Kami sudah berada aula tempat diselenggarakannya acara. Selain kami teryata juga ada band dari anak-anak kampus yang ikut tampil diacara tersebut. Mas Bahar mengikutiku di belakang panggung.
"Mas duduk di depan panggung saja...kan ada kursi untuk para tamu"
"Aku kan nganter kamu,bukan tamu" ucapnya.
"Tapi kalo disini,mas nanti nggak bisa liat Raya naik panggung dong."
"Aku njagain kamu,bukan mau liat penampilan panggungmu."
Hadeeh...sepertinya lagi bad mood ni...Oke...sebaiknya aku saja yang mengalah.
"Oke kalo gitu kita tunggu di sana saja" aku menunjuk kursi tunggu yang disediakan panitia buat yang mau tampil dan menunggu giliran.
"Bisa jelasin hubunganmu dengan Yusuf apa?" bisik Mas Bahar ditelingaku tapi matanya sedang saling tatap dengan Mas Yusuf.
"Apaan sih...Raya nggak ada hubungan apa-apa sama dia...Jangan cari ribut disini deh...Raya kan sudah janji akan ceritakan semuanya setelah urusan pentas ini selesai. Sabar dikit ngapa sih..." ucapku sedikit kesal.
"Aku nggak pernah pingin cari masalah ya,tapi orang yang bernama Yusuf itu dari tadi waktu kita masih di panti,sampe sekarang ngliatin kamu terus"
"Biarin aja...dia kan punya mata..."
"Tapi aku nggak suka..."
"Mas Denis,Mas Iskhak,Mas Bambang dan yang lain juga pada ngliatin Raya,mas nggak marah...Kenapa giliran Mas Yusuf mas marah?"
"Jangan ngebelain dia...apa kamu ingin aku ajak pulang sekarang...?"
"Astaghfirullah..."
"Berapa kali kamu tampil?"
"Dua atau tiga kali...memang kenapa?"
"Selesai tampil langsung pulang,nggak usah nunggu acara selesai. Honornya nggak usah diambil...kasihin anak panti ajah"
"Hmmm..." jawabku mulai kesal
Dulu...waktu awal-awal kami berpacaran,ada rasa bahagia tersendiri jika Mas Bahar menunjukkan rasa cemburunya. Walaupun kadang memang berlebihan tapi aku menanggapinya dengan santai. Tapi entah apa yang terjadi pada diriku,semenjak aku berkeyakinan bahwa dia bukan jodohku,rasa bahagia itu berubah menjadi rasa jengkel.
Dia selalu memperkenalkan setiap teman kuliahnya yang cewek,dengan alasan takut aku salah paham jika ada acara diskusi atau mengerjakan tugas bersama. Namun dia tidak pernah memperkenalkan aku dengan teman kuliahnya yang cowok,katanya takut ada temennya yang naksir aku...hadeehhh bikin malu aja. Emang secantik apa aku menurutnya??? Entahlah...
Acara demi acara tlah selesai,aku pun sudah menyelesaikan tugasku dengan baik.
"Tunggu sini,aku mau ke toilet sebentar,jangan ngobrol sama Yusuf ya...?"
"Hmmm..."
Sepeninggal Mas Bahar pamit ke toilet,tiba-tiba ada seorang mahasiswa datang membawa seikat bunga mawar merah yang cantik sekali...
Iyalah ku bilang cantik,karna bunga mawar merah adalah bunga kesayanganku.
"Mas,saya mau ketemu Raya dong..." katanya kepada Mas Yusuf yang kebetulan ada di deket pintu ruangan kami.
"Mau apa?" tanyanya acuh
"Mau kenalan sama ngasih bunga kesukaannya. Boleh kan?"
"Tau dari mana bunga itu bunga kesukaannya."
"Ya tau aja...kok banyak nanya sih mas...Rayanya mana...ribet amat "
Aku lalu nyamperin mahasiswa itu karna kasian dari tadi dipermainkan Mas Yusuf.
"Maaf ada apa ya..."
"Eh Raya...boleh kenalan kan? Aku Deni...aku penggemarmu lho...ni bunga buat kamu..." kata mahasiswa itu.
"Wah bagusnya bunga ini...terimakasih ya...Senang bisa kenal sama kamu..." ucapku
"Huuh...dasar ganjen..." gumam Mas Yusuf sambil pergi berlalu.
