Aku masih mengumpulkan keberanian untuk mengakui semuanya,tapi jika ku ungkapkan sekarang pasti akan memakan waktu lama. Sementara jam terus berjalan dan aku pasti dah pada ditunggu di sana. Aku menarik nafas pelan,mencoba memberanikan diri bicara.
"Mas...Raya ngaku salah karna selama ini tak jujur sama mas,tapi untuk bicara saat ini Raya nggak ada waktu. Raya sudah terlanjur janji pada Pak Hadi untuk membantunya dan pukul 8,kami sudah harus kumpul di panti" ucapku hati-hati.
"Raya janji,setelah selesai acara hari ini,Raya akan ceritakan semuanya ya...tapi mas jangan marah..." lanjutku dengan sedikit rayuan manja yang menurutku sangat menjijikkan.
Mas Bahar masih diam,matanya tajam menatapku.
"Aku antar kamu ke panti,tunggu aku mandi dulu" katanya.
Aduh...bathinku,tiba-tiba saja perasaanku jadi nggak enak. Tapi aku mencoba menghibur diriku sendiri dengan mengatakan 'Semua akan baik-baik saja Raya...'
"Eh mas mandi dikamarku saja?" ucapku spontan.
"Mana bisa begitu...Emmm...Apa selama ini pernah ada laki-laki yang numpang mandi di kamar mandi pribadimu?" ucapnya sambil menatapku tajam.
"Ya nggak gitu...tapi mas kan bukan orang lain di rumah ini."
"Kita belum resmi menikah..."
Akh,ini yang ku suka dari dia,dia sangat menghormati aku dan keluargaku.
"Aku mandi di kamar mandi di luar saja"
"Jangan lama-lama ya...udah siang nih..."kataku sedikit cemas karna jam 8 tinggal 20 menit lagi.
"Hmmm..."
Mas Bahar mengambil handuk dan pakaian bersih dari tas rangselnya,lalu menuju kamar mandi dibawah tangga.
Keluar dari kamar mandi Mas Bahar sudah kelihatan rapi. Kemeja casual biru muda dan celana jeans biru,serta jaket jeans biru telah dikenakannya.Akh,dia memang selalu modis dan selalu menyelaraskan warna pakaiannya denganku,membuat setiap orang tertarik untuk memperhatikan kami.
"Biar mereka tau kalau kita pasangan" begitu katanya ketika aku menanyakan alasan kita selalu pergi dengan warna pakaian yang sama.
"Ayo mas,5 menit lagi jam 8. Walaupun tak mungkin tepat waktu tapi setidaknya kita nggak terlambat banget..." omelku ketika Mas Bahar sedang berpamitan dengan ibu.
*******
Motor sport Mas Bahar sudah terparkir di halaman panti,tampak Bu Hadi menyambut kami dengan ramah...
"Assalamu'alaikum bu..."
"Wa'alaikumsalam..."
"Raya,tumben kamu telat....biasanya kan kamu selalu on time..."
"Maaf bu...tadi ada sedikit masalah di rumah" jawabku sambil melirik Mas Bahar yang sok cool.
"Raya...mas ini kakakmu ya,kok wajah kalian begitu mirip..." ucap Bu Hadi.
"Eh...sampe lupa memperkenalkan,dia ini...." aku bingung mo mengenalkan Mas Bahar sebagai apa,aku takut suasana akan menjadi canggung nantinya.
"Saya Bahar bu,saya calon suami Raya..."
Mas Bahar memperkenalkan diri dan menjabat tangan wanita setengah baya itu sambil melirik tajam ke arahku.
Rupanya dia sadar kalau aku tadi terlihat ragu-ragu memperkenalkan dia sebagai tunanganku. ****** kau Raya...akan ada perang dunia ketiga sehabis kau pentas nanti...
"Oooo... Kalo gitu,kita langsung ke aula saja karna mereka masih kumpul di sana. Takutnya mereka mengira kamu bener-bener nggak akan datang..." ucap Bu Hadi.
"Raya...kamu tau tidak,Yusuf yang terlihat gelisah dari tadi menunggumu..." ucap Bu Hadi setengah berbisik.
Duh Gusti...kenapa Bu Hadi tiba-tiba menyebut nama Mas Yusuf...saat ada Mas Bahar di sini lagi...
Oh Tuhan...tulikan telinga tunangan hamba sesaat,agar dia tak mendengar ucapan Bu Hadi tadi.
