Pristine Fantasy: Our Bond
“Namanya Megaville. Mereka kelompok penjahat beranggotakan 10 orang dan mereka ini asalnya dari Carnater. Menurutmu… Carnater itu nyata atau nggak?” tanya Chloe meminta pendapat pada pria Jepang yang duduk di sampingnya.
Pria Jepang itu melirik ke arah Chloe yang sibuk buku temuannya itu. “Menurutku sih, bisa aja nyata.” Komennya.
“Benarkan? Wah! Lagi-lagi kita sependapat!” wajah Chloe berubah ceria.
Sebuah buku dengan tampilan luar yang lusuh dengan judulnya yang nyaris tak terbaca. Meski dirugikan oleh penampilannya, siapa sangka buku itu berhasil menarik perhatian kedua mahasiswa yang memiliki obsesi kuat terhadap dunia fantasi. Chloe dan Aoi.
Buku misterius itu tidak sengaja Chloe temukan di bawah kolong meja membacanya, ketika dirinya saat itu tengah menyempatkan diri ke perpustakaan, demi menyelesaikan tugas-tugasnya.. Miris sekali! Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan buku tersebut.
Karena dia type gadis yang mudah sekali dilahap oleh rasa penasaran, buku itu dengan cepat membuat dirinya terpancing untuk menggali lebih dalam isi buku tersebut. Sampai dirinya lupa dengan tugas yang seharusnya ia selesaikan sebagai seorang mahasiswa.
“Aku salut sama penulisnya. Bisa menulis cerita sampai membuat pembaca larut.” Puji Chloe.
“Kayak di film yah! Kita ketemu buku yang sampulnya jelek banget. Begitu dibuka, kita auto dibuat terjun ke dunia fantasi.” Tambah Aoi.
“Dunia Carnater, Aura, perang Legend Aura melawan Megavile… Entah kenapa, aku merasa isi buku ini emang beneran nyata.” Chloe mengganti halaman bukunya.
“Aku juga. Harap-harap sih, emang asli nyata.” Aoi mendongakkan kepalanya ke langit sembari menikmati nyanyian para daun yang berterbangan.
Aoi senang, bersamaan dengan itu merasa bersyukur bisa melihat kembali sahabatnya tersenyum. Sejak kematian orang yang disayanginya, Chloe perlahan-lahan berubah. Dingin. Tidak ada keramahan sedikitpun di wajahnya. Namun, tatapan datar nan dingin itu lenyap akan kehadiran buku misterius itu.
“Aa! Aoi! Lihat ini! Aku suka banget part si Black Aura melawan Huke! Gila! Ini yang nulis bukan main nulisnya!” Ujar Chloe bersemangat. Jari telunjuknya menempel di permukaan kertas yang kusam.
“Black Aura ya? Kau suka dia?” goda Aoi.
“Eh? Nggak!” sangkal Chloe seperti anak-anak.
“Bercanda kok. Hmm, melihatmu yang bersemangat tadi, aku jadi penasaran sama isi bukunya. Seseru apa sih?”
Chloe tersenyum ceria sambil menggeser buku sejarah itu di hadapan Aoi. Chloe senang mengetahui ada seseorang yang tertarik membaca buku temuannya itu. Tidak masalah hanya satu orang saya yang penting, orang itu bisa merasakan betapa hebatnya fantasi di dunia Carnater. Satu hal lagi, mereka berdua bisa mengisi keseharian mereka dengan fantasi.
“Seru banget!” gadis itu mengacungi jempolnya. “Kalau nggak bercaya, Coba baca!”
Aoi terkekeh heran menanggapi semangat yang ditebarkan Chloe terhadap buku itu. Gadis itu memperlihatkan antuasiad
“Ada satu part lagi yang paling aku suka!”
Aoi menelengkan kepalanya heran sambil menunggu Chloe menemukan halaman yang dimaksudnya itu. Tak sampai satu jam sudah ketemu.
“Ini dia! Bagian si Legend Aura melawan Megavile! Pertarungannya terasa nyata kalau kau bacanya dengan penuh penghayatan!”
“Kau ini bisa aja! Kalau begitu, aku bacanya pas kamu udah siap aja ya!”
Chloe menggeleng cepat, menolak. “Nggak! Kau harus baca sekarang, Ao! Kalau kau nggak baca, nanti aku nggak punya teman.”
Aoi menghela nafas. “Pakai bahas teman segala. Fine. Aku baca sekarang.” Pria itu mengambil buku Chloe kemudian membaca isinya. Suasana mereka canggung seketika. Tapi, hal itu bukan masalah besar bagi Chloe.
