seragam sekolah mahal yang harusnya dipakai dengan lengkap tapi bagi pemuda tampan yang sedang berjalan menuruni tangga rumahnya itu tidak penting.
hanya memakai kemeja sekolah putihnya bahkan tidak ada membawa buku atau sekedar tas ransel, dia hanya membawa dirinya. benar-benar tidak ada rasa takut dengan peraturan disekolahnya.
orangtuanya saja tidak memperdulikan apalagi orang lain yang hanya sebatas guru.
"mereka belum pulang?" tanya pemuda bermarga Justin itu saat menemukan rumahnya sepi kepada bibi Jang si pelayan utama dirumah sekaligus sosok pengasuhnya sejak dirinya kecil.
"belum tuan muda" sahut bibi Jang.
"mereka masih di New York, jika tak ada halangan Minggu depan baru pulang" lanjut bibi Jang.
Justin hanya mengangguk acuh lalu mengambil salah satu kunci mobil.
"tidak sarapan dulu ? kami sudah menyiapkan makanan untuk tuan" tanya bibi Jang.
"tidak kalian saja" ujarnya cuek, lalu meneruskan langkahnya keluar rumah, dia bisa sarapan dimana saja itu tidak penting. Justin menjalankan mobil sport merahnya yang perlahan mobil sport mewah itu membelah jalanan Seoul yang mulai ramai mengingat ini baru jam delapan kurang yang artinya sudah mulai padat orang untuk beraktifitas diluar rumah.
...----------------...
Priiiiittttttt !!.....
belum juga sepuluh menit mobilnya melintas jalan Seoul, suara piluitt kencang sudah terdengar di telinganya.
Justin hanya mendengus sambil menepikan mobilnya, hal yang sering terjadi jadi dia hanya menunggu polisi turun dari mobil patroli.
"sudah ku duga kamu lagi" ujar sang polisi yang berumur sekitar tiga puluh tahunan saat melihat sosok dibalik kemudi mobil
"annyeong, ajushi" ucapnya santai.
"sudah berapa kali aku bilang kan, kau itu belum mempunyai SIM. apa kau tidak bisa naik taksi atau bus jika ingin berpergian ? lihat, kau bahkan tidak menggunakan sabuk pengaman".
sedangkan Justin hanya bersikap acuh, ayolah dia ini sudah terlambat untuk ke sekolah. meskipun dia sebenarnya tidak benar-benar perduli tentang itu. hanya saja mendengar ceramah yang selalu dia dengarkan hampir setiap hari itu membosankan.
"apa kau kira kau ini pembalap hebat ? kau seenaknya sekali membelah jalanan ini. kau memang-".
"ahjusshi, bisakah kau berhenti" potong Justin santai, bahkan wajahnya terlihat polos, dia sengaja menghentikan ceramahan polisi itu. bukan apa tapi dia sudah sangat bosan mendengar ceramah itu.
"aku ini memang biang onar dan pembuat masalah, aku tau" Justin sangat tau lanjutan ucapan polisi Park itu.
"bisakah kau-"
"ahjussi, aku akan memakai sabuk pengamanku sekarang lihat aku sudah memakainya" ujarnya sambil menunjukkan sabut pengaman yang sudah terpasang dirinya."bolehkah aku pergi".
"yaaudah, tapi jangan sampai aku bertemu denganmu diarea balapan liar lagi malam ini" perintah polisi itu akhirnya.
"oke bos" sahut Justin santai, lalu menjalankan mobil mewahnya itu. polisi itu hanya bisa menggelengkan kepala melihat pemuda yang sudah menjadi langganan tiupan peluitnya itu.
...----------------...
dan benar saja Justin memang sudah sangat terlambat pagi ini, bahkan semua murid sudah ada ditengah lapangan untuk berbaris, tapi apa perduli nya. dia memarkirkan mobil mewahnya dan dengan cuek masuk kesalah satu barisan terdekat dengannya, karena sekarang semua murid sedang berbaris rapi dilapangan entah apa yang dibicaran si kepala sekolah itu.
"cihhh" dengusnya malas. semua murid junior yang berdiri dibagian belakang langsung menoleh saat mendengar suara dengusan dibelakang mereka, dan saat mereka berbalik, mereka tersentak bersamaan saat melihat pemimpin sekolah mereka berada dibarisan mereka.
"apa yang kalian lihat !!" bentaknya membuat murid junior itu langsung menghadap depan bersamaan. dari barisan murid senior, Hoseok dan Park Jimin terkekeh melihat tingkah laku temannya itu dan sosok yang ditatap hanya mengangkat bahunya cuek.
Justin menatap sekelilingnya well ternyata dia memang salah masuk kedalam barisan murid junior. tanpa sadar di menolehkan kepalanya ke barisan sebelah kiri.
deg ! Justin merasakan dadanya berhenti sesaat saat matanya beradu pandang dengan mata bulat yang cantik itu. wajahnya cantik bak barbie dengan wajah bulat menatap polos kearahnya sebelum mengangguk sesaat lalu kembali menatap ke depan.
meninggalkan Justin yang masih menatap punggung sosok itu, smrik tipis diwajahnya muncul.
----------------
siang hari sekolah swasta dipusat kota Seoul Korea Selatan sekolah mewah kelas atas dengan berbagai fasilitas yang serba ada disini. penghuninya pun mayoritas dari kalangan anak-anak orang berada dimana lagi kalau bukan di Korea Internasional School.
disebuah ruang diatas gedung kantor ada ruang yang dijadikan markas oleh tujuh orang pemuda yang orangtuanya memang mempunyai wewenang dan kekuasaan disekolah ini yang membuat mereka suka berlaku seenaknya disekolah ini, yaa orangtua mereka adalah deretan orang berpengaruh.
"hei, bagaimana kemarin?" tanya Hoseok kepada Park Jimin yang masih asik bermain dengan ponselnya dengan lolipop di mulutnya.
