Justin masuk kedalam kelas saat jam pertama baru saja akan dimulai, dan tentu saja hal ini membuat Jimin menatap kearahnya heran. sejak kapan tuan muda ini mau mengikuti kelas pagi biasanya pemuda ini hanya masuk ketika sudah pelajaran kedua atau bahkan jam terakhir sebelum pulang. Justin mendudukkan dirinya di kursi mengabaikan tatapan heran dari para siswa disana dan juga para sahabatnya.
"tumben" celetuk Jimin heran.
"hanya ingin" sahutnya cuek. dia sendiri juga tidak tau kenapa hari ini dirinya begitu bersemangat ingin bersekolah. apa karena dia ingin bertemu gadis semalam.
Taehyung yang duduk didepan berbalik menatap Justin dibelakang, melihat sahabatnya datang se pagi ini saja sudah mengherankan, apalagi melihat senyum jelek di wajah tuan muda ini. semakin dan semakin mencurigakan bukan.
"kau mencurigakan tuan muda" sindirnya.
"kau menyebabkan Cho Taehyung" balasnya.
Jimin menatap malas. ohh ayolah mereka itu sama-sama tuan muda kenapa saling sindir.
"hei ada apa dengan kalian berdua?" tanya Hoseok penasaran yang baru muncul dan duduk disebelah Taehyung.
"aku tidak" sahut Justin.
"aku juga" sahut Taehyung juga.
mendengar ucapan itu jelas saja membuat Hoseok semakin heran. Ada apa dua tuan muda ini kedua nya jelas terlihat mencurigakan dengan senyum aneh.
"hei kalian dua jatuh cinta ya" cerocos Hoseok.
kedua pemuda itu mengerutkan keningnya heran sampai. "jangan berucap sembarangan" keduanya bersamaan. Hoseok mendengus, yaa kalau tidak kan tidak usah ngegas juga.
----------------
jam makan siang sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, jadi wajar jika kini kantin sekolah itu kini mulai dipenuhi banyak siswa. termaksud Lisa dan Rose yang kini sedang menyantap makan siang mereka di kursi pojok yang sedikit terlindung dari arah pintu masuk kantin.

Justin masuk kekantin dengan satu tangan berada dikantong dan satunya lagi memegang ponselnya gaya biasa namun terlihat menawan.
para sahabatnya memang sudah lebih dulu berada disini, sedangkan tuan muda ini baru dari toilet yang ada di markas mereka, matanya menjelajah setiap sudut kantin dia hendak mencari dimana posisi para sahabatnya namun manik tajamnya malah tanpa sengaja menangkap sosok gadis manis bernama Lisa yang sedang duduk berdua dimeja pojok sebelah meja pada sahabatnya.
Justin tersenyum saat pemuda itu melewati meja Lisa dan Lisa tentu saja balas tersenyum manis. hal itu tidak luput dari pandangan Rose yang saat itu duduk disebelah Lisa. Rose bahkan mengikuti arah senyum sahabat nya dan dia menemukan pria itu yang juga tersenyum tipis kearah Lisa, sampai akhirnya pemuda itu mendudukkan dirinya bersama teman-temannya dan pandangan keduanya pun terputus. Rose langsung saja mendekatkan kursinya agar lebih dekat dengan Lisa.
Rose mendekatkan wajah kearah Lisa lalu berbisik kecil. "kau kenal dia?" tanya Rose sambil menatap Lisa tajam, gadis itu juga sengaja mengecilkan suaranya agar Justin dan para sahabatnya itu dan tak mendengar ucapannya.
Lisa menatap Rose heran. "dia menolongku kemarin malam, yang ku ceritakan padamu tadi pagi" Lisa memang sudah menceritakan kalau tadi malam dia hendak dirampok dan ditolong oleh seorang pria.
"kau tidak mengatakan kalau dia adalah Justin" protes Rose dan membuat Lisa kembali heran.
"aku tidak tau kalau dia bernama Justin, dia tidak mengucapkan namanya padaku tadi malam" Lisa jelas tidak berbohong karena hanya pria itu yang menanyakan namanya.
Rose kembali berbisik pelan agar orang lain tidak mendengar. "jangan berurusan dengan pemuda itu Lisa" Lisa mengerutkan keningnya heran.
"memangnya kenapa?" tanyanya tak mengerti, yaa Lisa memang siswa pindahan, meski sudah sekitar sebulan, namun di hanya mempunyai Rose sebagai temannya.
"kau tidak tau?" tanya Rose tak percaya. Lisa menggelengkan kepala tanda kalau dia memang tak mengerti.
astaga Rose hanya bisa menepuk keningnya sendiri, harusnya dia sedikit menceritakan tentang para penguasa sekolah agar Lisa bisa menghindar. Rose menggerakkan tangannya agar Lisa mendekat, setelah merasa Lisa bisa mendengar meski dia berbisik Rose lalu menghela napas pelan sebelum berucap.
"pemuda tadi adalah Jeon Justin pemimpin sekolah kita, dia itu suka berkelahi dan suka berbuat onar dan yang pasti dia adalah seorang pemuda nakal yang suka membuat ulah, Justin itu laki-laki gila" Lisa membulatkan matanya tak percaya mendengar omongan Rose.
"dia itu kejam tak mengenal belas kasihan dia akan menghajar orang itu sampai masuk rumah sakit jika seseorang berani mengganggunya, dia benar-benar setan Lis, menjauh lah darinya" jelas Rose, tidak ada melebih-lebihkan, karena menurut cerita yang ada memang segitu gilanya Justin dan kawan - kawannya itu.
Lisa masih terdiam mencerna ucapan sahabatnya itu, dia masih tidak percaya namun Rose jelas tidak mungkin berbohong padanya kan. jika Rose bilang kalau Justin gila pasti memang begitu, padahal Justin yang menolong nya malam kemarin seperti sosok pemuda baik hati, siapa yang sangka kalau pemuda itu adalah seorang badboy, astaga dia hanya ingin hidup damai selama bersekolah. Lisa tidak ingin ada masalah apapun di masa sekolahnya.
"kau lihat gadis disana?" ucap Rose sambil menujuk kearah meja yang ada pojok dengan sumpit yang digunakannya untuk memakan ramen nya tadi, Rose berbicara dengan suara yang sangat kecil namun masih bisa di dengar oleh Lisa.
Lisa mengangguk saat melihat meja yang ada disana, meja yang dihuni dengan para gadis cantik dengan gaya yang mewah dan bak putri, angkuh seperti anak orang kaya pada umumnya.
"gadis itu tak akan membiarkan siapapun mendekati Justin, dia tidak segan-segan menyakiti gadis manapun yang mendekati Justin" jelas Rose sambil menunjukan raut seriusnya sambil menunjuk seorang gadis dipojok sana.
tanpa sadar Lisa kembali melirik gadis yang ada disana. hanya sekilas saat matanya menjelajah kearah lain dia malah menemukan mata tajam sang pemuda yang menolongnya tadi malam. Lisa reflek bergidik ngeri lalu segera mengalihkan tatapannya dengan cepat dan kembali menatap Rose, dia jelas tidak suka dengan seorang yang suka berkelahi.
"aku akan menjauhinya" putus Lisa. dia tak suka pria badboy lagipula ayah nya tak akan suka jika tau anak gadisnya berurusan dengan seorang anak nakal dan satu lagi Lisa tidak mau terlibat masalah apapun disekolah atau dia akan disembunyikan lagi.
Rose menepuk bahu Lisa tanda setuju dengan ucapan sahabatnya.
"bagus Lisa aku tidak mau kau terlibat masalah dengan orang-orang gila itu" ucap Rose sambil menatap sahabatnya itu. Lisa mengangguk mengerti lalu menampilkan senyum manisnya kearah sahabatnya. dia percaya kalau Rose tidak akan berbohong.
----------------
Justin sedang berjalan kearah kelasnya namun terhenti matanya menangkap Lisa. tersenyum manis namun berbeda dengan gadis itu yang malah terlihat kaget dan segera mengalihkan pandangan nya ke segala arah dengan gelagat gugup yang sangat kentara, pemuda itu mengerutkan keningnya heran apa gadis itu baru saja mengabaikan dirinya. hei orang gila mana yang berani untuk mengabaikan seorang Jeon Justin.
Namun Justin menepis pikirannya dan langsung berjalan ingin mendekat ke arah gadis cantik itu.
"hei Lice--" sapaannya berhenti saat gadis itu bukannya membalas sapaannya ramahnya yang bahkan tidak pernah dia keluarkan sejak masuk sekolah dulu. gadis itu malah terburu-buru berlari menjauhinya,
ada apa dengan Lisa bukannya di kantin tadi masih baik-baik saja lalu kenapa tiba-tiba gadis cantik itu seperti tidak mengenalnya, Justin hendak mengejar namun terhenti saat bahunya dirangkul oleh seseorang membuatnya menahan langkahnya.
"sedang apa" sapa Hoseok.
"hmm" balasnya ambigu, sambil menatap gadis yang perlahan menghilang dibalik tangga.
