Aku menggeliat malas ketika adzan subuh dari musholla dekat rumahku berkumandang,tapi seketika mataku melotot melihat tulisan besar pada kertas hvs yang kutempelkan di kalender kamarku yang ku tulis sendiri tadi malam.
Tulisan lebay "PENTAS TERAKHIR...SELAMAT TINGGAL DUNIA PANGGUNG,AKU AKAN SELALU MERINDUKANMU'...hihihi...geli sendiri aku membacanya.
Tapi bayangkan saja...3 tahun aku bersama mereka,seru-seruan dari panggung ke panggung. Bertemu dengan banyak orang,bagiku itu merupakan satu hiburan yang sangat menyenangkan. Mereka selalu menungguku,bahkan ada beberapa orang yang mungkin merupakan penggemarku...hihihi,menyebut-nyebut namaku...membuat aku merasa seperti artis sungguhan...hehehe.
Bersama teman-temanku...Mas Yusuf,Mas Bambang,Mas Denis,Mas Rudi,Mas Iskak dan Mas Aan,aku melalui hari-hari menghibur orang lain sekaligus menghibur diriku sendiri.
Sebelum bapak mergokin aku pulang jam 2 pagi dan masuk kamar lewat jendela,aku sering dapet jop malam bersama mereka,tapi setelah ketahuan aku langsung disuruh berhenti total. Baru ketika Pak Hadi pemilik band panti asuhan datang menemui bapak untuk meminta tolong padaku bergabung dengan band panti,bapak pun akhirnya memberi ijin dengan catatan tidak ada pentas malam,bolehnya hanya pagi,siang atau sore hari.
Bapak memang laki-laki paling pengertian,bapak mengijinkanku karna bapak tau aku tak nyaman berada dirumahku. Aku memang selalu tidak akur dengan ibuku sendiri dan adikku yang bernama Ermy.
Suara iqomah musholla menyadarkanku untuk segera menjalankan ibadah sholat subuh. Aku segera ke kamar mandi sekedar cuci muka dan gosok gigi kilat,setelah wudhu aku segera berlari menuju musholla yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahku.
Selesai berjamaah di musholla,aku segera melaksanakan tugasku...membersihkan rumah,halaman dan menyiram bunga. Sedang asiknya menyiram bunga,aku dikejutkan oleh suara seseorang yang kukenal.
"Rajin sekali calon istriku ini...Assalamu'alaikum..." ucapnya...
"Eh...Wa'alaikumsalam...kok udah di sini,kapan mas datang?"
"Segitu kagetnya...ni baru aja sampe,langsung kesini...nggak liat mukaku masih lusuh..." ucapnya merajuk.
Aku tersenyum meletakkan gayung yang kupakai menyiram bunga. Laku ku terima kantong plastik titipan umi yang diberikan Mas Bahar kepadaku.
"Mas udah sholat subuh?" tanyaku
"Sudah,tadi sempet berhenti dimasjid pinggir jalan takutnya nggak keburu kalau langsung ke sini " jawabnya.
"Aku buatkan minum dulu,mau duduk di teras apa mau di ruang tamu?" tanyaku.
"Di teras aja...biar agak seger..."
Sekedar info...
Mas Bahar adalah tunanganku,sejak kelas 1 SMA aku sudah diikat oleh orangtuanya untuk dijadikan calon mantunya. Umi dan Abah,begitu aku memanggilnya adalah pengusaha batik sukses di Pekalongan sana. Mereka mengaku jatuh hati padaku sejak pertama kali Mas Bahar memperkenalkan aku pada mereka.
Mas Bahar baik,penyayang,pengertian,perhatian dan sangat dewasa. Jarak usia kami memang lumayan jauh...6 tahun. 3 tahun menjalani hubungan ini,semua terasa baik-baik saja. Di rumah ini Mas Bahar sudah seperti anak bapak dan ibu sendiri.
Tapi akhir-akhir ini,entah kenapa ada rasa di hatiku yang mengatakan bahwa dia bukan jodohku. Entah bisikan dari mana,tapi hatiku kuat mengatakan hal itu. Semakin ku tepis pikiran itu,semakin kuat hatiku meyakininya.
"Pak...bu...ada Mas Bahar di depan,barusan nyampe langsung kesini..." kataku mengabari orangtuaku.
Tanpa menunggu ba bi bu...ibu pun langsung ke depan menemui calon mantu kesayangannya. Sementara bapak masih sibuk memberi makan ayam-ayam peliharaannya.
