KARYA INI HANYA FIKSI. NAMA, TOKOH, PERISTIWA, TEMPAT, HANYALAH KHAYALAN SEMATA. HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MENANGGAPI.
Raut amarah yang tercetak jelas di wajah cantiknya yang bak boneka, telapak tangan yang di kepal dengan kuat, dan emosi nya yang memuncak.
Wanita berambut pirang lurus berkilau ini tengah berusaha mati-matian menahan amarah yang sudah di pucuk ubun-ubun.
Matanya melotot melihat pemandangan tak mengenakkan dari balik jendelanya, karena tak bisa menahan emosi yang telah memuncak, wanita itu dengan kasar melempar vas yang berada di permukaan meja yang terletak tak jauh dari dirinya.
PYAR!
Suara vas yang pecah memenuhi seluruh penjuru kamarnya, lalu ia pun mendaratkan tubuhnya di sebuah sofa empuk yang terletak di kamarnya sambil menggigit kuku jari nya yang panjang.
Potongan-potongan tajam yang berkilau seketika langsung berhamburan menghiasi lantai kamarnya yang licin.
"Kenapa? Kenapa wanita jal*ng itu bisa bersama dengan Arlen?!" teriaknya histeris.
"Padahal aku sudah membuat Arlen membenci wanita itu, tapi kenapa dia bisa kembali bermesraan dengannya?!"
Telapak tangannya mengepal kuat hingga membuat kuku-kuku jarinya memutih, dan wajah cantik dan imutnya pun mulai memerah di karenakan emosi yang kian melunjak.
"Bahkan, Arlen tak pernah menggendongku dengan mesra seperti itu! Wanita si*lan!!" Ia kemudian menjambak rambut pirangnya frustasi, dan tatapannya pun kini di hiasi dengan tatapan dendam dan murka.
"Tak akan kubiarkan kau merebut Arlen dariku, Cassandra!"
Anastasia kemudian mengukir senyum miring yang licik di wajah imutnya, sambil terkikik. "Ya, aku akan membuat Arlen membencimu lagi...."
...🥀...
Cassandra Pov
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat kau nekat melompat ke jurang?"
Pertanyaannya membuatku langsung bungkam. Bagaimana aku harus menjawabnya? Aku bukanlah Cassandra la Devoline, tentu saja aku tak tahu apa yang di pikirkannya saat dia melompat ke jurang?
"Apa kau benar-benar membenciku hingga tak tahan hidup bersamaku?"
Bukankah di novel itu tertulis bahwa Arlen sangat membenci Cassandra? Tapi kenapa dia bertanya seolah-olah Cassandra lah yang membencinya?
Sungguh aku tak paham dengan semua ini. Argh! Seharusnya aku tidak mengunyah tulang ayam waktu itu jika akan seperti ini kejadiannya!
Dan jika saja aku sempat membaca novelnya hingga selesai, pasti aku akan dengan mudah hidup di dunia ini!
Tenanglah.... tenanglah, Cassandra. Untuk sekarang lebih baik aku mencari jawaban yang benar-benar tidak terlihat seperti bohongan.
Setelah aku berpikir hampir semenit, akhirnya aku menemukan jawaban yang pas.
"M-maaf, Arlen... sebenarnya, saat aku selamat saat jatuh ke jurang kemarin, aku kehilangan ingatanku. Aku tak mengingat apa-apa sama sekali...." ucapku dengan raut wajah yang sangat sedih.
Aku bahkan menurunkan airmata buaya agar sandiwara ku terlihat lebih nyata. Yaps, ini adalah saat nya menggunakan bakatku yang telah ku asah bertahun-tahun, hihi!
Kulihat raut wajahnya yang sedikit lebih hangat dari sebelumnya, sepertinya aku berhasil mengendalikan perasaannya walaupun sangat sangat sedikit.
Namun tak apa, semua hal butuh proses, bukan?
Aku pun berusaha mati-matian menahan guratan senyum yang memaksa muncul di wajahku.
Entah kenapa sekarang aku merasa seperti menjadi peran antagonis, hahaha!
"Begitu."
Ujarnya singkat dan datar, membuatku bernafas lega. Setidaknya dia tidak bertanya lebih jauh yang mana pasti akan membuatku tambah lebih pusing untuk menjawab nantinya.
Setelah beberapa menit aku berada di dalam gendongannya, kami berdua pun telah sampai di ruangan yang luas dan mewah.
Tunggu dulu, perasaanku kamar milik ku tidak seperti ini sebelumnya?
Di bawah lukisan kuno yang ukurannya tak bisa di bilang kecil, terletak sebuah ranjang yang sangat luas dan terlihat empuk sekali.
