Jalanan siang ini begitu macet hingga semua pengguna jalan mudah terpancing emosi. Seorang pengendara mobil beserta penumpangnya yang terlihat gagah merasakan sebuah kenyamanan walaupun kondisi jalanan yang begitu padatnya.
Tuan Richat berada dalam mobil itu menyunggingkan senyum mengingat akan bertemu dengan istri tercinta dan putrinya yang sangat dia sayang. Sopir pribadi yang mengantar kemanapun dia pergi ikut merasa senang melihat tuannya sekarang terlihat wajah tidak seperti biasanya.
Flesh Back Off
Di rumah yang yang bagaikan istana itu Mentari bermain bersama Sang Bunda yang sangat cantik. Rumah mereka sangatlah besar dari gerbang ke rumah utama saja harus melalui taman yang sangat luas.
Semua fasilitas sudah lengkap termasuk lapangan olah raga dan lain sebagainya. Semua ruangan dipasang CCTV kecuali kamar dan kamar mandi.
"Capek Bun, Tari mau istirahat sebentar." Kata Mentari.
"Ya sudah ayo kita duduk di kursi taman." Kata Sang Bunda.
Saat duduk di kursi taman Bunda mengobrol banyak hal dengan tari. Mereka berbincang tentang banyak hal.
"Sayang tahu tidak usia mu sekarang?" Tanya Sang Bunda.
"Empat tahun ya Bun?" Jawab Mentari.
"Benar sekali. Ternyata anak Bunda ini sangat pintar ya." Ucap sang Bunda.
"Anak siapa dulu dong? Anak Ayah." Balas Mentari.
Bunda menanyakan sekolah pada Mentari mengenai keinginannya sekolah, Sang Putri menjawab dengan antusias. Sedih terpancar juga di wajahnya yang imut ketika mengingat dia harus belajar di rumah (Home Schooling) bukan di sekolah umum.
Tanpa terasa matahari sudah naik di atas kepala berarti waktu sudah siang. Mereka kembali ke rumah, sampai di rumah tiba-tiba ponsel Bunda berdering.
"Siapa Bun?" Tanya Tari
"Ayah sayang." Jawab Sang Bunda.
"Ayah ingin mengajak kita untuk makan di luar." Lanjut Sang Bunda.
Cukup lama mereka tidak makan di luar bersama. Entah ada angin apa yang membuat Tuan Besar ingin makan bersama di luar.
"Bi, Bi Inna," Nyonya Devi memanggil Asisten Rumah Tangga kepercayaan keluarga itu yang sedang berada di dapur setelah panggilan telepon dari Sang Suami ditutup.
"Ya nyonya." Sahut Bi Inna.
"Bi kami akan makan di luar bersama Tuan, Bi Inna tidak usah menyiapkan makan siang untuk kami." Kata Nyonya Devi.
"Baik Nyonya". Kata Bi Inna.
Bunda dan Sang Putri menuju ke kamar hendak bersiap-siap makan siang bersama Sang Ayah. Bunda merapikan penampilan Mentari terlebih dahulu kemudian baru dirinya.
Penampilan yang cukup anggun itulah yang disukai oleh Sang Suami, bukan penampilan terbuka yang biasa ditampilkan oleh wanita pada umumnya.
Kedua Bidadari kesayangan Tuan Richat sudah yakin dengan penampilannya yang cukup sederhana tapi terkesan elegan. Mereka berdua sudah menunggu Sang Ayah menjemput mereka.
"Bunda gimana dengan penampilan ku?" Tanya Sang Putri saat menuruni tangga.
"Memangnya kenapa sayang?" Tanya Bunda tanpa menjawab pertanyaan Mentari.
"Tidak apa-apa, cuma aku tidak mau kalah dengan Bunda." Jelas Tari.
"Kalau aku cantik tentunya Ayah akan lebih sayang sama aku." Lanjutnya.
"Kamu itu, maunya di sayang terussss sama itu Ayah kamu." Kata Sang Bunda seakan mendapat saingan seorang gadis kecil.
Keduanya menunggu di ruang depan dengan berbincang justru layaknya anak gadis yang memperebutkan kasih sayang seorang laki-laki. Perbincangan pun terhenti tatkala mendengar suara mobil berhenti
Flesh Back On
Tuan Richat menyandarkan badannya di kursi belakang mobil untuk melepas rasa penat yang tersisa. Dia berbincang sesekali dengan sopirnya itu mengenai Putrinya Mentari.
Tuan Richat sudah sangat percaya pada sopir itu. Sopir keluarga yang sudah bekerja sangat lama pada keluarganya.
Dia meminta bantuannya untuk menjaga Putrinya sama seperti menjaga anaknya sendiri. Sama halnya Tuan Richat selalu baik bahkan terlalu baik pada keluarga Sopir Pribadinya.
Pak Narendra adalah sopir pribadi yang selalu menjadi kepercayaannya. Dia memang handal dalam bela diri.
Di kediaman utama pun terdapat puluhan bodyguard handal yang bayarannya tak sedikit. Setiap tamu tanpa kecuali melalui pemeriksaan ketat.
Penjaga yang ada di kediaman utama tidak pernah mereka menampakkan diri secara nyata. Mereka melindungi keluarga itu secara sembunyi-sembunyi. (Waduh kalau mereka sampai menampakkan diri bisa-bisa semuanya kabur seperti melihat hantu).
Kediaman utama yang terlihat sepi ternyata banyak orang yang melindungi keluarga itu. CCTV dan kamera pengamat berada di bukit yang paling tinggi jauh dari kediaman itu.
Bukit yang memang terdapat sebuah menara yang menjulang tinggi. Tempat itu tidak pernah didatangi oleh orang lain karena memang terkenal menakutkan. (Banyak hantu mungkin jadi terkenal seram).
Chiiiit
Suara ban mobil bergesekan dengan aspal yang ada di depan kediaman utama terdengar nyaring. Tepatnya pintu masuk menuju ruang tamu.
Ayah yang sudah ditunggu oleh kedua orang yang disayanginya segera keluar dari mobil tanpa menunggu seseorang membuka pintu itu. Kedua orang wanita yang ada di dalam rumah itu juga segera keluar dari dalam dengan melangkahkan kaki dengan cepat.
Gadis kecil itu sampai berlari ingin segera memeluk Sang Ayah. Dia tidak ingin keduluan dengan Sang Bunda.
"Hallo sayang sudah siap?" Tanya Ayah sesudah keluar dari mobil yang baru saja sampai di depan rumah itu dengan senyum terbaiknya.
"Sudah." Jawab mereka berdua bersamaan.
"Ayo kita berangkat." Kata Ayah sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.
"Tumben mengajak makan siang di luar?" Tanya Bunda.
"Ada masalah?" Tanya balik Suaminya tanpa menjawab pertanyaan Sang Istri.
"Tidak." Jawab Sang Istri.
Ayah dan Bunda sudah jalan terlebih dahulu tapi Tari masih berdiri saja di depan pintu. Merasa sang anak tidak mengikuti mereka pun menghentikan langkahnya.
"Ada apa sayang, anak Ayah yang cantik?" Tanya Ayah dengan berjongkok agar wajah mereka sejajar.
"Mentari...... Minta... di..... Gendong." Kata Mentari dengan senyum manjanya sambil mengedip-ngedipkan matanya berulang kali.
Kedua orang tua Mentari saling pandang. Mereka tertawa renyah melihat wajah polos yang sangat imut di depannya itu.
"Ok, baiklah." Kata ayah.
"Naiklah ke punggung Ayah." Pinta Sang Ayah membalikkan badannya saat masih berjongkok.
Gadis kecil itu pun akhirnya melompat dengan cepatnya memeluk punggung Sang Ayah. Kedua tangan gadis itu melingkar pada lehernya ayahnya.
Ketiganya berjalan beriringan terlihat sangat bahagia. Banyak diantara pekerja yang bekerja di kediaman utama itu melihat mereka merasa iri dengan kebahagiaan yang hadir pada keluarga ini.
Berjalan menuju mobil ketiganya bercerita sambil bercanda. Tuan Richat memang orang yang sangat dingin di luar bagaikan dinginnya kutub utara, tapi dengan keluarganya ia sangat hangat. Orang-orang yang tahu hanya orang terdekatnya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
zsarul_
hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks
2021-02-02
0