Hoseok yang merasa sahabatnya itu tengah memperhatikan sesuatu pun ikut menatap kearah pandangan tuan muda ini namun dia tidak melihat apapun yang bisa menarik perhatian si tuan muda ini.
"apa yang kau lihat?" tanya Hoseok curiga.
"tidak ada, ayo masuk" Justin lalu mengalihkan pembicaraan lalu kembali berjalan menuju kelas di ikuti oleh Hoseok yang masih saja heran.
----------------
Justin sedang duduk di bangku nya saat guru pelajaran sastra masuk dan mulai menjelaskan beberapa materi bahkan setelah 30 menit berlalu tuan muda itu tetap saja tidak sedetik pun ikut memperhatikan pelajaran sang guru, bahkan bukan hanya dirinya para sahabatnya juga tampak tidak ikut memperhatikan kecuali tuan muda Taehyung. liat saja Jimin yang malah asik berkirim chat entah pada ulzzang sekolah mana lagi.
Justin menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menatap keluar jendela kaca, earpods sudah terpasang ditelinga, memilih untuk memutar music daripada omongan guru sastra didepan sana. selagi dirinya asik sedang asik memperhatikan langit terdengar suara riang dari arah lantai bawah, suara yang entah kenapa sudah terdengar familiar ditelinganya, bahkan dia pun langsung melepas earpods agar mendengar suara itu lebih jelas.
"Hehehhe benarkahh ??? Ijinkannn aku jugaaa".
itu suara Lisa dan membuat Justin reflek mendekat ke arah jendela kelas dan menatap kebawah ke arah asal suara, matanya menemukan sosok gadis itu yang berjalan dengan tawa renyahnya.
kedua gadis itu menghentikan langkahnya kala Lisa merasakan kepalanya ditimpuk oleh sesuatu pun membuat gadis itu reflek menengok ke atas, mata bulatnya langsung saja melotot kaget, Justin akui kalau wajah kaget itu sangat menggemaskan.
"heii...." sapanya dengan santai. jauh berbeda dengan gadis yang disapanya yang masih memperlihatkan wajah kagetnya, sangat lucu.
namun bukannya menjawab, Lisa langsung menarik tangan Rose, membawa sahabatnya menjauh dari situ. Justin menatap punggung Lisa yang sudah menjauh.
"ahhh dia mengabaikan ku rupanya" cicit pemuda itu dengan raut misteriusnya, kini Justin tau gadis itu benar-benar sedang menjauhi dan pura-pura tidak mengenalnya.
"tapi tenang saja, aku tertarik padamu jadi aku yang akan menghampiri kamu" ujarnya santai lalu menyandarkan punggungnya di kursi dengan raut wajah yang aneh.
"ada apa dengan wajah aneh mu itu?" heran Jimin saat dirinya tidak sengaja menoleh kearah Justin karena mejanya sedikit bergerak akibat pergerakan Justin, namun dirinya malah melihat wajah anehnya. bukannya apa sih, wajah aneh itu muncul kalau Justin akan bertingkah gila.
"Jimin, kau ikut aku pulang nanti" perintahnya tanpa ada niat menjawab pertanyaan Jimin terlebih dulu.
"hah kenapa ?!" tanya Jimin tidak mengerti. "aku membawa mobil hari ini kok" lanjutnya. heii dia juga kaya asal kalian tau, dia juga seorang tuan muda jadi untuk apa Justin mengajaknya untuk pulang bersama kecuali kalau mereka ingin membuat satu masalah lagi. "kau ingin berkelahi ?" tanyanya.
"ikut saja" ucap Justin, lalu memasang earpods ditelinganya dan menelungkupkan wajahnya dimeja tanpa memperdulikan guru yang mengajar didepan.
...----------------...
Rose dan Lisa berjalan keluar kelas bersama dan suasana sekolah sudah lumayan sepi karena jam pulang sudah dari lima belas menit yang lalu. alasan keduanya baru pulang sekarang adalah karena piket membersihkan kelas tadi dan kebetulan Lisa di jadwalkan piket bersama dengan Rose, sedangkan tiga lainnya sudah pulang terlebih dahulu karena Rose mendapat jatah untuk membuang sampah.
keduanya melangkah sambil bergandengan tangan dengan riang. "mau makan es krim sebelum pulang?" tanya Rose.
"boleh, mau dimana?" sahut Lisa riang.
Rose itu tampak berpikir sebentar, "bagaimana kalau dicafe Wanna?" tanyanya semangat, cafe wanna senditrri memang cafe khas anak muda dan tentu saja jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka, membuat cafe itu sering menjadi tempat tongkrongan anak sekolah mereka.
"oke" sahut Lisa ceria.
keduanya terus berjalan sambil bercerita sampai tiba-tiba ada dua sosok pemuda yang berhenti tepat didepan keduanya.
langkah keduanya reflek berhenti, keduanya bahkan hendak berlari kencang kalau saja suara dingin itu tidak menghentikan langkah mereka. saat Justin memajukan langkahnya dan kedua gadis itu reflek mundur dua langkah.
"kau berpura-pura tak mengenalku" ucapnya sambil menatap Lisa yang masih dalam mode terkejut. membutuhkan waktu yang cukup lama sampai gadis itu terbangun dari kagetnya. ingat kata Rose dia harus menjauhi badboy ini.
"kita memang tidak saling mengenal" ucapnya pelan.
Lisa bahkan reflek memegang tangan Rose erat jujur dia takut melihat mata tajam itu, ohh ayolah bahkan Rose juga sama takutnya dengan Lisa sekarang. namun saat melihat wajah Lisa, Rose tau kalau sahabatnya itu tidak akan berani berucap apapun.
"permisi sunbae, kami mau pulang" ucapnya lalu hendak membawa Lisa mengikuti langkahnya. keduanya terus berjalan dengan buru-buru berusaha segera menjauh dari dua pemuda itu namun,
srettt !! tangan kecil Lisa ditarik kuat sampai pegangannya pada Rose terlepas, karena tubuh nya yang belum siap merima tarikan kini Lisa reflek menabrak dada bidang kakak kelasnya. Lisa pun segera menjauh dan hendak pergi namun tangannya masih digenggam kuat dan dalam sekejap dirinya sudah kembali mendekat kearah pemuda itu.
kini Rose yang berusaha menghampiri Lisa namun Justin sudah lebih dulu menarik tangan Lisa hingga gadis itu berada dibalik tubuh besarnya.
"yakk lepaskan tangan temanku" perintah Rose.
"aku tidak mau" balasnya acuh. meski dia tau dibalik punggungnya Lisa berusaha melepaskan gengaman nya.
"lepaskan, aku mau pulang bersama temanku".
"kau pikir aku mau" Justin melirik kebelakang sekilas tepat ke arah Lisa. "salahmu sendiri kenapa mengacuhkan aku tadi" ujarnya cuek.
"hah??" Lisa menatap tidak mengerti.
"kau pulang denganku" balas Justin cuek.
"tidak aku pulang dengan temanku" tolak Lisa.
"dia pulang denganku" sahut Rose.
Rose berusaha menghampiri Lisa dan Justin, membuat pemuda itu memutar matanya malas matanya lalu beralih menatap kearah Jimin yang memang datang bersamanya, namun hanya diam saja sejak tadi, tidak berguna sama sekali.
"urus gadis ini Jimin".
"cihh" dengus Jimin malas.
Jimin mendekat kearah gadis itu, menarik tangan Rose kuat dan ditariknya gadis itu hingga Rose sudah mundur beberapa langkah dan berjarak lumayan jauh dari Lisa dan Justin.
"yakk lepaskan aku" pekik Rose.
"YAKKK LEPASKAN AKUU !!" teriaknya tepat di telinga Jimin. namun pemuda itu mengacuhkan dan malah menatap kearah Justin. untung saja telinganya itu sudah terbiasa dengan teriakan para gadis.
"cepatlah pergi, gadis ini sungguh berisik" suruh Jimin kepada sahabatnya. suara gadis ini memekak telinganya mungkin Jimin akan tuli jika lama-lama dekat gadis ini.
Justin lalu berbalik dan menyeret Lisa.
"lepaskan aku ingin pulang dengan temanku" ucap Lisa sambil berusaha melepas tangan nya dari genggaman tangan kekar Justin begitu pula Rose yang masih berteriak ditelinga Jimin.
Justin mengacuhkannya dan menarik tangan Lisa menjauh dari Jimin dan Rose menuju dimana mobil mewahnya terparkir dan langsung memaksa Lisa agar masuk dalam mobilnya tidak memperdulikan rengekan Lisa yang minta dilepas atau teriakan Rose disana, Justin memilih mengabaikan dan menghidupkan mobilnya, perlahan mobil itu melaju meninggalkan sekolah mereka dan juga meninggalkan pekikan kesakitan Jimin yang tangannya baru saja digigit dengan kuat oleh Rose.
dan juga seorang gadis yang sedari tadi ikut memperhatikan mereka dengan raut menahan amarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Riska Desi
lanjut
2021-01-24
2