu.
"kau dimana" suara dari seberang telpon tanpa harus mendengar Justin mengatakan sapaan terlebih dahulu. sialan memang.
"ahh iya sebentar aku kesitu" ucapnya sebelum mematikan ponselnya. tanpa memperdulikan Park Jimin pasti akan memakinya karena diputuskan sepihak.
"kau ingin pulang" tanya Justin yang dijawab anggukan pelan gadis itu, Justin membawa gadis itu kepinggir jalan dan menyetop kan sebuah taksi.
"tolong antar gadis ini kerumahnya" Justin lalu memberi beberapa lembar uang kearah supir itu. tangannya membuka pintu belakang taksi dan mempersilahkan gadis itu masuk namun gadis itu hanya diam dan menatap kearah Justin lalu kearah tangannya.
Justin mengerutkan kening nya lalu matanya juga mengikuti pergerakan mata gadis itu.
"ahh Mian" ucapnya.
"tidak apa-apa sunbae, terima kasih nanti aku akan mengganti uang sunbae" ucap gadis itu lalu masuk kedalam taksi, setelah Justin melepas genggaman tangan mereka. tangan gadis itu hendak menutup taksi namun terhalang oleh sebuah tangan.
"tak perlu, cukup beritahu namamu saja" sahut Justin sambil menyeringai tipis, tangannya menahan pintu taksi itu dengan satu tangannya dan satunya lagi di kap belakang.
"nama?" tanya gadis manis itu bingung.
"iya namamu saja" Justin masih menatap gadis itu dengan tangannya yang menahan pintu taksi itu.
"Alice, tapi sunbae bisa memanggilku Lisa" ucap gadis itu dengan senyum manisnya, jujur ini kedua kalinya dada Justin bergetar entah karena apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Ainur Cutee
boleh nih di trusin mmbca nya sprti ny mnrik
2020-12-21
3
Hastin Faradilla Hlf
aq hadir membawa boomlike kak ,, ailahkanmampir juga ke karyaku , thx
2020-12-14
0
Nara Ns🐈
hai aku sudah bom like novel kamu, bisa gantian saling mendukung tidak.
2020-11-30
0