"Mbaaak...Ini apa mbak...?" tanya Ermy.
"Oleh-oleh titipan dari umi..." jawabku.
"Boleh dibuka?" tanya Hanny
"Boleh...tapi salim dulu sana sama Mas Bahar dan bilang terimakasih" titahku.
"Oke boss..." ucap Hanny dan segera berlalu.
"Er...tolong bawakan minum ini ke Mas Bahar di depan...mbak mau mandi dulu"
Ermy mengangguk dan segera membawa nampan yang berisi kopi cappucino dan kue lapis Surabaya ke depan.
"Pak..."
"Apa?" bapak menoleh ke arahku.
"Raya harus ngumpul di panti jam 8 pak...gimana cara ngomongnya sama Mas Bahar ? Kalo Raya bilang mau pergi,pasti dia pengen nganter dan kalo dia tau aku mau manggung sama temen-temen...sudah pasti dia nggak ngijinin?"
"Emang selama 3 tahun kamu ngeband,dia ngga pernah tau?"
Aku menggelengkan kepala...
"Kamu nggak pernah cerita?" tanya bapak lagi seolah nggak percaya.
"Enggak..." jawabku singkat
"Astaghfirulloh...bisa-bisanya kamu nggak cerita,jadi selama ini Bahar nggak pernah tau kalo kamu berteman dengan anak-anak band itu?"
Aku mengangguk. Bapak menarik nafas pelan.
"Raya...kamu sudah janji kan ini pentas terakhirmu? Kalo gitu bilang saja ke Bahar bahwa kamu dimintai tolong Pak Hadi pengurus panti untuk menyanyi di Universitas Ahmad Dahlan sebagai penggalangan dana buat anak-anak panti."
"Kalau Mas Bahar pingin nganter?"
"Biarkan saja..."
"Kalau dia tanya kok bisa kenal sama Pak Hadi?"
"Bilang saja kenalnya waktu dulu ikut pentas 17 Agustus...memang begitu kan awal kenalnya..."
"Iya..."
"Ya sudah...cepat mandi dan sampaikan padanya begitu. Bapak mau cuci tangan dan ke depan menemui Bahar..."
"Terimakasih ya pak..." kucium pipi bapakku saking bahagianya lalu aku pun beranjak menuju kamarku untuk membersihkan diri dan bersiap-siap untuk pergi.
Sekitar 30 menit ritual ku sudah beres...Bermake up tipis,aku mengenakan kemeja lengan panjang garis-garis warna biru muda,celana jeans biru,kerudung motif warna biru dan rompi jeans warna biru juga. Pokoknya hari ini aku ingin tampil dengan warna serba biru,sebiru hatiku yang akan berpisah denganmu...eh dengan mereka ding...hehehe...Lebay yah...
Aku keluar kamar dan menghampiri Mas Bahar yang sedang ngobrol sama bapak dengan perasaan deg-degan. Sementara ibu dan adik-adikku sedang menonton acara tv di ruang keluarga. Melihat aku berdiri di pintu,bapak pun segera pamit masuk. Sementara mata Mas Bahar tak lepas menatapku yang sudah rapi jali.
"Mau kemana pagi-pagi sudah dandan rapi" ucapnya curiga.
Deg...jantungku terasa berhenti mendengar pertanyaan dan tatapan matanya yang tajam ke arahku. Aku masih belum menjawab...terus terang aku bingung mau mulai dari mana.
"Kok diem...pasti ada yang nggak beres...duduk dan katakan padaku" titahnya.
Aku duduk di depan Mas Bahar sambil menata kata dalam hati untuk berkata jujur padanya.
"Sekarang bilang,kamu mau pergi kemana dan janjian sama siapa" tanyanya dengan nada lebih lembut.
"Raya mau ke Universitas Ahmad Dahlan...sama temen-temen dari panti asuhan"
"Acara apa?"
"Penggalangan dana untuk anak-anak panti"
"Emmm...terus kamu sebagai apa bersama mereka?"
"Raya mau pentas menyanyi bersama band nya panti..."
"Apa...? Kenapa kamu bisa ikut terlibat dalam pentas itu...jangan-jangan selama ini,ada yang kamu sembunyikan dariku..."
Aku terdiam tak berani berkata-kata,aku lirik jam ditanganku sudah menujukkan angka 7.15.
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Suadah Al Asy'ari
lanjut panjang kak
2020-10-28
1