Hoseok dan Park Jimin, adalah bagian dari tujuh pemuda tadi. mereka bertujuh memang kerap sekali keluar malam hanya untuk mengikuti balap liar ya tipikal anak muda liar dan kaya.
"menang" sahutnya singkat.
"eh Justin?" ucap Hoseok kearah pemuda dengan marga Justin tersebut.
"sebenarnya apa masalahmu dengan Mingyu itu?" tanya Hoseok heran untuk yang kesekian kalinya lagi, karena seingatnya dulu kedua adalah sahabat, tapi entah sejak kapan keduanya kini menjadi musuh bebuyutan hingga sekarang.
"tidak" sahut Justin cuek. meski terlihat jelas raut tidak suka disana. "tapi aku harus segera menyelesaikan sebelum upacara kelulusan kita".
"ini pesananmu sunbae" ujar murid junior menyerahkan kantung plastik berisi makanan.
"oke terimakasih" ucap Seokjin. dan murid itu langsung berlari tergesa-gesa keluar dari atap. terlalu berbahaya jika lama-lama dengan para pengusaha sekolah ini.
"malam ini aku akan menginap diapertemenmu" putus Justin seenaknya. tangan kekarnya masih sibuk membuka bungkusan plastik yang berisi roti
"tidak bisa. kau kan punya mansion dan apertemen sendiri kenapa selalu tidur ke tempatku" tolak Park Jimin cepat memangnya dia ini tempat penampungan para gembel seperti mereka.
"aku rasa berpesta malam ini tak buruk" ucap Hoseok yang dijawab anggukan yang lainnya. Mereka bahkan tidak perduli pada pemilik apertemen itu yang jelas sekali tidak menyetujui rencana mereka.
"jangan apertemenku" keluh Park Jimin.
"wae, kami suka apertemenmu" balas Hoseok terus didesak akhirnya Park Jimin hanya mengangguk dan pasti paginya dia yang harus membersihkan apertemen nya seorang diri. teman-teman sialan.
"baiklah" ujar Park Jimin pasrah.
"bisakah aku ikut ?" sebuah suara membuat ketujuh pemuda tampan itu menoleh bersamaan. dan seorang gadis berambut coklat gelombang sudah berdiri sok manis didepan mereka. gadis itu adalah Yeri yang merupakan gadis yang tergila-gila dengan Justin sejak awal masuk sekolah. mereka semua reflek mendengus malas dan kembali melanjutkan makan mereka seperti tak menganggap gadis itu ada. Justin juga bersikap cuek kini pemuda itu malah menghidupkan hpnya dan bermain game.
"Yeri. pesta ini hanya untuk para pria. kau tidak bisa ikut" ucap Seokjin menolak. well mereka memang tidak menyukai Yeri. tapi Seokjin itu masih sepupu jauh Yeri. bagaimanapun jadi dia tidak boleh terlalu kasar pada gadis itu atau dia akan di omeli oleh ibunya.
"wae ? aku sangat ingin ikut" balasnya dengan nada manja. Ia berjalan mendekati Justin dan berlutut didepan pemuda itu.
"Jung beritahu aku tempatnya, biar aku menemani disana. pasti kau kesepian tanpa aku" lanjut Yeri sambil tersenyum lebar. sedangkan Justin sudah menatap jenuh dan jengkel kearah gadis yang terus mengejarnya ini.
"memangnya kau siapa?" sindir Justin tajam lalu bangkit dari duduknya diikuti oleh sahabatnya.
"kalau kau begini terus, kau terlihat seperti seorang gadis murahan" simpel namun sukses membuat yeri membanting botol bekas minuman itu tanda murka dan tidak terima. namun Hoseok hanya cuek dan mengikuti langkah para sahabatnya.
----------------
Justin mendesis malas sambil berjalan dengan pelan, bagaimana mobilnya kehabisan bensin disaat seperti ini, ini juga hampir 12 malam dan taksi sudah jarang terlihat terlebih Justin melewati jalan kecil membuatnya susah untuk menemukan taksi ditengah malam begini.
"heh berjalan sedikit sepertinya tak masalah" ujar nya kepada dirinya sendiri saat melihat bangunan apertemen Park Jimin didepan sana. dia berjalan santai sampai matanya melihat segerombolan pria yang terlihat urakan didepannya.
"aku tidak punya uang, aku mohon lepaskan aku, aku benar-benar tak punya uang" samar-samar Justin mendengar suara seorang gadis dari gerombolan itu. Perlahan dia mendekati gerombolan itu dan mata membulat saat menemukan sosok murid junior yang dilihatnya tadi pagi, kenapa gadis itu ada disini malam-malam.
"kenapa?" tanyanya saat dirinya sudah berdiri kurang dari satu langkah dari tiga orang pria itu dengan seorang gadis yang tampak ketakutan dan terpojok di dinding tembok.
"bukan urusanmu" sahut tiga orang itu bersamaan.
"sunbae" ucap gadis itu saat mengetahui siapa sosok pemuda itu.
"bagaimana bisa kalian meminta uang dari seorang gadis, oh kalian sungguh memalukan" ujarnya sambil berdecak lalu memamerkan senyum meremehkan nya pada ketiga pria itu.
"hei ini bukan urusanmu, jadi sebaiknya kau pergi" balas seorang pria yang mengeluarkan pisaunya, yang sukses membuat gadis bermata bulat itu memekik tanpa sadar.
"kalian yang harus pergi" balas Justin tidak kalah dinginnya.
"kau anak kecil sialan, serang dia!" ucap pria lainnya dan mereka berlari mendekat kearah Justin dan dengan mudahnya dia mengelak pukulan beruntun mereka sambil menghindar dan menendang pria yang hendak menusuknya dengan pisau, menghajar kedua pria lainnya. Justin pemegang sabuk hitam taekwondo.
dia memundurkan langkahnya saat seorang lagi mengeluarkan pisau yang lumayan panjang, cihh. Justin menatap belakangnya dan menemukan gadis itu tepat dibelakangnya, dan dalam sekejap dia menarik tangan gadis itu dan menyeretnya pergi. sampai akhirnya mereka sampai di jalanan besar, mereka sudah berlari hampir 10 menit dan setelah tidak terlihat lagi orang itu, Justin memelankan larinya lalu perlahan kini mereka malah berjalan beriringan dengan tangan yang bertautan, dia mendengar napas tersengal gadis disampingnya, Justin sudah hendak berbicara pada gadis itu namun,
drrtt drtt !
suara ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk, dan pria itu mengangkat panggilan itu dengan tangan lainnya dan satu tangan lainnya masih menggenggam tangan gadis manis itu.
"kau dimana" suara dari seberang telpon tanpa harus mendengar Justin mengatakan sapaan terlebih dahulu. sialan memang.
"ahh iya sebentar aku kesitu" ucapnya sebelum mematikan ponselnya. tanpa memperdulikan Park Jimin pasti akan memakinya karena diputuskan sepihak.
"kau ingin pulang" tanya Justin yang dijawab anggukan pelan gadis itu, Justin membawa gadis itu kepinggir jalan dan menyetop kan sebuah taksi.
"tolong antar gadis ini kerumahnya" Justin lalu memberi beberapa lembar uang kearah supir itu. tangannya membuka pintu belakang taksi dan mempersilahkan gadis itu masuk namun gadis itu hanya diam dan menatap kearah Justin lalu kearah tangannya.
Justin mengerutkan kening nya lalu matanya juga mengikuti pergerakan mata gadis itu.
"ahh Mian" ucapnya.
"tidak apa-apa sunbae, terima kasih nanti aku akan mengganti uang sunbae" ucap gadis itu lalu masuk kedalam taksi, setelah Justin melepas genggaman tangan mereka. tangan gadis itu hendak menutup taksi namun terhalang oleh sebuah tangan.
"tak perlu, cukup beritahu namamu saja" sahut Justin sambil menyeringai tipis, tangannya menahan pintu taksi itu dengan satu tangannya dan satunya lagi di kap belakang.
"nama?" tanya gadis manis itu bingung.
"iya namamu saja" Justin masih menatap gadis itu dengan tangannya yang menahan pintu taksi itu.
"Alice, tapi sunbae bisa memanggilku Lisa" ucap gadis itu dengan senyum manisnya, jujur ini kedua kalinya dada Justin bergetar entah karena apa.
Justin masuk kedalam kelas saat jam pertama baru saja akan dimulai, dan tentu saja hal ini membuat Jimin menatap kearahnya heran. sejak kapan tuan muda ini mau mengikuti kelas pagi biasanya pemuda ini hanya masuk ketika sudah pelajaran kedua atau bahkan jam terakhir sebelum pulang. Justin mendudukkan dirinya di kursi mengabaikan tatapan heran dari para siswa disana dan juga para sahabatnya.
"tumben" celetuk Jimin heran.
"hanya ingin" sahutnya cuek. dia sendiri juga tidak tau kenapa hari ini dirinya begitu bersemangat ingin bersekolah. apa karena dia ingin bertemu gadis semalam.
Taehyung yang duduk didepan berbalik menatap Justin dibelakang, melihat sahabatnya datang se pagi ini saja sudah mengherankan, apalagi melihat senyum jelek di wajah tuan muda ini. semakin dan semakin mencurigakan bukan.
"kau mencurigakan tuan muda" sindirnya.
"kau menyebabkan Cho Taehyung" balasnya.
Jimin menatap malas. ohh ayolah mereka itu sama-sama tuan muda kenapa saling sindir.
"hei ada apa dengan kalian berdua?" tanya Hoseok penasaran yang baru muncul dan duduk disebelah Taehyung.
"aku tidak" sahut Justin.
"aku juga" sahut Taehyung juga.
mendengar ucapan itu jelas saja membuat Hoseok semakin heran. Ada apa dua tuan muda ini kedua nya jelas terlihat mencurigakan dengan senyum aneh.
"hei kalian dua jatuh cinta ya" cerocos Hoseok.
kedua pemuda itu mengerutkan keningnya heran sampai. "jangan berucap sembarangan" keduanya bersamaan. Hoseok mendengus, yaa kalau tidak kan tidak usah ngegas juga.
----------------
jam makan siang sudah berbunyi sekitar sepuluh menit yang lalu, jadi wajar jika kini kantin sekolah itu kini mulai dipenuhi banyak siswa. termaksud Lisa dan Rose yang kini sedang menyantap makan siang mereka di kursi pojok yang sedikit terlindung dari arah pintu masuk kantin.

Justin masuk kekantin dengan satu tangan berada dikantong dan satunya lagi memegang ponselnya gaya biasa namun terlihat menawan.
para sahabatnya memang sudah lebih dulu berada disini, sedangkan tuan muda ini baru dari toilet yang ada di markas mereka, matanya menjelajah setiap sudut kantin dia hendak mencari dimana posisi para sahabatnya namun manik tajamnya malah tanpa sengaja menangkap sosok gadis manis bernama Lisa yang sedang duduk berdua dimeja pojok sebelah meja pada sahabatnya.
Justin tersenyum saat pemuda itu melewati meja Lisa dan Lisa tentu saja balas tersenyum manis. hal itu tidak luput dari pandangan Rose yang saat itu duduk disebelah Lisa. Rose bahkan mengikuti arah senyum sahabat nya dan dia menemukan pria itu yang juga tersenyum tipis kearah Lisa, sampai akhirnya pemuda itu mendudukkan dirinya bersama teman-temannya dan pandangan keduanya pun terputus. Rose langsung saja mendekatkan kursinya agar lebih dekat dengan Lisa.
Rose mendekatkan wajah kearah Lisa lalu berbisik kecil. "kau kenal dia?" tanya Rose sambil menatap Lisa tajam, gadis itu juga sengaja mengecilkan suaranya agar Justin dan para sahabatnya itu dan tak mendengar ucapannya.
