Merajut Asa Bersamamu
Jam menunjukkan pukul 10 malam,ketika aku sampai dirumah. Ku lihat lampu ruang tenngah masih menyala terang,tak biasanya pikirku. Ya memang biasanya jam 9 malam dirumahku semua lampu utama sudah mati dan diganti dengan lampu yang lebih redup. Pelan kubuka jendela kamarku yang biasa sebagai pintu daruratku,jika aku pulang larut malam.
Tapi baru ku masukkan satu kakiku dan ku longok kamarku,tampak kedua adikku menangis sambil berpelukan dikamarku.
"Hei ada apa dengan kalian...mengapa kalian ada didalam kamarku?" tanyaku pada mereka
Tapi mereka tak menjawab,hanya isakan tangis mereka yang seolah enggan berhenti. Hanny adik bungsuku berlari kearahku dan menghambur dalam pelukanku sambil terus terisak.
Sementara adikku yang satunya mencoba mengatur nafasnya dan mengambil duduk disampingku.
"Mbak Raya dari mana?" tanyanya dengan nafas tersengal karna kelamaan nangis.
"Latihan band...gladi resik" jawabku.
"Memangnya ada apa?" tanyaku gusar.
"Bapak...sama ibu...hiks hiks hiks..." ujar Hanny sambil terus menangis.
"Bapak sama ibu kenapa?" tanyaku lagi.
"Makanya Mbak Raya tu jangan pergi mlulu...jadi ngerti di rumah tu sedang ada apa..."ucap Ermy menyalahkan...
"Oke...mbak salah,sekarang coba jelaskan pada Mbak Raya,kenapa kalian bisa dikamar mbak dan menangis berjamaah kaya gini..."
Belum sempat adikku menjawab terdengar suara "krompyang-krompyang" yang disusul dengan suara "bruk" seperti suara benda pecah belah dan orang yang jatuh. Tanpa komando,kami pun berhamburan keluar kamar. Terlihat bapak tengah mengangkat ibu yang jatuh pingsan. Ruang tengah kami sudah terlihat seperti kapal pecah,rupanya ketika ibu hampir jatuh,tangan ibu memegang ujung taplak meja makan sehingga ketika ibu benar-benar jatuh pingsan taplaknya tertarik dan barang-barang yang ada diatas meja makan ikut jatuh berantakan.
Ibu memang punya penyakit tekanan darah rendah atau anemia,jadi jika ibu dalam kondisi drop,ibu memang sering pingsan. Tapi pingsan ibu kali ini aku yakin bukan karna tekanan darah nya yang rendah,tapi karna terjadi pertengkaran antara bapak dan ibu yang entah disebabkan apa,aku masih kurang tau.
Bapak membaringkan ibu ke tempat tidur dan mulai memberikan minyak angin supaya ibu cepat sadar. Kedua adikku menunggui ibu sambil masih terisak-isak karna menangis,sementara aku memilih membersihkan dan merapikan ruang tengah. Bapak keluar kamar dan mengambil segelas air putih hangat.
"Ibu sudah sadar pak?" tanyaku hati-hati.
"Sudah...sana antar air ini ke kamar buat ibumu" titahnya.
"Bapak sendiri mau kemana?"
"Nggak kemana-mana,pikiran bapak sedang kalut. Setelah kau berikan gelas itu,temui bapak diruang tamu,ada hal yang ingin bapak bicarakan denganmu"
"Iya pak..." jawabku singkat dan patuh.
Aku melangkah menuju kamar bapak dan ibu,kulihat ibu masih memejamkan matanya sedangkan Hanny adikku bungsuku tengah memijit-mijit tangan ibu,sementara adikku Ermy memijit kaki ibu. Agak lama aku berdiri di pintu kamar,melihat pemandangan yang kadang membuatku iri karna aku tak pernah menjadi bagian dari pemandangan itu.
Sedikit cerita tentang aku...
Aku adalah anak sulung dari 3 bersaudara yang ketiga-tiganya anak perempuan. Begitu aku lahir,aku telah dititipkan kepada nenek angkat dari ibu hingga aku berusia 5 tahun. Ketika lepas masa balita,aku pun terpaksa dipulangkan kepada orangtuaku karna nenekku meninggal. Raya kecil yang selalu berlimpah ruah kebahagiaan dan kasih sayang,harus terpisah dengan orang yang sangat aku sayangi yaitu nenekku tercinta.