"Arlen... ini bukan kamarku," ucapku bingung.
"Ya, ini adalah kamarku," jawabnya.
Tentu aku sontak terkejut dan hampir saja aku tersedak oleh saliva ku sendiri. Kamar miliknya?? Lalu, buat apa dia mengantarku kemari?
Tak lama, dia pun melepaskanku dari gendongannya kemudian dengan perlahan mendudukkan ku di atas permukaan ranjangnya yang sangat empuk.
Lalu dia berlutut di hadapanku. Tunggu dulu, berlutut?
Dia berlutut di hadapanku! Bagaimana bisa seorang Duke yang terkenal kejam dan tak kenal ampun berlutut di hadapan istri yang di bencinya?!
"Um, Arlen... kenapa kau berlutut seperti it--"
"Perlihatkan pergelangan kakimu."
Pergelangan kaki ku? Mau kau apakan pergelangan kaki ku? Apa kau akan memotong pergelangan kaki ku?!
Ingin rasanya aku berteriak, tapi aku hanya bisa menahannya di dalam diriku. Dengan rasa paranoid yang menyelimuti diriku, kutunjukkan pergelangan kakiku padanya.
Di saat telapak tangannya yang hangat dan besar itu menyentuh pergelangan kaki ku, sontak kelopak mataku aku pejamkan.
Tak lama kini rasa sakit langsung menyebar dan menjalar di area pergelangan kaki ku, bahkan aku bisa mendengar suara tulang ku yang bergerak.
"AKH SAKIT!!"
Aku benar-benar tak bisa menahan teriakan ku. Aku bersumpah itu benar-benar sangat sakit, sebenarnya apa yang dia lakukan pada pergelangan kaki ku?
"Apa masih sakit?"
"Hah?" Kelopak mataku yang awalnya ku pejamkan, kini langsung ku buka dan pupil mataku kuarahkan pada pergelangan kaki ku.
Dan, sakit yang menjalar barusan pun perlahan-lahan menghilang.
"Pergelangan kaki mu terkilir," ujarnya.
Jadi dia rela berlutut padaku hanya demi kaki ku yang terkilir?
Seketika aku bisa merasakan panas yang menjalar di area pipi ku di sertai dengan jantungku yang berdetak sangat kencang.
Apa ini?! Kenapa jantungku berdetak sekencang ini?!
"Apa kau demam? Wajahmu memerah." Tanyanya membuatku langsung memalingkan wajahku secara cepat.
"T-tidak! Aku tidak demam! A-aku hanya merasa panas... ya! Itu saja!" kilahku dengan cepat.
Oh ayolah jantungku! Berdetaklah secara normal!
Setelah aku menarik nafas dalam-dalam, akhirnya jantungku pun bisa kembali tenang. Dan kini, aku pun mulai membuka suara. "Terimakasih," ujarku tulus.
Kita harus selalu berterimakasih kepada orang yang menolong atau membantu kita, kan?
Sebagai balasan, dia pun hanya menganggukkan kepalanya, lalu dia pun bangkit berdiri sambil menatapku.
Aku pun hanya bisa memalingkan pandanganku di saat dia menatapku dengan sangat intens.
Keheningan pun melanda kami yang tengah berada dalam pikiran masing-masing.
"Kau bilang perutmu tadi sakit, bukan? Aku akan memanggil dokter," ujarnya dan aku hanya mengangguk kikuk.
Tak lama dari itu kini ada seorang wanita, yang jika di lihat dari pakaiannya mungkin adalah seorang pelayan di dunia ini, berlari masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa.
Alis sebelahku terangkat karena dia seperti orang yang baru saja di kejar-kejar oleh setan.
Pelayan itu tampak menarik nafas dalam untuk menetralkan jantungnya yang mungkin memompa darah dengan cepat ke seluruh tubuhnya karena aktivitas berlarinya.
"Ada apa?" tanya Arlen mewakili rasa penasarannya begitupun dengan rasa penasaranku.
Pelayan itu tampak melukiskan raut wajah kekhawatiran dan kecemasan di wajahnya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Batinku terus bertanya.
"T-tuan...! Nyonya Anastasia tak sadarkan diri di dalam kamarnya!"
^^^I Become Wife of the Atrocious Duke^^^
^^^29 Oktober 2020^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Oi Min
Anastasya sdah mulai ber ulah
2021-07-19
1
Rieanty
makanya jangan punya bini 2 satu rumah lagi ribet kan
2021-04-06
1
Little_Rain
gue bacanya anatesi mulu miss sorry😀😂😂😂
2021-02-26
1