KARYA INI HANYA FIKSI. NAMA, TOKOH, PERISTIWA, TEMPAT, HANYALAH KHAYALAN SEMATA. HARAP PEMBACA BIJAK DALAM MENANGGAPI.
Suatu dorongan dalam diriku kini akhirnya menyadarkanku untuk segera menjauhkan diriku darinya.
Aku pun perlahan menegapkan badanku untuk berdiri dengan benar, dan dia pun dengan perlahan melepaskan tangannya yang melingkar di pinggangku.
Sebagai tanda hormat, aku membungkukkan badanku sambil menarik sudut rok ku padanya.
Di zaman ini, gelar adalah nomor satu. Di novel yang aku baca, Cassandra la Devoline merupakan putri dari seorang Viscount.
Karena gelar Viscount berada di bawah Duke, sudah pastinya aku membungkuk hormat padanya bukan?
Ya walaupun aku juga sebenarnya sangat tak ingin dan malas melakukan hal semacam ini.
"Salam, My Lord," sapaku padanya agak kikuk, tapi yang anehnya dia malah menaikkan sebelah alisnya di wajahnya yang memang aku akui tampan.
"Apa yang kau lakukan?"
Akhirnya dia mengeluarkan suaranya yang bariton dan rendah namun terdengar mengintimidasi di indra pendengaranku.
Dia bertanya apa yang kulakukan? Tentu saja aku memberi salam padanya. Ada yang salah dengan hal itu?
"Tentu saja menyapa anda, karena pangkat saya lebih rendah," ujarku polos, tapi sepertinya jawabanku tidak membuatnya senang.
"Oh, begitu. Sepertinya pernikahan ini tidak terlalu berarti bagimu."
Setelah dia mengatakan itu dan pergi begitu saja meninggalkanku, tiba-tiba saja dadaku menjadi sakit dan sesak.
Kenapa, aku bisa merasakan kesedihan di balik tatapan tajam dan nada suara nya yang tegas dan dingin sekaligus terdengar lirih?
Apa aku mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya aku katakan?
"Nyonya, apa yang baru saja anda katakan?!" tanya Elise histeris pada sambil mendekatiku dengan tergesa-gesa.
"Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanyaku balik karena bingung.
"Tentu saja salah, Nyonya! Anda sekarang merupakan Duchess Floniouse, anda tak harus membungkuk hormat seperti itu, karena itu di lakukan hanya untuk menghormati orang yang berpangkat lebih tinggi dari kita. Tuan pasti akan berpikir kalau anda tidak menghargai status anda sebagai istri dari Tuan!" jelas Elise membuatku akhirnya paham.
Akupun dengan refleks menepuk jidatku. Astaga, bagaimana bisa aku tidak memikirkan hal itu sampai ke sana?!
Tapi, masa hanya karena hal kecil seperti itu, dia merajuk, sih?!
Huh... ini sungguh merepotkan! Namun aku tetap harus melakukannya! Aku harus memperbaiki hubungan Cassandra la Devoline dengan pria itu!
Mungkin saja dengan hubungan mereka yang membaik, aku bisa kembali ke dunia asalku!
Aku pun melirik ke arah pria itu pergi tadi. Dia memang telah berjalan jauh, tapi aku pasti bisa mengejarnya dengan berlari.
Tanpa babibu, aku langsung melangkahkan kaki ku dengan cepat mengejar sosok yang menjadi tujuanku.
Dengan langkah tergesa-gesa, aku mengejarnya hingga aku bisa menyusul langkahnya.
Tanganku terulur untuk meraih lengannya guna untuk menghentikannya, namun siapa sangka ternyata ada sebuah kulit pisang yang tergeletak di sini sehingga aku tak sengaja menginjaknya.
Brukh!!
Siapa sih yang membuang kulit pisang ini?! Apa mereka tak bisa membuang sampah pada tempatnya?!
Lagipula, kenapa bisa ada kulit pisang di sekitar sini?! Apa aku telah di kutuk oleh seseorang?!
Arghh! Sialan!
Aw... itu sangat sakit asal kau tahu.
Dagu dan dadaku menyentuh lantai yang kasar itu dengan keras, kaki ku terasa sangat nyeri karena sepatu ber hak yang kupakai, dan naasnya, luka lebar yang berada di perutku sangat-sangat pedih dan perih hingga aku tak kuasa menahan airmataku.
Kenapa kejadian seperti ini selalu menimpaku?!
...🥀...
Seorang pria yang mempunyai gelar Duke dengan rambut pirangnya yang berkilau, kini langsung membalikkan badannya di kala dia mendengar suara seperti orang jatuh.
Netranya sedikit membola, melihat seorang wanita yang berstatus sebagai istri pertamanya itu tengah berbaring di lantai yang kasar dengan posisi telungkup di sertai dengan ringisan yang lirih.
Dengan cepat ia pun berjongkok lalu mengulurkan tangannya untuk menarik lengan wanita itu agar dia bisa duduk.
"Bodoh, kenapa kau ceroboh sekali!" ujarnya terdengar seperti bentakan.
Wanita yang bernama Cassandra itu kini akhirnya bisa bangkit dari posisi awalnya. Cassandra terduduk dengan kepala yang ia tundukkan dan tangan yang setia memegang perutnya.
Arlen menyelipkan rambut coklat tua yang menutupi wajah wanita itu yang tertunduk ke belakang telinganya.
Ia menarik dagu Cassandra lalu mendongakkan kepalanya. Seketika Cassandra meringis saat tangannya menyentuh dagu milik wanita itu.
Dirinya terdiam seperti patung di kala wanita itu mengalirkan genangan air dari bolamata coklatnya yang gelap.
Selama ini, dirinya tidak pernah melihat wanita itu meneteskan airmatanya. Ia hanya pernah melihat wanita itu tersenyum manis dan raut wajahnya yang selalu teduh.
Namun sekarang? Dengan raut wajah yang tampak kesakitan, ia menurunkan airmata dengan mulus di pipinya.
"Berhentilah menangis," titahnya. Ia benar-benar membenci perasaan yang muncul di dalam dirinya di saat ia melihat wanita itu menangis.
Cassandra pun dengan segera mengusap airmata yang mengalir di pipinya karena rasa perih yang ia rasakan.
"A-aku hanya ingin meminta maaf. Aku tadi hanya memberi salam kepadamu untuk menghormatimu sebagai suamiku, itu saja! Aku bukannya menganggap pernikahan kita tidak berarti.... Tentu saja pernikahan kita sangat berarti padaku," jelasnya membuat Arlen sedikit tertegun.
Bagaimana tidak? Istri pertamanya yang kemarin terlihat sangat ketakutan terhadapnya kini berbicara panjang lebar sambil meminta maaf kepadanya.
Entah atas gerangan dan dorongan apa, tangan Arlen kembali terulur menangkup pipi gadis itu dan mengelap bekas airmata yang masih tersisa dengan ibu jarinya.
"Aku memaafkanmu," ucapnya dengan raut datar. Cassandra tampak sedikit terkejut atas perkataannya.
Wanita itu membalas tatapan yang Arlen berikan padanya, hingga akhirnya ia meringis di kala tangan Arlen menyentuh perutnya yang perih. "Akh!"
"Apa perutmu terluka?" tanya Arlen begitu mendengar ringisan yang terlontar dari bibir wanita itu.
Cassandra mengangguk dengan bibirnya yang ia lipat saat menahan rasa perih yang semakin menjadi di perutnya.
Tapi sedetik kemudian Cassandra merasakan tubuhnya melayang di kala kedua tangan Arlen melingkar di punggung dan di belakang lututnya.
"My lor--"
"Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu! Panggil aku Arlen," titahnya tak terbantahkan dan seketika membuat Cassandra bungkam.
"B-baiklah... A-arlen...,"entah kenapa Cassandra menjadi sedikit gagu di saat ia menyebutkan nama itu.
Arlen hanya menampilkan raut wajah yang dingin seperti biasa. Pria itu lalu menggendong istri pertamanya tersebut dengan mudahnya seperti mengangkat angin, lalu mengantarnya ke kamarnya.
Dalam perjalanan menuju kamarnya, mereka hanya diam terhadap satu sama lain. Sampai akhirnya, Arlen membuka suara. "Apa yang sebenarnya kau pikirkan saat kau nekat melompat ke jurang?"
Cassandra membeku, apa yang harus ia jawab?
"Apa kau benar-benar membenciku hingga tak tahan hidup bersamaku?"
Bukankah Arlen membenci Cassandra seperti yang tertulis di dalam novel? Lalu kenapa pria tiba-tiba menanyakan hal itu dengan ekspresi yang ia sama sekali tidak ia ketahui?
^^^I Become Wife of the Atrocious Duke^^^
^^^29 Oktober 2020^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
amalia gati subagio
yach ratu drama gocengan nyasar gak mau rugi lah, menderita fisik & dipermalukan...masih hitung2 untung rugi, so....11 12 laki songong dgn madu pelakon, Ratu drama meski gocengan, tentu aksis utk pembuktian & juga kesenangan, ya kannnn 😜🙏
2023-02-25
0
Lidya KeNa
ceritanya bagus banget thor... aku suka baca yg berbau bangswan d msa lalu
2022-10-09
0
NFIA
mau maunya.
2022-03-26
0