Berada di rumah orangtuaku sendiri teryata membuatku sedikit depresi,karna aku belum bisa menerima kenyataan bahwa aku adalah seorang kakak dari seorang adik bernama Ermy kala itu.
Aku yang terbiasa mempunyai segalanya sendiri,harus rela berbagi dengannya.
Aku tumbuh menjadi pribadi yang nakal dan bandel,setidaknya dua kata itu yang sering dikatakan oleh guru disekolahku,saudaraku,tetanggaku dan kedua orangtuaku. Sebenarnya semua itu hanyalah wujud protesku saja karna aku merasa bapak dan ibuku lebih perhatian dan lebih sayang pada adikku,sementara aku selalu dikesampingkan. Terlebih lagi ketika selang beberapa tahun aku kembali mempunyai adik baru,dia adalah Hanny. Aku semakin merasa tersisih berada di rumah waktu itu,sampai kakek orang tua kandung ibuku mengambilku dan mengasuhku. Bersama kakek nenek,pakdhe budhe,bulik dan kakak-kakak yang menyayangiku,aku seperti hidup kembali. Hari-hariku bahagia walau dengan hidup yang jauh dari kata mewah.
Tapi karna satu hal,tak lama aku bersama mereka aku dijemput lagi oleh bapak atas perintah orangtua bapak,mereka juga kakek nenekku.
Inilah awal dari kisah ketidakberdayaanku menjalani takdirku.
"Mbak,mau ngapain berdiri disitu" tanya Ermy yang jarang bersahabat denganku,membuyarkan lamunanku.
"Mau ngasih ini buat ibu...bapak yang nyuruh" kataku sekenanya.
Hanny adik bungsuku berdiri dan mengambil gelas ditanganku.
"Trimakasih ya mbak...mbak nggak mau masuk?" tanyanya padaku.
"Kalian saja yang menunggui ibu,aku ditunggu bapak di ruang tamu" kataku menghindar dan segera berlalu.
Kalau ibu sampai melihatku,aku yakin akan ada kata-kata yang menyakitkan yang terpaksa kudengar dari nya.
Aku menghampiri bapak yang tengah menikmati sebatang rokok yang entah yang keberapa,karna aku melihat asbak yang tadinya kosong,sudah hampir penuh. Aku meletakkan mug yang berisi teh manis panas yang menjadi kesukaan bapak.
"Duduklah disini,ada yang ingin bapak sampaikan padamu" bapak menepuk tempat kosong disampingnya. Aku hanya bisa mengangguk patuh dan segera duduk di tempat yang dititahkan bapak padaku.
"Kamu dari mana?"
"Latihan band pak,band nya panti besok pagi jam 10an dapet job di Universitas Ahmad Dahlan. Karna acaranya pagi dan pihak panitia minta dihadirkan vokalis cewek,maka Pak Hadi memintaku ikut manggung disana besok pagi...Bapak tidak keberatan kan?" tanyaku penuh harap.
Bapak hanya mengangguk tapi bapak diam,tak berkomentar apa-apa. Lalu bapak pun menarik nafas panjang dan...
"Kalau seumpama nanti kita pindah rumah jauh dari sini,apa kau tidak apa-apa jika nanti kau tidak bisa ikut ngeband dengan teman-temanmu lagi?"
Deg...hatiku jadi merasa tidak enak,aku merasa ada sesuatu yang tak beres dengan keluargaku.
Awalnya dulu bapak memang tidak pernah mengijinkan aku ikut ngeband dengan teman-temanku,dengan alasan kalo dapet job selalu malam dan semua anggotanya laki-laki,malu sama tetangga kalo perempuan pulang larut malam dan dianter cowok gonta ganti.
Tapi ketika Pak Hadi sendiri yang meminta pada bapak supaya mengijinkan aku untuk gabung dengan band panti asuhan miliknya,akhirnya bapak mengijinkan,dengan catatan boleh ikut job yang jamnya pagi,siang atau sore hari saja.
"Bapak kok bilang gitu...memang kita mau pindah pak?"
"InsyaAlloh..."
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-02-01
1