Tidak ingin kesunyian mengambil alih suasana mereka, Chloe berpikir mencari topic demi mengisi kekosonga di antara mereka. Dengan tangan kanan di bawah dagu dan bola mata yang mengarah ke atas, gadis itu perlahan-lahan menemukan topic yang ingin dibicarkannya.
“Aoi. Kau tahu nggak?”
“Tahu apa?”
“Soal buku ini. Aku merasa buku yang kutemukan ini bukan buku biasa. Mungkinkah buku ini memang asalnya dari Carnater?”
“Bisa jadi sih… Habisnya, cerita di buku ini kelihatan kayak asli banget. Dilihat dari bentuk hurufnya, seperti ditulis manual. Hm, aku jadi berpikir kalau Carnater itu masih tergolong purba dan di sana belum ada yang namanya mesin ketik. Oh, benar juga! Chloe!” Seru Aoi, nyaris membuat Chloe tersedak ketika hendak meneguk segelas jus jeruknya.
“Kalau buku ini kita posting ke media social, kita bisa terkenal lho!” ujar Aoi dengan kedua matanya yang berbinar.
Chloe mengeryitkan keningnya. Tampak tak terima dengan pernyataan Aoi. “Kok gitu? Kenapa nggak disimpan aja? Capek tau berurusan dengan public. Selain itu juga, memposting sesuatu ke medsos itu belum tentu bisa membuat kita terkenal. Kau harus pikirkan juga pandangan orang terhadap kita, Ao.” Ceramhanya yang hanya ditanggapi dengan cengiran kuda dari Aoi.
Aoi terkekeh sambil menggaruk tengkuknya. “Benar juga sih… Oh, ya Chloe! Menurutmu, Carnater itu seperti apa sih? Kalau memungkinkan, aku ingin sekali ke sana. Aku ingin memotret apapun di sana sebagai kenangan.” Ungkap Aoi mebeberkan sedikit cita-citanya.
Chloe berpikir sejenak. Pergi ke Carnater ya? Memang terkesan mustahil, tapi… Bagi Chloe yang sangat menyukai hal-hal berbau fantasi, mimpi mustahil itu bisa saja terwujud jika ada ide gila tiba-tiba muncul di otak dan kalau Chloe mau merelakan sedikit ketidakwarasannya untuk menciptakan mesin aneh. Kalaupun berhasil, mesin itu akan Chloe gunakan untuk dirinya dan Aoi, setelah itu disimpan agar tidak disalah gunakan oleh orang yang salah. .
“Kalau yang kubaca dari buku, dunia itu sepi, sunyi, dan menyeramkan. Intinya beda jauh sama dunia kita. Contohnya, penduduk dan lingkungannya. Katanya, spesies seperti werewolf, demon, anthro, ataupun hybrid pernah tinggal di Carnater. Tapi tak lama kemudian, mereka punah sejak kehadiran Aura yang dengan gampangnya menguasai Carnater. Nggak nyangka ya, Aura bakal bawa perubahan yang besar. Bahkan sampai sesadis ini coba.” Jelas Chloe diakhiri dengan helaan nafas singkatnya.
“Coba bayangin, kita pergi ke Carnater tau-tau dibantai sama Aura. Seram nggak sih?” tanya Chloe mulai memancing emosi Aoi.
“Ya, seramlah!”
“Iya sih. Nggak tahu kenapa ya, aku tuh malah tertarik sama Aura-nya. Mereka ini spesies yang istimewa. Punya sejarah yang panjang dan rumit. Asal-usul mereka masih belum diketahui. Dan, yang lebih banyak dijelasin adalah Aura itu terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah Darkness Aura atau yang saat ini disebut sebagai Mega Vile. Yang kedua Legend Aura.
"Mereka musuhan. Tapi, setelah kubaca… Alasan kenapa Megavile melawan Legend Aura itu masuk akal. Makanya, aku lebih dukung Megavile ketimbang Legend Aura.”
Senyuman Chloe mekar seperti bunga. Gadis itu sungguh-sungguh membaca kisah Aura itu. Aoi jadi kagum melihat kegigihannya.
"Ao, buku ini menarik ya! Setiap kali kubaca, aku merasa Aura-aura ini ada.” Ungkap Chloe lirih. Di saat bersamaan, angin kencang berhembus, membuat beberapa helai rambut Chloe menari sambil berkolaborasi dengan dedaunan kering yang berterbangan di udara.
“Aku setuju. Kalau sampai bertemu dengan mereka, kira-kira, bisa tidak kita jadi teman mereka?”