Tanpa disangka,sepaninggal Mas Yusuf,tiba-tiba Deni menarik tanganku dan ingin menciumku...untung aku punya bekal ilmu bela diri,setelah kulempar buket bunga mawar tadi lalu dengan sedikit gerakan ku plintir tangan Deni yang memegang tanganku sampai dia meringis kesakitan hingga dia membalikkan badannya mengikuti tangannya yang ku pelintir dan dengan satu gerakan kaki ku tendang belakang lututnya hingga dia terjatuh di lantai.
"Aaauuuwwww..." jeritnya.
"Maaf Den,tolong hargai saya...jangan kurang ajar dengan perempuan ya..." teriakku membuat semua orang yang diruangan itu melihat kearahku semua.
"Brengsek lu...Sekurity" teriak Mas Yusuf sambil menendang perut Deni dan menarik tangan Deni supaya berdiri.
Tak lama berselang sekurity pun datang.
"Bawa mahasiswa brengsek ini,dia hampir saja melecehkan teman saya..." ucap Mas Yusuf
"Siap mas...maaf atas ketidaknyamanan ini..."
"Raya...maaf" ucap Deni sambil menahan sakit.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Masih bisa kamu senyum sama si brengsek ini? Heran aku..."
Mas Yusuf geleng-geleng kepala melihat sikapku pada Deni.
"Makanya jangan sok baik dan sok kecentilan sama cowok...bikin baper orang aja..." lanjutnya sambil pergi meninggalkanku.
Aku bengong mendengar ucapan Mas Yusuf padaku. Siapa yang sok baik coba...apalagi sok kecentilan...Seingatku,aku bersikap biasa-biasa saja pada semua orang. Nggak ada yang ku buat-buat.
Tak lama Mas Bahar masuk dengan sedikit tergesa-gesa.
"Raya...sayang...apa yang terjadi...kamu nggak papa kan?" tanyanya dengan cemas.
"Alhamdulillah...mas liat sendiri kan? Raya nggak papa" jawabku.
"Huh lebay..." gumam Mas Yusuf yang terdengar olehku dan untungnya tak terdengar oleh Mas Bahar...hadeeehhh
"Kita pulang sekarang ya..." ucap Mas Bahar,dia mengambil tasku dan menggandengku keluar ruangan.
"Lho Raya mau kemana?" sapa Mas Denis
"Raya pulang duluan ya mas...Bapak mana? Raya mau pamit..."
"Bapak di depan tapi biasanya kamu kan nunggu sampai selesai..."
"Raya ada keperluan mendadak mas..." jawabku berbohong. Aku tak ingin Mas Bahar terlihat jelek dimata mereka.
"Oke...yang penting pamit bapak dulu..." ucap Mas Denis.
"Sipp...duluan ya mas..."
Mas Denis mengacungkan jempolnya padaku. Aku segera mencari keberadaan Pak Hadi.
"Mas duluan aja,aku pamit Pak Hadi dulu."
Untung Mas Bahar mengangguk dan segera berlalu,tanpa ada protes seperti biasanya. Mungkin efek badan capek,mengingat dia baru saja tiba dari Pekalongan.
"Permisi pak..." bisikku kepada Pak Hadi.
Pak Hadi segera menghampiri aku...
"Ada apa Raya...?" tanya beliau.
"Saya mau pamit pulang duluan pak...Mas Bahar sudah capek,maklum baru sampai Jogja dah langsung nganter dan nungguin saya..." kataku dengan sesopan mungkin.
"Tapi bapak belum bisa kasih honornya Ra..."
"Tidak perlu pak..."
"Maksudnya?"
"Tolong honor saya buat anak-anak panti saja pak,tolong ditambahkan disini..." ucapku sambil memberikan amplop berisi sebagian dari uang tabunganku.
"Ini apa Raya?" tanya Pak Hadi.
"Ini sebagian dari uang tabungan saya pak,semoga manfaat. Itung-itung sebagai hadiah perpisahan buat mereka..." kataku.
"Saya buka boleh Raya..."
"Boleh pak...silahkan,tapi maaf saya ngga bisa ngasih banyak"
"Alhamdulillah...ini banyak sekali Raya...bapak mengucapkan banyak terimakasih ya..."
"Sama-sama pak,uang itu tak sebanding dengan kebahagiaan yang saya dapat selama ini..."
"Kamu anak baik Raya...do'a kami yang terbaik untukmu slalu."
"Terimakasih atas do'anya pak,semoga lain waktu saya bisa silaturahmi ke panti lagi..."
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments