Tolong Cintailah Aku

Tolong Cintailah Aku

BAB 1

"Dimana letak keadilan mu itu tuhaaaann?!!"

Nindi berteriak, ia menengadah lalu melangkah kan kakinya yg terasa lemas. Ia berjalan dengan gontai di atas rel kereta api. Nindi berjalan dengan tertunduk, di wajahnya nampak perasaan putus asa.

"Aaaaakkhhhhh..!!!"

Nindi kembali berteriak seraya menjambak rambutnya. Tangis nya semakin menjadi, ia semakin tersedu sedu. Nindi bersimpuh di atas rel kereta api meletakkan kedua tangan nya di wajahnya. Ia kembali terisak, Ia tak lagi memperdulikan sekitar, ia sudah lupa semuanya. Hanya ada permasalahan di dalam kepalanya.

Palang pintu rel perlahan tertutup, orang orang sekitar berteriak, memperingatkan Nindi untuk segera beranjak dari sana, tapi ia tetap dengan posisi yg sama. Telinga nya seolah tuli. Suara kereta mulai mendekat, dan semakin dekat.

ttuuttttth... ttuuttthhh... tttuuutthhhh....

Nindi tidak bergeming, sedangkan kereta itu semakin mendekat ke arahnya. Semua orang semakin heboh, berteriak teriak. Saat kereta itu nyaris menghantam tubuh nya, tangannya di tarik seseorang dengan cepat.

BBUUKKK!!

Keduanya terjatuh ke tanah yg bercampur kerikil.

Nindi membuka matanya saat ia sadar dirinya diselamatkan, ia kembali histeris.

"Aakkkhhhh!!!" Nindi memukul mukul dada Reza, laki laki yg menyelamatkan dirinya dari hantaman kereta api.

"Aku mau matiii aku mau matiiii..!!!"

Nindi berusaha melepaskan diri untuk melakukan apapun yg bisa melenyapkan nyawa nya. Tapi sepertinya Reza mengerti yg akan dilakukan wanita itu. Reza merengkuh tubuh Nindi berusaha menenangkan nya. Karena ia yakin saat ini Nindi sedang dalam fase rapuh.

Orang orang berhamburan menghampiri keduanya, ada yg membawa air minum untuk Nindi agar lebih tenang.

Reza semakin kuat memeluk Nindi karna merasakan adanya perlawanan dari wanita itu, ia takut Nindi akan kembali nekat.

Reza menepuk nepuk punggung Nindi, membelai kepalanya. Berusaha menenangkannya. Nindi tetap terisak namun sudah tidak ada perlawanan. Mungkin Nindi mulai lelah, Reza merasa tubuh Nindi semakin lemas, tangisan nya sudah tak terdengar, ia melepaskan pelukannya. Nindi terkulai lemah matanya tertutup, Reza menepuk nepuk pipinya namun tidak ada respon. Nindi pingsan!.

"Tolong panggilkan Ambulance!!" Teriak Reza.

"Tadi kami sudah menghubungi Ambulance dan sedang dalam perjalanan." Jawab salah seorang yg berkerumun.

"Sebaiknya di bawa ke tempat teduh dulu." Salah seorang dari warga menyarankan. Karena saat itu matahari sangat terik.

Reza memangku tubuh Nindi menuju teras salah satu warga dan membaringkan tubuhnya. Sang pemilik rumah memberikan minyak angin, Reza menerima minyak angin itu, lalu kembali menyerahkan pada yg memberi.

"Maaf bu, ibu saja yg mengoleskan nya." Ucap Reza sembari menyerahkan kembali minyak angin itu.

Ibu itu mengoleskan minyak angin di dahi, tengkuk, dan menggerak gerakkan di dekat hidung Nindi.

"Adek ini pacar nya?" warga bertanya dengan penasaran.

"Saya tidak kenal pak, saya spontan menolong ketika melihat nya di rel tadi" Jawab Reza.

"Ambulance nya sudah datang dek" Kata salah seorang ibu.

Kemudian tiga orang keluar dari dalam ambulance dan meletakkan Nindi di atas brankar. Kemudian segera memasukan nya kedalam Ambulance.

"Siapa yg mendampinginya?"

Tanya salah seorang yg tadi keluar dari dalam Ambulance.

Reza nampak bingung, ia celingukan. Apa ia yg harus mendampinginya? Setelah berpikir, ia memutuskan.

"Saya pak" Jawab Reza pada salah seorang petugas.

"Tapi saya bawa mobil, saya akan mengikuti dari belakang." Sambung Reza.

"Baiklah." Petugas itu segera masuk dan melajukan mobilnya.

Seperti perkataan Reza, ia mengikutinya dari belakang. Ia bingung harus bagaimana. Ia tidak melihat wanita itu membawa ponsel, atau apapun yg bisa ia gunakan untuk menghubungi keluarganya. Ia sangat bingung harus bagaimana. Ah, mungkin dia membawa ponsel di saku celana, pikirnya. Ia akan mencarinya setelah sampai di rumah sakit.

Ambulance telah sampai di rumah sakit, petugas segera membawa Nindi untuk mendapatkan penanganan. Reza menunggu di ruang tunggu. Lagi lagi ia lupa mencari ponsel wanita itu di saku celananya. Dengan bingung Reza menunggu, ia harus bagaimana?.

Dokter memeriksa keadaan Nindi dengan seksama, tidak ada masalah serius. Dokter menghampiri Reza yg duduk dengan wajah bingung.

"Anda keluarga pasien?" Tanya dokter.

"Ehm,,, sa-saya.. saya tidak kenal dok. Tadi saat saya melihatnya di rel kereta api saya spontan menariknya, sepertinya dia mau bunuh diri. Saya juga tidak tau dia siapa dok."

"Hhmm... pantas saja, keadaan fisik nya baik baik saja. Tapi saat ini dia sangat depresi. Banyak tekanan. Sebaiknya, anda menunggu nya tersadar untuk mengabari keluarganya.

"Baik dok. Terima kasih."

Dokter itu pergi meninggalkan Reza yg masih kebingungan. Ia memutuskan untuk mencari angin segar, ia keluar dari ruangan itu, membeli air minum dan meminumnya. Ia juga membeli minum untuk Nindi, mungkin saja saat ini Nindi sudah sadar. Setelah membayar, Reza kembali ke ruangan itu, ia mengintip lewat kaca jendela, ingin tau apakah wanita itu sudah sadar atau masih pingsan. Saat ia melihat lewat kaca jendela, matanya terbelalak. Nindi tidak ada! dia tidak ada di ranjangnya.

Reza mamastikan kalau ia tidak salah masuk ruangan, tapi ia yakin itu tempat yg sama. Reza memasuki ruangan itu, mencari cari keberadaan Nindi. Namun nihil. Nindi memang benar benar tidak ada. Ia mencari suster dan menanyakan keberadaan Nindi, barangkali mereka sudah memindahkan Nindi ke ruangan yg lain

"Sus, wanita yg tadi pingsan di pindahkan kemana?" Tanya Reza pada suster yg berjaga.

"Pasien masih di ruangan yg sama, belum di pindahkan"

"Tapi dia tidak ada sus"

"Bagaimana bisa?!" Suster nampak terkejut. Suster itu langsung menuju ruangan dimana Nindi disana sebelumnya. Suster itu pun terkejut Nindi tidak ada disana.

"Sepertinya pasien sudah sadar dan pergi dari ruangan ini. Bukan nya sedari tadi anda disini?"

"Saya tadi memang keluar sebentar membeli minum" Jelas Reza.

"Sepertinya memang benar, pasien sudah sadar dan pergi dari sini."

Reza membayar tagihan dan keluar dari rumah sakit itu. Ia memasuki mobil dan mengendarai mobilnya meninggalkan rumah sakit. Lagi pula ia tidak peduli, wanita itu bukan siapa siapa. Tapi bagaimana kalau wanita itu kembali nekat? Ah, dia tidak perlu memperdulikan hal itu. Tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Sepanjang perjalanan Reza tidak fokus menyetir, ia memikirkan wanita itu. Kenapa wanita itu bisa sampai senekat itu? Dan dokter juga bilang wanita itu sedang stress dan depresi karna tekanan. ada apa dengan wanita itu?.

...****...

Sesampainya di rumah, Reza langsung masuk ke dalam rumahnya dan melempar tubuh nya ke atas sofa. Kedua orang tuanya heran melihat anaknya.

"Kenapa kamu Za? Seperti kelelahan begitu?" Tanya Bu Dewi mamanya Reza.

huufftthh... Reza menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan ibu nya.

"Tadi ada yg mau bunuh diri ma."

"Haahhhh!!!" Bu Dewi tersentak.

Terpopuler

Comments

pinnacullata pinna

pinnacullata pinna

keknya seru kok, walo belepotan ya, namanya penulis amatir. tp ceritanya asik kok semangat ya,

2020-11-24

1

Mamie kembar

Mamie kembar

aku singgah kak, maaf biasakan setelah titik Huruf besar. bukan menggurui sekedar saran ja.

2020-11-23

1

miqaela_isqa

miqaela_isqa

Semangat kakak

2020-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!