“Pasti bisa!” ucap Chloe yakin. “Ngomong-ngomong, gimana kabar Jacqueline yah? Aku jadi kangen sama dia.”
Aoi yang kepalanya tergeletak di atas meja langsung terangkat. “Jacqueline ya? Udah lama nggak ketemu dia. Jadi kangen.” Respon Aoi diakhiri dengan senyum tipisnya.
“Kuharap dia baik-baik saja di sana." Ujar Chloe menundukkan kepalanya, menahan sedih dan beratnya rasa rindu itu.
“Wah, wah... Buku apaan tuh?”
Chloe dan Aoi tersentak bersamaan, lalu menoleh ke sumber suara. Rupanya, Julie dan kedua sahabatnya yang gemar sekali mengganggu Chloe. Tanpa disadari, muncul begitu saja.
Sebagai seorang pengganggu, Julie memperlihatkan senyum merendahkannya pada Chloe. Sementara Chloe, dia hanya memasang muka datarnya.
"Abis teriakin apa?” Julie bertanya sambil berjalan mendekat. “Itu buku apa sampah?”
Chloe masih diam. Sedangkan Aoi yang ingin sekali membentak Julie, ditahan oleh genggaman tangan Chloe. Gadis itu memilih diam selagi kesabarannya masih ada.
“Kacang. Nggak papa sih. Wibu itu rata-rata kek gitu orangnya. Diam, sok-sokan duduk di ujung, ansos. Suram banget deh pokoknya.”
Chloe masih diam di tampat. Sambil menunggu ejekan apalagi yang akan dilontarkan Julie padanya.
“Suram-suram gitu, seenggaknya pernah juara. Juara satu mencintai yang nggak nyata tingkat nasional. Benar nggak?”.
“Hahaha! Benar banget!”
Ketiga gadis itu tertawa. Bersamaan dengan itu, Aoi yang sudah terbakar emosi meminta Chloe untuk pindah. Chloe tidak merespon tapi menuruti permintaan Aoi. Ketika bangkit dari kursinya, Julie langsung menahan Chloe dengan menarik lengan kanannya.
“Mau kemana?”
Chloe masih tidak merespon, sampai akhirnya, memancing kesabaran Julie yang tidak tahan diabaikan terus-menerus.
“Kau bisu ya?!” bentaknya. “Punya mulut apa nggak sih?! Itu pita suara masih fungsi apa nggak?!”
“KALIAN INI APA-APAAN SIH?! Memangnya Chloe salah apa sama kalian?!” bentak Aoi padahal aslinya ketakutan banget.
“Heh sipit! Nggak usah ikut campur kalau nggak mau mati!” balas Julie tak kalah galak.
“Mati katamu?” Akhirnya Chloe buka mulut. Kesabarannya hangus terbakar emosi.
Chloe menghampiri Julie dan menarik kerah bajunya. “Kalau kau mau bunuh dia PLUS ngejek kesukaanku…”
“Wait? Kau membela kesukaanmu yang jelas-jelas nggak nyata itu? Cih! Anak kecil banget sih!” dan tanpa berdosa, Julie memotong omongan Chloe.
"Nggak nyata?! Mereka itu nyata asal kalian tahu itu!” gertak Chloe spontan, menutup mulutnya. Merasa bodoh akan perkataannya barusan.
Dalam sekejap mata, suasana di sekitar mereka berubah menjadi sehening hutan. Aoi mematung di tempat, tak percaya dengan apa yang barusan dikatakan sahabatnya itu.
"Nyata? Pfft! Oke! Kalau begitu, mana buktinya?" tantang Julie.
Di saat Chloe kehilangan seribu alasan untuk menjawab, Aoi akhirnya turun tangan membela sahabatnya “Aku tahu itu aneh! Tapi, Kalau gak percaya, lebih baik pergi aja jauh-jauh. Setiap orang memiliki pendapat mereka masing-masing!” Aoi menggenggam erat tangan Chloe, hendak membawa gadis itu ke tempat lain.
Akan tetapi, usahanya terhenti ketika seorang dosen berkacamata bulat secara tidak sengaja melintas di belakang mereka.
"Wah... Ada ribut-ribut apa ini?"tanyanya penasaran.
Semuanya terdiam canggung. Berbeda dengan Chloe yang berusaha bersikap tenang, Julie langsung diserangan rasa panik. Tanpa pikir panjang, izin pergi dengan alasan ada tugas.
“Tugas ya? Silahkan kalau emang benar ada tugas.” Balas dosen itu tersenyum manis setelah itu gentian melirik kea rah Chloe dan Aoi yang masih berdiri canggung di depannya. “Kalian?"