"Eh iya,semua sudah siap ya bu...Raya jadi nggak enak ni dateng terlambat" jawabku mengalihkan pembicaraan.
Setiap mau pentas,Pak Hadi memang selalu mengajak kami berkumpul dulu,berbincang seputar penampilan nanti,makan dan berdo'a bersama.
"Assalamu'alaikum...semua..."
"Wa'alaikumsalam..." jawab mereka bersama-sama.
"Nah ini bintang kita...kok tumben telat Ra..." tanya Mas Rudi yang sama denganku sebagai vokalis.
"Emang kita berangkat jam berapa?" tanyaku.
"Jam setengah 10,soalnya lokasinya kan dekat. Lagi pula semua alat-alat sudah disediakan mereka,nanti kita tinggal datang orang saja,pling yang dibawa cuma gitar dan stick drum aja..." jelas Mas Iskhak.
"Jadi kita masih ada waktu buat latihan satu dua lagu..." sahut Mas Aan.
"Kamu siap latihan..." tanya Mas Bambang.
Aku mengangguk.Sementara Mas Yusuf yang menurut ibunya tadi gelisah menungguku malah tak berucap sepatah kata pun. Dia hanya memperhatikan kedatanganku
saja tanpa menyapa. Dan sepertinya Mas Bahar memperhatikan hal itu,karna semua orang menyapa dan hanya dia yang diam saja.
"Hei adik cantik...akhirnya kamu datang juga...kirain mangkir. Eh dikawal siapa adik cantikku..." ucap Mas Denis.
"Oya...teman-teman kenalin ini Mas Bahar..." kataku tanpa menyebut statusnya.
Bukan apa-apa sih,tapi rasanya nggak perlu saja setiap orang harus dikasih tau bahwa dia tunanganku. Tapi teryata tidak dengan Mas Bahar,dengan tegas dia memperkenalkan diri sebagai calon suamiku. Aku hanya bisa pasrah...apalagi melihat Mas Yusuf yang terus menatap tajam ke arahku...tatapan yang penuh dengan rasa amarah dan kecewa.
Pak Hadi masuk aula sesaat setelah Mas Bahar memperkenalkan diri. Karna semua sudah lengkap berkumpul,aku pun memanfaatkan kesempatan itu untuk berpamitan.
"Eee...mohon perhatiannya teman-teman,mumpung semua sudah lengkap berkumpul dan bapak serta ibu juga telah hadir di sini. Maka sebelum kita berangkat pentas ke Universitas Ahmad Dahlan,ijinkan saya untuk mengumumkan sesuatu.
Sebelumnya saya minta maaf,kalau pementasan kita hari ini akan menjadi pementasan yang terakhir buat saya. Saya sangat berterima kasih selama di sini saya sudah di beri kebahagiaan dan diberi kesempatan menyalurkan hobi saya."
"Saya sangat senang bisa bergabung dengan band ini,tapi karna ada sesuatu yang tidak bisa saya ungkapkan disini,saya terpaksa harus mundur dari posisi saya sebagai vokalis. Seandainya selama saya bergaul ada bertutur kata dan tingkah laku saya yang salah,saya mohon maaf yang sebesar-besarnya."
"Kepada Bapak dan Ibu Hadi,saya sangat berterimakasih sebanyak-banyaknya karna telah menganggap dan memperlakukan saya seperti anak bapak dan ibu sendiri. Maaf...sekali lagi maaf jika ada kelakuan saya yang kurang sopan dan kurang berkenan di hati bapak dan ibu. Sebenarnya berat bagi saya meninggalkan semuanya tapi saya memang benar-benar tak bisa melanjutkan kebersamaan kita lagi."
Aku tertunduk dan mencoba menahan air mata yang sedari tadi ingin mengalir ke pipi.
"Kalian mau menikah?" tanya Pak Hadi
"InsyaAlloh pak...tapi belum untuk saat ini"
"Kalo begitu kenapa harus keluar?"
"Saya...saya mau bekerja dan pindah tempat tinggal jauh dari sini pak..."
"Ooo...Sebenarnya saya berat melepasmu tapi mau gimana lagi. Kami yang di sini juga anak-anak panti sangat berterimakasih karna kamu telah ikut menghidupkan suasana di panti asuhan ini,semoga kedepannya kamu bisa sukses...dan jangan lupa sekali-sekali kamu harus datang bersilaturahmi ke sini" ucap Pak Hadi.
"InsyaAlloh pak..."
.
.
.
.
.
.
.
Lanjut...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments