Ketulusan Cinta Mentari
Setiap pagi Mentari bangun lebih pagi dari pada yang lain. Kebiasaan setiap pagi melihat matahari yang baru terbit. Setiap pagi pula ia sarapan bersama Ayah dan Bunda.
"Pagi Sayang." Sapa Ayah dan Bundanya.
"Pagi juga Yah, Bun". Balas Mentari.
"Cerah sekali wajah mu pagi ini, lebih cerah dari biasanya." Kata Bunda.
"Tidak biasa saja." Jawab Tari.
Mereka sarapan bersama tanpa ada suara, hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu yang terdengar begitu nyaring. Selesai sarapan Ayah segera berpamitan pergi ke kantor, tanpa lupa mencium kening sang Bunda dan anak perempuannya itu.
Perjalanan ke kantor pagi ini tidak begitu macet. Tuan Richat memang selalu pergi ke kantor lebih pagi dari pada jam kantor mulai aktivitasnya.
Tuan Richat selalu menghargai waktunya setiap hari. Bagaimana Dia tidak sukses setiap hari saja orang masih berada di dalam selimut laki-laki paruh baya itu sudah berkutat dengan berbagai macam pekerjaan.
Perjuangan yang dilaluinya tidaklah mudah hingga sangat sukses. Dia bahkan menjadi orang paling kaya sedunia.
Sopir Tuan Richat segera mengemudikan mobilnya di tempat parkir khusus Presiden Direktur. Dia membuka pintu mobil untuk Tuannya dengan perlahan.
Tuan Richat segera turun dan melangkahkan kakinya masuk menuju lift khusus Presiden Direktur. Belum banyak karyawan yang datang pada jam-jam pagi saat laki-laki paruh baya itu tiba.
Thing
Suara pintu lift pun terbuka dan tidak ada satu pun yang menaiki lift itu. Mereka tidak ada yang berani menaiki lift itu karena itu khusus untuk petinggi perusahaan.
Tuan Richat memiliki beberapa sekretaris handal dan dapat dipercaya. Dia meminta salah satu sekretarisnya memberikan laporan tentang perkembangan perusahaan di negara A setelah masuk dalam ruang kantornya.
Seorang Sekretaris yang cukup cantik masuk dalam ruang kantor yang sangat luas dan nyaman. Fasilitas dalam ruangan itu juga sangat lengkap dan mendukung semua bidang pekerjaan tanpa terkecuali.
Thut
Suara interkom yang menghubungkan antara dalam ruang kantor dengan ruang sekretaris berbunyi. Tuan Richat memanggil salah satu sekretarisnya.
"Antarkan saya laporan perkembangan semua Perusahaan di Negara A." Perintah Tuan Richat pada salah satu sekretarisnya setelah duduk di kursi kebesarannya.
"Segera saya antar Tuan." Jawab Sang Sekretaris sopan.
Tak
Tak
Tak
Suara high hills terdengar dengan jelas mendekati sebuah ruang kantor yang sangat besar. Tidak butuh waktu lama Sekretaris itu sampai kemudian membuka pintu ruang kerja yang sangat besar itu.
Sekretaris itu tidak perlu mengetuk pintu terlebih dahulu. Di pintu sudah ada alat untuk mendeteksi kedatangan seseorang yang akan masuk ke dalam ruang kantor milik Tuan Richat.
Alat itu hanya dipasang pada satu ruangan milik Tuan Richat saja. Hal itu hanya diketahui oleh beberapa orang saja.
Sekretaris itu sudah bekerja disana cukup lama sehingga tahu bagaimana harus bersikap pada atasannya itu. Dia pun bergegas mengambil laporan tersebut dan menyerahkannya pada Tuan Richat.
Semua sekretaris yang bekerja di sana cara kerja mereka sudah tidak perlu diragukan lagi. Mereka sangat bisa dipercaya dalam segala hal sehingga mereka juga mendapatkan gaji yang tidak sedikit.
Sekretaris itu setelah menyerahkan laporannya langsung berpamitan kembali menuju ruangan miliknya. Tidak pernah Tuan Richat bertanya apapun atau meminta pendapat kepada sekretarisnya jika memang tidak begitu penting atau mendesak.
Tuan Richat segera memeriksa dokumen-dokumen yang diberikan oleh sekretarisnya itu. Dia ingin menyelesaikannya laporan-laporan itu dan ingin segera menghubungi sang istri.
"Huuuu." Seorang Pria paruh baya menghembuskan nafas secara kasar setelah menyelesaikan semua pekerjaannya dan sempat diperiksa secara ulang.
"Akhirnya selesai juga." Katanya perlahan.
Semua dokumen-dokumen yang terletak di atas meja dimasukkan dalam laci. Laci itu dikunci dengan rapat, walaupun tidak dikunci tetap saja aman karena ruangan itu hanya bisa dibuka olehnya.
Tuan Richat menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya dengan memejamkan mata. Dia berharap bisa mengurangi rasa lelahnya walaupun hanya sesaat memejamkan mata.
Laki-laki itu selalu melakukan itu saat merasakan lelah hanya sekedar memejamkan mata bukan tidur. Entah mengapa hari ini dia bisa tertidur bahkan sampai bermimpi buruk.
Merasa tidak tenang Tuan Richat mengambil ponselnya dan menghubungi istri tercintanya. Dia ingin melupakan mimpinya baru saja dan mengajak mereka makan di luar.
Sejak sekian lama juga mereka tidak pernah makan bersama di luar walaupun banyak uang. Mungkin karena Dia terlalu lelah dalam bekerja hingga bermimpi buruk.
"Mimpi itu terlihat sangat nyata." Batin Tuan Richat.
"Ya Allah, Ya Rabb lindungilah keluarga ku." Doanya dalam hati.
Tuan Richat datang lebih awal dan hari ini pekerjaannya juga dapat selesai lebih awal. Dia mencari nomor ponsel sang istri kemudian mendeal nomor tersebut.
Tidak butuh waktu lama panggilan tersebut terhubung dan Sang Istri yang sedang bermain dengan sang putri segera mengangkatnya. Sang istri terlihat sangat senang ketika melihat Id pemanggil yang tertera diponselnya.
"Assalamualaikum." Sapa Bunda yang ada di rumah utama.
"Wa'alaikumsalam." Jawab Ayah yang masih ada di ruang kantornya.
"Bunda sedang apa?" Tanya Ayah.
"Lagi bermain." Jawab Bunda.
"Udah tua gitu masih aja main?" Tanya Ayah.
"Bunda itu hanya boleh main jika sama Ayah." Lanjutnya.
"Memangnya kenapa kalau main sama aku." Tanya Sang Putri yang sedikit mendengar percakapan kedua Pasutri itu.
"Mampus deh aku." Kata Ayah merutuki kecerobohan kata-katanya.
"Jangan sekarang Ayah." Pinta Mentari.
"Aku masih butuh kamu." Lanjutnya.
"Udah Ayah mau bicara sama Bunda." Pinta Ayah.
"Nih Bun, Ayah mau bicara sama Bunda." Kata Mentari sambil menyerahkan ponsel Sang Bunda.
"Bun, makan siang yu' luar." Ajak Sang Suami.
"Baiklah." Jawab Bunda.
"Ya sudah, Bunda dan Tari siap-siap dulu." Kata Ayah.
"Nanti Ayah jemput." Lanjutnya.
"Ok. Bunda tutup telponnya ya." Kata Bunda.
"Wassalamu'alaikum." Salam penutup dari Bunda.
"Wa'alaikumsalam." Balas Ayah.
Kedua pasutri itu sama-sama menutup telponnya dan bersiap untuk pergi makan siang. Mendengar suara kedua orang yang disayangi Tuan Richat sedikit lebih tenang.
Sopir pribadinya yang harus selalu stenby segera bersiap untuk mengantarkan Tuan Richat setelah mendapat perintah darinya melalui panggilan ponsel baru saja. Mobil itu segera menuju lobi untuk menjemput Tuannya yang sangat tampan dan baik.
Tuan Richat biarpun sudah sedikit berumur tetap saja terlihat masih sangat tampan. Banyak karyawannya yang selalu memuji ketampanannya itu, tetapi tidak ada yang berani untuk mendekatinya.
Hanya sekedar mengucapkan salam pasti dijawab dengan dingin itu sudah membuat mereka mundur. Mendekatinya apalagi mereka sudah sadar diri karena berbeda status.
Dia sudah terkenal dingin dan tidak akan memberikan kesempatan pada wanita lain untuk mendekatinya. Sadar wanita yang tak halal baginya hanya akan menghancurkan segalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Wikan
thor... tanda bacanya dong... biar nampak percakapan...
2021-04-24
0
Caramelatte
eyo author hebat! aku mampir🤗 semangat upnya! 💪
2021-02-01
1
Bunga Syakila
lagi menyimak aothor
2021-01-30
0