Perjalanan menuju restoran tidak membutuhkan waktu yang lama. Sesampainya disana, semua petugas & pelayan menyambutnya dengan ramah.
Setiap merayakan ulang tahun Sang Anak, mereka selalu merayakan di hotel ini juga. Mereka mengundang anak yatim piatu dalam acara tersebut.
Acara tersebut sangat meriah walaupun mereka merayakan bersama anak yatim piatu. Hal ini juga bertujuan untuk mengajarkan pada anaknya untuk saling berbagi.
Setiap bulan bahkan keluarga ini memberikan uang santunan kepada beberapa panti asuhan. Bahkan mereka juga mengirim makanan di tempat panti asuhan secara bergantian setiap harinya.
Mereka duduk di taman sambil melihat ramainya pengunjung. Ruangan khusus VVIP itu hanya dianggarkan saja.
Keinginan untuk melihat dunia luar jarang sekali didapatkan gadis itu. Kejamnya sebuah kehidupan bahkan belum pernah dirasakannya.
Mentari hanya tahu sebuah kehidupan yang dijalaninya setiap hari tidak banyak cobaan hidup. Kedua orang tuanya pun berusaha memberitahukan betapa beratnya untuk menjalani kehidupan diluar sana.
Kedua orang tuanya itu memulai dari memberitahukan bahwa banyak yang harus diperjuangkan diluaran sana. Mereka yang tidak mampu dari segi materi harus bisa makan bahkan mereka yang tidak memiliki orang tua harus beruang mempertahankan hidup.
Mentari berlari menuju pintu masuk restoran tersebut. Gadis kecil yang cantik itu menyapa semua tamu yang datang. Ia tidak mau diam selalu saja ada tingkahnya.
"Selamat datang Tuan, Selamat datang Nona." Mentari dengan ramahnya menyambut setiap tamu yang datang.
Mentari juga mengucapkan terimakasih ketika pelanggan itu selesai dan hendak pergi. Tidak lupa juga meminta mereka kembali lagi semoga tidak kecewa dengan pelayanan di restoran tersebut. Ia juga minta maaf jika ada yang salah dalam pelayanan restoran itu.
Manager restoran pun merasa tidak enak atas apa yang dilakukan gadis kecil yang cantik karena ia tahu ia adalah putri dari pemilik restoran itu. Manager itu cukup cantik yang namanya adalah Riska. Ia adalah teman dari Bundanya.
"Hai Cantik, apa yang kau lakukan?" Tanya Riska setelah melihat apa yang dilakukan oleh gadis kecil itu dan berjalan menghampirinya.
"Maaf Nona, saya hanya bermain-main." Jawab gadis kecil itu sambil tersenyum dan mengedipkan mata.
Riska menunjukkan tempat bermain di Restoran itu yang memang sengaja di buat untuk bermain anak. Gadis kecil itu menolak dengan sopan pada Manager wanita itu.
Tuan Richat hanya menggelengkan kepalanya perlahan sambil tersenyum pada anaknya, sedangkan Sang Bunda hanya menyunggingkan tersenyum pada bibirnya yang merah itu.
"Lihat tu kelakuan anak mu." Kata Bunda.
"Memangnya dia bukan anak mu?" Kita kan buat bersama." Balas ayah.
Memang sengaja mereka tidak langsung memesan makanan. Mereka ingin berlama-lama di luar menikmati suasana yang lain dari biasanya.
Jarang sekali keluarga itu keluar rumah, mengingat setiap status mereka sangat kaya raya. Mereka selalu menjadi incaran saingan bisnis Tuan Richat bahkan setiap wanita yang ingin mendapatkan Tuan Richat karena ketampanan, kekayaan, dan kecerdasannya.
Begitu pula dengan istrinya yang sangat cantik yang selalu menjadi incaran Kaum Adam. Nyonya Devi memiliki perusahaan yang sama besarnya dengan suaminya. Selain cantik, kaya, dan juga cerdas.
"Nona kecil dimana orang tuamu?" Tanya Riska yang berpura-pura tidak mengenalnya.
"Siapa yang kecil?" Tanya Tari yang sedikit tidak terima dengan pernyataan Sang Manager Wanita itu.