Mereka berdua tersentak, “Baca buku, miss.”
“Buku apa?”
"Kami nggak tahu judul bukunya apa. Judulnya pudar soalnya.” Jawab Chloe tanpa memandang wajah dosen tersebut.
"Boleh kulihat?"pintanya.
Chloe dan Aoi saling bertatapan ragu. Dalam hati, mereka berkomat-kamit memohon agar buku tersebut tidak disita. Selesai berdoa, mereka akhirnya meminjamkan buku itu pada dosen berkacamata bulat itu.
"Fantasi ya... Kalian suka fantasi?"
"Suka.”
"Kalian beli?”
"Ketemu di bawah kolong meja, miss.”
"Eh?” Dosen itu mendengus geli sebelum akhirnya melanjutkan omongannya yang sempat tertunda. “Jujur aja, miss suka hal-hal yang berbau fantasi. Fantasi itu… Meskipun nggak nyata tapi sanggup membawa kita ke dunia yang tak pernah kita lihat di dunia nyata.” Ungkapnya. Dibalik kacamatanya, bola mata sebiru malam itu bergerak-gerak seakan sedang membayangkan sesuatu.
"Buku ini, mengingatkanku pada adikku. Dia gadis yang pendiam dan anehnya, dia nggak punya keinginan untuk berbaur dengan semua orang. Kecuali diriku.” Lanjutnya.
“Eh? Kalau boleh tahu, berapa usia adik anda, Miss?” sambar Aoi terlihat antusias. Chloe sampai kaget dibuatnya.
"Seumuran dengan kalian. Sayangnya, dia sudah lama meninggal. Sejak kepergiannya, miss jadi mengharapkan yang namanya reinkarnasi. Miss percaya kalau reinkarnasi itu ada di dunia ini. Siapa tahu kan kalau jiwa adik miss ada di suatu tempat." Dosen itu menertawakan dirinya. Tawanya terdengar seperti orang yang menahan sedihnya
"Kalian percaya yang namanya reinkarnasi dan dunia paralel?"
Mendengar pertanyaan itu, tentu saja membuat Chloe otomatis menganggukkan kepalanya mantap. Sebagai seorang gadis yang sungguh berat obsesinya terhadap dunia fantasi.
"Yep! Percaya! Reinkarnasi dan dunia paralel itu memang ada. Hanya saja, keberadaannya belum bisa diungkapkan dengan jelas. Tapi, saya seratus persen yakin bahwa mereka itu ada!" Chloe menjawab pertanyaan dosennya tanpa hambatan. Intonasinya stabil serta artikulasinya jelas.
"Astaga, Chloe...! Kau gak malu ya?" Aoi menyenggol lengan Chloe dengan siku kanannya.
"Santai saja… Jangan terlalu dibawa kaku. Anggap aja kita seumuran." Ujar dosen itu mengejutkan kedua remaja di hadapannya.
"Kayaknya, kalian ini seru kalau diajak berbicara. Sayangnya, aku ada pekerjaan lain setelah ini. Lain kali kalau ada waktu, kita ketemuan ya!”
“Siap miss!”
“Oh, ya! Kamu yang rambut pirang!" tunjuk dosen itu, menghampiri Chloe.
“Ya, miss?”
"Kalau kau menemukan kejadian-kejadian aneh di luar nalar manusia, itulah yang disebut fantasi. Aku yakin sekali kalau mereka yang ada di buku ini memang nyata." Bisiknya. Buku itu dikembalikannya lagi pada Chloe.
Chloe menelengkan kepalanya. "Maksud miss?"
"Yah, lihat aja nanti. Suatu saat, kau pasti menemukannya. Aku yakin, kalian bakalan bisa berteman dengan Aura-aura seperti mereka.”
~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Queen Story
Aku kadang percaya kalau fiksi fantasi itu nyata, hanya saja tidak terlihat di mata manusia.Kaum fiksi fantasi itu,misalnya peri,naga,atau semacamnya, mereka tidak menampakkan diri mereka karena takut dengan manusia.Haah...diantara kita pasti ingin melihat wujud mereka secara langsung.Kenapa aku percaya mereka ada? Karena kalau mereka tidak ada, bagaimana manusia yang tidak tahu apa-apa bisa menuliskannya? Bahkan manusia tahu bentuk peri yang bersayap dan naga bertubuh panjang yang bersisik seperti ikan.Darimana mereka tahu semua itu kalau mahkluknya saja tidak ada?
2020-12-24
6