Lisa menatap Rose heran. "dia menolongku kemarin malam, yang ku ceritakan padamu tadi pagi" Lisa memang sudah menceritakan kalau tadi malam dia hendak dirampok dan ditolong oleh seorang pria.
"kau tidak mengatakan kalau dia adalah Justin" protes Rose dan membuat Lisa kembali heran.
"aku tidak tau kalau dia bernama Justin, dia tidak mengucapkan namanya padaku tadi malam" Lisa jelas tidak berbohong karena hanya pria itu yang menanyakan namanya.
Rose kembali berbisik pelan agar orang lain tidak mendengar. "jangan berurusan dengan pemuda itu Lisa" Lisa mengerutkan keningnya heran.
"memangnya kenapa?" tanyanya tak mengerti, yaa Lisa memang siswa pindahan, meski sudah sekitar sebulan, namun di hanya mempunyai Rose sebagai temannya.
"kau tidak tau?" tanya Rose tak percaya. Lisa menggelengkan kepala tanda kalau dia memang tak mengerti.
astaga Rose hanya bisa menepuk keningnya sendiri, harusnya dia sedikit menceritakan tentang para penguasa sekolah agar Lisa bisa menghindar. Rose menggerakkan tangannya agar Lisa mendekat, setelah merasa Lisa bisa mendengar meski dia berbisik Rose lalu menghela napas pelan sebelum berucap.
"pemuda tadi adalah Jeon Justin pemimpin sekolah kita, dia itu suka berkelahi dan suka berbuat onar dan yang pasti dia adalah seorang pemuda nakal yang suka membuat ulah, Justin itu laki-laki gila" Lisa membulatkan matanya tak percaya mendengar omongan Rose.
"dia itu kejam tak mengenal belas kasihan dia akan menghajar orang itu sampai masuk rumah sakit jika seseorang berani mengganggunya, dia benar-benar setan Lis, menjauh lah darinya" jelas Rose, tidak ada melebih-lebihkan, karena menurut cerita yang ada memang segitu gilanya Justin dan kawan - kawannya itu.
Lisa masih terdiam mencerna ucapan sahabatnya itu, dia masih tidak percaya namun Rose jelas tidak mungkin berbohong padanya kan. jika Rose bilang kalau Justin gila pasti memang begitu, padahal Justin yang menolong nya malam kemarin seperti sosok pemuda baik hati, siapa yang sangka kalau pemuda itu adalah seorang badboy, astaga dia hanya ingin hidup damai selama bersekolah. Lisa tidak ingin ada masalah apapun di masa sekolahnya.
"kau lihat gadis disana?" ucap Rose sambil menujuk kearah meja yang ada pojok dengan sumpit yang digunakannya untuk memakan ramen nya tadi, Rose berbicara dengan suara yang sangat kecil namun masih bisa di dengar oleh Lisa.
Lisa mengangguk saat melihat meja yang ada disana, meja yang dihuni dengan para gadis cantik dengan gaya yang mewah dan bak putri, angkuh seperti anak orang kaya pada umumnya.
"gadis itu tak akan membiarkan siapapun mendekati Justin, dia tidak segan-segan menyakiti gadis manapun yang mendekati Justin" jelas Rose sambil menunjukan raut seriusnya sambil menunjuk seorang gadis dipojok sana.
tanpa sadar Lisa kembali melirik gadis yang ada disana. hanya sekilas saat matanya menjelajah kearah lain dia malah menemukan mata tajam sang pemuda yang menolongnya tadi malam. Lisa reflek bergidik ngeri lalu segera mengalihkan tatapannya dengan cepat dan kembali menatap Rose, dia jelas tidak suka dengan seorang yang suka berkelahi.
"aku akan menjauhinya" putus Lisa. dia tak suka pria badboy lagipula ayah nya tak akan suka jika tau anak gadisnya berurusan dengan seorang anak nakal dan satu lagi Lisa tidak mau terlibat masalah apapun disekolah atau dia akan disembunyikan lagi.
Rose menepuk bahu Lisa tanda setuju dengan ucapan sahabatnya.
"bagus Lisa aku tidak mau kau terlibat masalah dengan orang-orang gila itu" ucap Rose sambil menatap sahabatnya itu. Lisa mengangguk mengerti lalu menampilkan senyum manisnya kearah sahabatnya. dia percaya kalau Rose tidak akan berbohong.
----------------
Justin sedang berjalan kearah kelasnya namun terhenti matanya menangkap Lisa. tersenyum manis namun berbeda dengan gadis itu yang malah terlihat kaget dan segera mengalihkan pandangan nya ke segala arah dengan gelagat gugup yang sangat kentara, pemuda itu mengerutkan keningnya heran apa gadis itu baru saja mengabaikan dirinya. hei orang gila mana yang berani untuk mengabaikan seorang Jeon Justin.
Namun Justin menepis pikirannya dan langsung berjalan ingin mendekat ke arah gadis cantik itu.
"hei Lice--" sapaannya berhenti saat gadis itu bukannya membalas sapaannya ramahnya yang bahkan tidak pernah dia keluarkan sejak masuk sekolah dulu. gadis itu malah terburu-buru berlari menjauhinya,
ada apa dengan Lisa bukannya di kantin tadi masih baik-baik saja lalu kenapa tiba-tiba gadis cantik itu seperti tidak mengenalnya, Justin hendak mengejar namun terhenti saat bahunya dirangkul oleh seseorang membuatnya menahan langkahnya.
"sedang apa" sapa Hoseok.
"hmm" balasnya ambigu, sambil menatap gadis yang perlahan menghilang dibalik tangga.
Hoseok yang merasa sahabatnya itu tengah memperhatikan sesuatu pun ikut menatap kearah pandangan tuan muda ini namun dia tidak melihat apapun yang bisa menarik perhatian si tuan muda ini.
"apa yang kau lihat?" tanya Hoseok curiga.
"tidak ada, ayo masuk" Justin lalu mengalihkan pembicaraan lalu kembali berjalan menuju kelas di ikuti oleh Hoseok yang masih saja heran.
----------------
Justin sedang duduk di bangku nya saat guru pelajaran sastra masuk dan mulai menjelaskan beberapa materi bahkan setelah 30 menit berlalu tuan muda itu tetap saja tidak sedetik pun ikut memperhatikan pelajaran sang guru, bahkan bukan hanya dirinya para sahabatnya juga tampak tidak ikut memperhatikan kecuali tuan muda Taehyung. liat saja Jimin yang malah asik berkirim chat entah pada ulzzang sekolah mana lagi.
Justin menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan menatap keluar jendela kaca, earpods sudah terpasang ditelinga, memilih untuk memutar music daripada omongan guru sastra didepan sana. selagi dirinya asik sedang asik memperhatikan langit terdengar suara riang dari arah lantai bawah, suara yang entah kenapa sudah terdengar familiar ditelinganya, bahkan dia pun langsung melepas earpods agar mendengar suara itu lebih jelas.
"Hehehhe benarkahh ??? Ijinkannn aku jugaaa".
itu suara Lisa dan membuat Justin reflek mendekat ke arah jendela kelas dan menatap kebawah ke arah asal suara, matanya menemukan sosok gadis itu yang berjalan dengan tawa renyahnya.
kedua gadis itu menghentikan langkahnya kala Lisa merasakan kepalanya ditimpuk oleh sesuatu pun membuat gadis itu reflek menengok ke atas, mata bulatnya langsung saja melotot kaget, Justin akui kalau wajah kaget itu sangat menggemaskan.
"heii...." sapanya dengan santai. jauh berbeda dengan gadis yang disapanya yang masih memperlihatkan wajah kagetnya, sangat lucu.
namun bukannya menjawab, Lisa langsung menarik tangan Rose, membawa sahabatnya menjauh dari situ. Justin menatap punggung Lisa yang sudah menjauh.
"ahhh dia mengabaikan ku rupanya" cicit pemuda itu dengan raut misteriusnya, kini Justin tau gadis itu benar-benar sedang menjauhi dan pura-pura tidak mengenalnya.
"tapi tenang saja, aku tertarik padamu jadi aku yang akan menghampiri kamu" ujarnya santai lalu menyandarkan punggungnya di kursi dengan raut wajah yang aneh.
"ada apa dengan wajah aneh mu itu?" heran Jimin saat dirinya tidak sengaja menoleh kearah Justin karena mejanya sedikit bergerak akibat pergerakan Justin, namun dirinya malah melihat wajah anehnya. bukannya apa sih, wajah aneh itu muncul kalau Justin akan bertingkah gila.
"Jimin, kau ikut aku pulang nanti" perintahnya tanpa ada niat menjawab pertanyaan Jimin terlebih dulu.
"hah kenapa ?!" tanya Jimin tidak mengerti. "aku membawa mobil hari ini kok" lanjutnya. heii dia juga kaya asal kalian tau, dia juga seorang tuan muda jadi untuk apa Justin mengajaknya untuk pulang bersama kecuali kalau mereka ingin membuat satu masalah lagi. "kau ingin berkelahi ?" tanyanya.
"ikut saja" ucap Justin, lalu memasang earpods ditelinganya dan menelungkupkan wajahnya dimeja tanpa memperdulikan guru yang mengajar didepan.
...----------------...
Rose dan Lisa berjalan keluar kelas bersama dan suasana sekolah sudah lumayan sepi karena jam pulang sudah dari lima belas menit yang lalu. alasan keduanya baru pulang sekarang adalah karena piket membersihkan kelas tadi dan kebetulan Lisa di jadwalkan piket bersama dengan Rose, sedangkan tiga lainnya sudah pulang terlebih dahulu karena Rose mendapat jatah untuk membuang sampah.
keduanya melangkah sambil bergandengan tangan dengan riang. "mau makan es krim sebelum pulang?" tanya Rose.
"boleh, mau dimana?" sahut Lisa riang.
Rose itu tampak berpikir sebentar, "bagaimana kalau dicafe Wanna?" tanyanya semangat, cafe wanna senditrri memang cafe khas anak muda dan tentu saja jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah mereka, membuat cafe itu sering menjadi tempat tongkrongan anak sekolah mereka.
"oke" sahut Lisa ceria.
keduanya terus berjalan sambil bercerita sampai tiba-tiba ada dua sosok pemuda yang berhenti tepat didepan keduanya.
langkah keduanya reflek berhenti, keduanya bahkan hendak berlari kencang kalau saja suara dingin itu tidak menghentikan langkah mereka. saat Justin memajukan langkahnya dan kedua gadis itu reflek mundur dua langkah.
"kau berpura-pura tak mengenalku" ucapnya sambil menatap Lisa yang masih dalam mode terkejut. membutuhkan waktu yang cukup lama sampai gadis itu terbangun dari kagetnya. ingat kata Rose dia harus menjauhi badboy ini.
"kita memang tidak saling mengenal" ucapnya pelan.
Lisa bahkan reflek memegang tangan Rose erat jujur dia takut melihat mata tajam itu, ohh ayolah bahkan Rose juga sama takutnya dengan Lisa sekarang. namun saat melihat wajah Lisa, Rose tau kalau sahabatnya itu tidak akan berani berucap apapun.
"permisi sunbae, kami mau pulang" ucapnya lalu hendak membawa Lisa mengikuti langkahnya. keduanya terus berjalan dengan buru-buru berusaha segera menjauh dari dua pemuda itu namun,
srettt !! tangan kecil Lisa ditarik kuat sampai pegangannya pada Rose terlepas, karena tubuh nya yang belum siap merima tarikan kini Lisa reflek menabrak dada bidang kakak kelasnya. Lisa pun segera menjauh dan hendak pergi namun tangannya masih digenggam kuat dan dalam sekejap dirinya sudah kembali mendekat kearah pemuda itu.
kini Rose yang berusaha menghampiri Lisa namun Justin sudah lebih dulu menarik tangan Lisa hingga gadis itu berada dibalik tubuh besarnya.
"yakk lepaskan tangan temanku" perintah Rose.
"aku tidak mau" balasnya acuh. meski dia tau dibalik punggungnya Lisa berusaha melepaskan gengaman nya.
"lepaskan, aku mau pulang bersama temanku".
"kau pikir aku mau" Justin melirik kebelakang sekilas tepat ke arah Lisa. "salahmu sendiri kenapa mengacuhkan aku tadi" ujarnya cuek.
"hah??" Lisa menatap tidak mengerti.
"kau pulang denganku" balas Justin cuek.
"tidak aku pulang dengan temanku" tolak Lisa.
"dia pulang denganku" sahut Rose.
Rose berusaha menghampiri Lisa dan Justin, membuat pemuda itu memutar matanya malas matanya lalu beralih menatap kearah Jimin yang memang datang bersamanya, namun hanya diam saja sejak tadi, tidak berguna sama sekali.
"urus gadis ini Jimin".
"cihh" dengus Jimin malas.
Jimin mendekat kearah gadis itu, menarik tangan Rose kuat dan ditariknya gadis itu hingga Rose sudah mundur beberapa langkah dan berjarak lumayan jauh dari Lisa dan Justin.
"yakk lepaskan aku" pekik Rose.
"YAKKK LEPASKAN AKUU !!" teriaknya tepat di telinga Jimin. namun pemuda itu mengacuhkan dan malah menatap kearah Justin. untung saja telinganya itu sudah terbiasa dengan teriakan para gadis.
"cepatlah pergi, gadis ini sungguh berisik" suruh Jimin kepada sahabatnya. suara gadis ini memekak telinganya mungkin Jimin akan tuli jika lama-lama dekat gadis ini.
Justin lalu berbalik dan menyeret Lisa.
"lepaskan aku ingin pulang dengan temanku" ucap Lisa sambil berusaha melepas tangan nya dari genggaman tangan kekar Justin begitu pula Rose yang masih berteriak ditelinga Jimin.
Justin mengacuhkannya dan menarik tangan Lisa menjauh dari Jimin dan Rose menuju dimana mobil mewahnya terparkir dan langsung memaksa Lisa agar masuk dalam mobilnya tidak memperdulikan rengekan Lisa yang minta dilepas atau teriakan Rose disana, Justin memilih mengabaikan dan menghidupkan mobilnya, perlahan mobil itu melaju meninggalkan sekolah mereka dan juga meninggalkan pekikan kesakitan Jimin yang tangannya baru saja digigit dengan kuat oleh Rose.
dan juga seorang gadis yang sedari tadi ikut memperhatikan mereka dengan raut menahan amarah.
suasana dikelas 10-2 tidak terlalu ramai meski jam pelajaran sudah dimulai, apalagi guru dikelas 10-2 memang belum muncul, membuat beberapa siswa yang ada dikelas itu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. ada yang bergosip atau bermain game dan lainnya, sedangkan Lisa sendiri duduk menatap ke arah jendela disebelahnya, Rose sendiri sedang ke toilet.
Brakk !!!..
Namun tiba-tiba suara pintu kelas mereka di buka dengan cara ditendang membuat mereka reflek menoleh.
Yeri adalah sosok yang membanting pintu kelas mereka itu, gadis cantik itu muncul dengan dua orang dayang-dayang disebelahnya. sosok yang ketahui Lisa sebagai kakak kelasnya yang kata Rose kalau Yeri itu gila sama seperti Justin.
Lisa menatap aneh kearah kakak kelasnya yang kini tengah berjalan mendekati dirinya dan berdiri di samping mejanya. membuat dia menatap heran seingatnya mereka berdua bahkan tidak pernah saling bertukar sapa. tapi kenapa kakak kelasnya ini menatapnya sinis.
"kau ikut aku,” tunjuk nya pada Lisa dengan wajah yang tajam, sedangkan dua gadis di samping Yeri tertawa licik, Lisa terpaku hingga dia hanya diam sembari menatap kakak kelasnya itu.
"apa kau tidak dengar ucapan ku HAH !!" suara teriakan nyaring itu reflek membuat Lisa bangkit karena kaget. "ikut aku sekarang !!" perintah Yeri lalu menendang sekilas meja Lisa dan membalikkan badannya lalu berjalan keluar kelas di ikuti Lisa yang berjalan pelan dibelakang gadis bernama Yeri dan dayang-dayangnya itu.
...----------------...
Rose langsung berlari menuju markas dimana para penguasa sekolah mereka itu berada, tadi saat dirinya baru kembali dikelas setelah dari toilet, teman kelasnya mengatakan kalau Lisa dibawa oleh Yeri, kan apa yang dia duga, Lisa itu pasti tidak akan baik-baik saja jika berurusan dengan dua makhluk gila itu, Justin dan Yeri ! keduanya itu sama ya sama-sama setan.
brakk !!...entah dimana ketakutan Rose selama ini, bahkan tanpa basa-basi langsung mendorong kasar pintu markas itu dimana orang-orang itu berada, dia bahkan melupakan bagaimana garang nya deretan manusia yang ada ditempat itu, dia hanya terlalu khawatir dengan Lisa.
matanya menemukan sosok Justin yang duduk bersantai diatas sofa mewah, tanpa ragu langsung mendekat kearah Justin bahkan langsung berdiri dihadapan Justin. dia bahkan sudah melupakan bagaimana menyeramkannya dan gilanya pemimpin sekolah mereka itu.
"dimana Lisa?" dan tanpa basa-basi langsung saja menyidang pemuda itu bahkan tanpa menyapa terlebih dahulu. "aku tanya dimana Lisa ?" tanyanya lagi.
"apa maksudmu? bukannya Lisa denganmu?" tanya Justin sambil mematikan rokoknya.
"kalau Lisa bersamaku aku tak akan mencari kau untuk bertanya dimana sahabatku berada" maki Rose lagi.
"apa maksudmu" balas Justin dengan tidak kalah sinis, berani sekali adik kelasnya ini memaki dirinya. kalau saja bukan sahabat Lisa sudah pasti Rose akan digantungnya dia tiang bendera.
"cepat katakan kemana kekasihmu itu membawa Lisa ku" bohong kalau Rose tidak merasakan hawa setan dari ucapan sinis itu.
"kekasih?" Justin mengerutkan keningnya heran.
"iya kekasihmu" balas Rose cepat.
"aku tak punya kekasih nona Park" sinisnya.
dia memang tidak pernah berpacaran. gadis-gadis yang pernah ada di sekitarnya itu pun hanya untuk mainannya saja. dia tak pernah menjalin hubungan serius dengan siapapun, gila-gila begini mana mau Justin bucin gadis tidak jelas.
"Yeri membawanya".
"apa kau bilang? Lisa dibawa Yeri".
"iya dibawa kekasih sialan mu itu. katakan dimana Lisa!!" bentak Rose.
setelah mendengar ucapan Rose, Justin pun langsung berlari keluar dari markas tidak memperdulikan teriakan makian Rose, dia hanya berpikir bagaimana gadis cantiknya itu sekarang. dasar Yoon Yeri sialan.
"YAKKK AKU BERTANYA PADAMU SIALAN !!!".
"KAU MAU MATI BERTERIAK TERUS DISINI !!" **** Rose lupa kalau bukan hanya dirinya diruangan itu, dia tidak akan mati sekarang kan.
...----------------...
Yeri menyeret kasar Lisa dan mendorong tubuh kurus itu begitu mereka berempat sudah tiba berada belakang sekolah, tempat sepi yang sangat cocok jika kau ingin membully seseorang disini.
“akh,” ringis Lisa pelan saat lengannya tergores.
bahkan didepannya Yeri sudah menatapnya dengan tajam dan penuh kebencian. dan jangan lupakan dua gadis lainnya. dua gadis itu berjaga di samping kiri dan kanannya sedangkan Yeri sendiri berdiri tepat dihadapannya, mengulurkan tangannya dan mencengkram kerah kemeja seragam Lisa.
“kau pikir siapa dirimu HAH !!" makinya pada Lisa. yang masih tidak tau apa masalahnya dengan kakak kelasnya ini. "berani sekali kau mendekati kekasihku, mau jadi perusak hubungan orang hah !! Justin itu milikku !!".
ternyata yang dibilang Rose benar, setelah ini dia tidak akan meragukan sahabatnya itu lagi. Dia menggelengkan kepalanya tanda menolak ucapan itu, Lisa bahkan tidak berniat untuk bertegur sapa lagi dengan pemuda yang menakutkan itu lalu bagaimana bisa dia mau merusak hubungan pemuda itu dengan kekasihnya.
“sunbae, aku—“ belum sempat Lisa menyahut, bahu nya sudah di dorong-dorong dengan telunjuk Yeri.
“apa kau pikir karena dia sudah mengantarmu pulang, sehingga kau menjadi seenaknya?!! berani sekali kau!” makinya lagi.
Lisa menggelengkan kepalanya tanda kalau itu tidak benar. namun Yeri malah meraih rambut panjang nya dengan sangat kasar. Lisa menggigit bibirnya berusaha menahan rasa sakit di kepalanya, tarikan Yeri pada rambutnya seperti ingin menarik rambut itu sekaligus kulit-kulit kepalanya.
“kenapa kau diam saja? jawab aku!!!” bentak Yeri.
Lisa langsung memejamkan matanya karena takut wajah putih tembemnya perlahan mulai memerah dan selaput bening juga sudah menghiasi mata indahnya. bagaimana dia mau menjawab jika baru ingin berkata saja gadis itu sudah kembali membentaknya, memang gila ternyata seperti yang dibilang Rose.
PLAKK !! sebuah tangan menepis kasar tangan Yeri sampai gadis itu terperangah karena tangan nya yang baru saja dipukul dengan sangat kuat belum sempat Yeri memaki pada orang itu. sosok yang dibicarakan keduanya sudah menyeruak diantara Yeri dan Lisa. lebih tepatnya berada di depan tubuh Lisa, menyembunyikan tubuh kurus itu dibalik tubuh besarnya.
Justin menoleh sekilas ke arah belakang untuk melihat kondisi Lisa, sinar matahari yang menyinari wajah Lisa, semakin memperlihatkan bahwa gadis cantiknya itu sedang menangis. membuat pemuda itu tanpa sadar mengepalkan tangannya marah. dia membalikkan tubuhnya lalu menatap tajam kearah Yeri.
"apa masalahmu !!" bentaknya kasar. kenapa gadis itu selalu saja mengusik kehidupannya. gadis gila ini jika saja bukan sepupu sahabatnya sudah dilindas nya tubuh gendut ini dengan mobilnya.
“aku tidak suka dia mendekatimu!” tandas Yeri semakin mengangkat dagunya dengan sombong dia tidak mungkin bersikap ketakutan didepan adik kelas sialannya ini.
Justin tertawa kecil dengan nada mengejek yang sangat kentara sekali, kemudian ia menoleh pada dua sahabatnya yang memang sudah berada dibelakang tubuh Yeri.
Hoseok dan Namjun tadi memang sengaja untuk menyusul Justin takutnya sahabat mereka itu nekat menjadi iblis nanti.
“apa wanita ini adalah pacarku?” tanyanya sambil menunjuk Yeri dengan dagunya.
“Heii itu tidak mungkin!” sahut Hoseok.
"Apa kau dengar ? kau bukanlah siapa-siapa” balas Justin sinis.
“tapi aku tetap tidak suka jika dia mendekatimu! kau adalah milikku!” Yeri ngotot dia bahkan tidak perduli ditolak dengan sangat terang-terangan oleh Justin sendiri, namun perkataanya malah membuat Justin kesal. dia bukan milik siapapun apalagi milik gadis murahan ini.
"milikmu" sindir Justin. "dengar nona, aku bukan milikmu dan bukan kekasihmu jadi jangan berlagak seperti kau itu kekasihku, jika faktanya kau bukan kekasihku" bentaknya.
"ta-tapi" Yeri hendak mengelak namun bentakan Justin lebih dulu menyela.
"APA KAU TAU GADIS MURAHAN ?" mendengar ucapan itu Yeri hanya diam. "KAU ADALAH GADIS MURAHANNYA" jelasnya.
"tapi kau tidak pernah menyakitiiii ku selama ini, artinya kau menyukaiku" pede Yeri lagi.
Justin tertawa nyaring. "Apa kau gila !!! aku sudah akan menggiling dengan mobilku jika kau bukan sepupu sahabatku" sahutnya sinis.
"ahh dan satu lagi jangan pernah mengganggunya jika kau tidak mau hidupmu menderita” ancamnya dengan nada dingin. dia meraih salah satu tangan Lisa dan membawanya pergi dari sana. diikuti oleh Hoseok dan Namjun.
Setelah keempatnya pergi, kedua gadis itu segera menghampiri Yeri.
“Yeri-sii, kau baik-baik saja?" tanya salah satu teman Yeri sambil memegang lengan Yeri, namun Yeri malah melepas tangan itu kasar.
“DIAM!!!” bentak Yeri, dia menahan kekesalan yang sudah sampai puncaknya, bagaimana bisa kalah dengan juniornya itu. “aku pasti tidak akan tinggal diam! ku pastikan gadis itu akan menyesal" lanjut nya marah.
...----------------...
Rose datang dengan berlari memasuki ruang uks sekolah mereka. saat mengetahui Lisa ada diuks dengan di antar oleh Justin, namun gadis itu tidak perduli tentang apapun selain dia harus mengecek keadaan Lisa. begitu sampai di uks dia hanya menemukan sosok pemuda itu yang duduk dikursi yang ada disebelah ranjang yang tengah di tiduri oleh sahabatnya Lisa. Rose menatap Lisa seperti mengecek keadaan gadis itu dan untungnya tidak ada lecet apapun dan Lisa sedang tertidur mungkin karena efek obat atau sahabatnya itu masih shock.
"lo ikut gue" perintahnya bahkan dia melupakan kalau pemuda itu kakak kelasnya yang berandal.
Justin mendengus malas meski pada akhirnya dia tetap mengikuti langkah Rose sebelum beranjak dia menyempatkan mengusap rambut Lisa lembut, dia menyukai gadis ini. gadis yang masuk dan tiba-tiba menjadi hal penting baginya. melihat Lisa disakiti oleh Yeri tadi rasanya Justin ingin menghajar gadis itu hingga tak bersisa. dan jujur, kini ia memasukan Lisa dalam daftar orang berharga miliknya.
"sebaiknya kau menjauhi Lisa" perintahnya.
Justin hanya diam tanpa niat menjawab karena dia tau gadis didepannya belum selesai berbicara, karena gadis didepannya adalah teman Lisa maka dia akan bersabar, meski dia ingin saja langsung mengubur gadis didepannya ini hidup-hidup.
"kalau bukan karena sunbae, Lisa ku tidak akan di ganggu oleh Yeri" lanjut Rose. dia sudah tau kalau Lisa pasti tidak akan aman saat kakak kelasnya ini memaksa Lisa untuk ikut pulang bersama nya.
Lisa itu terlalu malaikat untuk setan seperti Jeon Justin ini.
"tidak" sahutnya cuek.
"apanya yang tidak"
"tidak mau".
"harus mau, ini perintah dari orang yang sangat menyayangi Lisa" balas Rose.
"sorry nona" sorry !! Rose bahkan sudah merinding saat mendengar kata itu, kenapa kata sorry bisa menjadi semengerikan ini jika dikatakan oleh pemuda didepannya ini.
"Lisa itu bukan Lisamu tapi dia Lisaku" sahutnya.
"ternyata sama aja yah sama si Yeri. sama-sama suka mengklaim orang lain seenaknya seakan-akan mereka milik kalian" sahutnya mengejek.
"jangan samakan aku dengan si gila itu".
"lo gak pantes sama teman gue yang baik".
Justin itu setan alias badboy yang suka berkelahi dimana-mana kerjaannya hanya mencari masalah, membuat orang sekarat pun sudah sering, bagaimana bisa Rose memberikan Lisa pada orang gila macam si Justin ini.
"kalian tidak cocok, mana bisa lo menjaga Lisaku dengan baik".
"lo mau tau kata bagus gak gak?" tanya Justin tidak nyambung. ingin memaki namun ada rasa penasaran juga disana.
"apa?" dengus Rose malas.
"cowok nakal biar bagaimanapun dia akan menjaga gadisnya dan satu lagi bagaimana pun nakalnya gue bakal pastiin Lisaku tidak bakal terluka sedikitpun karena dia berharga buat gue" ucapnya tegas
"lo pikir gue percaya omongan lo" balas Rose lagi, namun Justin hanya mengangkat bahunya acuh, dia juga tidak butuh kepercayaan gadis ini.
"gue gak minta lo percaya, gue cuma nyuruh lo untuk lihat bagaimana gue perlakuin Lisaku sebagai milik gue yang berharga" balasnya santai.
"dia Lisaku" sahut Rose kesal karena Justin yang tiba-tiba melebeli sahabatnya.
"dia Lisaku nona" balas Justin acuh, lalu beranjak dari depan ruang uks dan meninggalkan Rose yang masih kesal.
Apa bisa setan seperti Justin dipercaya ?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!