"Aku sudah besar, sebentar lagi aku kan sekolah." Lanjutnya.
"Mau apa tanya orang tua ku? Mau mengadukkan ku?" Cerocos Tari dengan nada agak tinggi dan tangan yang bersedekap di depan dada.
Manager itu tidak sedikitpun marah, ia malah senang dengan gadis kecil yang saat ini bersamanya. Gadis yang terlihat sangat sopan dan berwajah imut membuatnya tidak bisa marah.
"Nona kenapa kau tidak marah?" Tanya Tari yang seakan tahu akan niat Manager itu yang menggodanya.
"Buat apa marah, kalau sering marah ntar cepet tua lho." Riska dengan tersenyum menjelaskan kepada Mentari kalau marah itu tidak bagus.
"Mentari, sini sayang...." Panggil Bunda.
"Ya Bunda sebentar aku baru berbincang bincang dengan Tante ini." Kata Mentari sambil melihat wajah sang Bunda dari jarak yang lumayan jauh.
"O.... Jadi orang tua mu duduk di sana?" Tanya Sang Manajer.
"He em." Jawab Tari dengan mengangguk pelan setelah menghadap pada Sang Manajer lagi.
"Mari saya antar Tuan Putri." Sang Manager pun menawarkan diri mengantarkan gadis kecil itu ke meja orang tuanya.
Mentari pun meraih tangan Sang Manager itu setelah tangannya terulur dengan telapak tangan menghadap ke atas. Mereka saling berpegangan tangan dengan erat menuju bangku Tuan Richat.
Mentari pun tak lupa berterima kasih Manager itu yang telah menemaninya walaupun hanya beberapa saat. Hal itu sangat berkesan bagi Tari yang jarang sekali berkomunikasi dengan orang orang lain.
Saat ini Riska sedang dalam situasi resmi, alias sedang dalam jam kerja. Dia juga harus bisa membedakan kondisinya yang sekarang ini.
Sebuah hubungan sebagai seorang teman bahkan sahabat harus diabaikan saat ini untuk menjadi panutan bagi anak buahnya ataupun pegawainya yang lain sebagai seorang manager hotel.
"Maaf Tuan apa pesanan kami memang sangat lama?" Tanya Riska yang saat itu sedang bertugas.
"Tidak Nona kami memang sengaja belum memesan makanan dan minuman yang ada disini." Jawab Tuan Richat sambil masih dengan menyandarkan punggungnya pada kursi tetapi dengan raut wajah yang biasa saja bahkan tidak saling kenal dilihat.
"Benar kami sedang menunggu putri kami yang hilang entah bermain kemana." Lanjut Nyonya Devi.
Apa yang perlu saya bantu Tuan dan Nyonya? Tanya Manager Riska menawarkan bantuannya.
"Ada Nona." Jawab Nyonya Devi.
"Serahkan Putri kecil kami yang cantik dan pintar yang sedang bermain petak umpat dengan kami." Jawab Nyonya Devi.
"Duduk dan makanlah dengan baik Nona kecil." Kata Manager Riska setelah berbalik dan berjongkok agar sejajar dengan gadis kecil yang sedang bersembunyi di belakangnya.
"Ok. Baiklah Nona Cantik aku akan sedikit menuruti mu." Balas Mentari.
Kursi yang kosong yang berada di sebelah kiri Sang Ayah ditarik sedikit kebelakang oleh Sang manager Gadis kecil itu bisa duduk. Mentari akhirnya duduk setelah mengucapkan terimakasih pada Sang Manager karena telah membantunya.
Tidak butuh waktu lama Riska memanggil seorang pelayan restoran dan memberikan daftar menu hari ini.
Mereka mulai menikmati makanan yang mereka pesan.
Di Kediaman Utama Tuan Richat
Di rumah besar kediaman utama Tuan Richat yang bagaikan istana itu seorang pemuda yang berperawakan tampan, gagah dan tinggi baru saja sampai. Dia kembali ke tanah air untuk liburan kuliah setelah ujian dilaksanakan.
Pemuda itu melaksanakan ujian akhir skripsi tepatnya. Dia ingin segera menetap di tanah kelahirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments