Suamiku Senior Killer (Season 2 SGD)
#Suamiku_Senior_Killer (Season 2 SGD)
#SKK_01
Tidak sanggup menolak.
.
“Tidak boleh ikut, ini acara khusus untuk mahasiswa S3.” Larangan itu membuatku ingin membuka sepatuku dan mendaratkan di wajah tampan pria di depanku.
“Kenapa kami tidak boleh ikut? Kita ‘kan mau partisipasi juga, turut meramaikan, Kak,” protes Sakina. Gadis ini menyeretku datang ke gedung yang cukup jauh dari kelasku.
“Iya, biarkan kami ikut, Kak.” Ok, bukan hanya aku yang ingin ikut ke dalam acara yang diselenggarakan oleh seniorku.
Mendengar ada acara semacam prom nigth, walau aku tak jelas acara apa ini. Namun, aku simpulkan sebagai pesta menarik untuk didatangi dan semua buyar ketika lelaki dengan wajah sedatar triplek itu melarang kami.
“Kami mau ikut,” ujarku menatapnya sebal.
“Tidak bisa, sekarang kalian semua keluar dari sini.” What?! Kami diusir dan dia mendorong kami untuk keluar dari ruangan entah ruangan apa ini.
“Kak Mario,” protesku menahan tangannya.
“Keluar,” ulangnya mengusirku bersama teman-temanku. Akhirnya mereka pergi menyisahkanku dengan Sakina dan Afiah untuk menghadapi senior killer ini.
“Aku mau ikut, dong. Masa kamu ke pesta enggak ngajak-ngajak istri kamu.” Bibirku mencibir ke arahnya.
“Enggak bisa, Sa. Ini diperuntukkan untuk mahasiswa yang mengejar S3-nya,” ujarnya.
“Kamu ‘kan panitianya, masa enggak bisa diatur, sih,” kesalku memasang wajah jutek.
“Sekali enggak tetap enggak.” Dasar pria dingin, arogan dan kurang pengertian kalau istrinya juga butuh hiburan setelah dihadapkan dengan kuis dari dosen.
“Jatah kamu aku potong! Enggak ada bercinta dalam minggu ini!”
Matanya terbelalak dan aku segera meninggalkannya. Mengentakkan kaki kesal agar dia tahu kalau aku merajuk.
Dulu jadi guru dia kelewat dingin, sekarang jadi sinior dia malah ngalahin Dosen Killer. Walau begitu, sikap dinginnya masih melekat sampai sekarang. Ingin kucabik-cabik wajahnya itu karena kesal padahal dia sudah bisa romantis.
Akhirnya aku, Afiah dan Sakina mojok di kantin. Kami memesan bakso dan jus. Di kantin cukup ramai dengan mahasiswa lainnya. Sebenarnya ini kantin untuk senior kami karena gedung kelasku dan Kak Mario berbeda.
Aku tidak menyangka kami bisa sampai di titik ini, setelah dia memutuskan untuk berhenti menjadi guru, melanjutkan pendidikan menjadi pilihannya.
“Jadi kita beneran gak bisa datang ke sana, dong,” ujar Afiah lesu. Ia memperbaiki kerudungnya.
“Ya, mau bagaimana lagi. Memangnya kamu mau membantah Kak Mario, seantoro kampus juga tahu dia itu senior paling killer di sini,” timpal Sakina. Setelah kami kuliah tahun ini, dia memanggil Kak Mario dengan sebutan ‘Kak’ selama ini.
“Tenang-tenang, Hot Daddy mana kuat tahan gak dapat jatah seminggu,” ujarku menyeringai. Aku tahu sekali suamiku tidak akan tahan.
***
Mario POV
Aku memutuskan untuk kuliah setelah menemani satu tahun Salsa yang menganggur. Uang juga masuk setiap bulannya ke dalam rekeningku karena perusahaan yang kubangun bersama temanku semakin berkembang. Cukup untuk kebutuhanku dan Salsa, juga biaya kuliah kami berdua.
Di tengah sibuk menyiapkan acara ulang tahun jurusan kami, Salsa datang bersama kedua sahabatnya, mereka ingin ikut berpartisipasi. Tentu aku menolaknya dengan keras.
Dan, itu malah menjadi bumerang untukku karena istriku malah menggunakan jatah sebagai ancaman. Berpikir tidak tidur di sampingnya saja membuatku frustrasi, bagaimana dengan jatah seminggu yang dipotong?
“Gua boleh mengajukan satu permintaan?” tanyaku pada Ketua Senat.
“Kenapa, Yo?” tanya.
“Istri gua boleh ikut bersama temannya? Berpartisipasi, mungkin,” ujarku.
“Boleh, malah lebih bagus. Dia jurusan mana?” tanya Sang Ketua Senat.
“Jurusan Admistrasi, dan dia baru tahun ini masuk, masih semester satu untuk capai S1,” jelasku.
“Enggak apa-apa, lagian kita cukup tuir, hahaha. Bagus kalau ada yang segar-segar,” ujarnya. Rendi Rewijaya adalah Ketua Senat yang cukup loyal dan tentunya wajahnya tak setua yang dia bilang, hanya umur saja yang tua.
Kami melanjutkan diskusi kami kembali dan soal statusku, tentu kami tidak menyembunyikannya. Bahkan membiarkan cincin pernikahan kami melingkar di jari manis. Walau yang di jariku bukan cincin pernikahanku yang asli karena itu tidak memungkinkan untuk kukenakan mengingat terbuat dari emas.
***
Pulang kampus, aku mengunggu Salsa di parkiran. Dia datang dengan wajah juteknya. Masih marah kayaknya.
“Pasang sabuk pengamannya, Sa,” ujarku.
Dia mengenakannya tanpa suara.
“Ihhhh! Aku mau singgah!” pekiknya saat kami terjebak macet. Aku langsung menoleh, melihat ke mana arah pandangnya.
“Mau ngapain?” tanyaku.
“Aku mau beli boneka itu, Kak,” ujarnya antusiasi.
Dia sekolah melupakan kemarahannya dan terpaksa aku menunggu macet selesai, lalu memutar arah ke seberang membeli bonekan beruang putih.
“Yuk, pulang,” ajakku setelah membayar di kasir.
Kami kembali ke rumah. Salsa masuk dengan mematikan bonekanya. Sesampai di kamar, dia meletakkan di kasur dan mengambil handuk.
Aku membuka sepatuku dan menyimpannya di rak. Menunggu Salsa selesai mandi. Semoga saja kemarahannya lenyap setelah mandi.
“Siapkan Sajadah, Sa,” titahku dan dia mengangguk. Aku segera mandi dan mengambil wudhu. Lalu, mengenakan baju kokoh dan kopiahku.
Setelah kami Shalat, Salsa ke dapur. Aku menyusulnya dan ikut membantu. Namun, kehadiranku seperti tak kasat mata karena aksi merajuknya belum kelar-kelar.
Hufhhh, kalau ngambek lama banget. “Bonekanya lucu, Sa," ujarku mendapat demikan tajamnya.
“Iya, lucu banget, gak kayak Kak Mario nyebelin. Bonekanya buat temanin Salsa karena Kak Mario mau happy-happy di luar sana,” sindirnya.
“Kamu boleh ikut. Aku sudah minta izin.” Meski dia membelakangiku, tetapi aku seolah melihat senyum merakah di bibirnya.
“Kalau begitu Salsa terpaksa tinggalin Celi,” ujarnya. Celi?
“Siapa Celi?” tanyaku.
“Boneka Beruangku,” jawabnya menghadapku. Astaga, boneka itu sekarang punya nama.
“Biarkan Celi menjaga rumah,” ujarku ikut memanggil bonekanya Celi. “Tapi, Sa, potong jatah batal, ‘kan?” tanyaku hati-hati.
Dia terdiam begitu lama dan betapa terkejutnya, tiba-tiba dia mendaratkan kecupan singkat si bibirku.
"Setelah makan, mana tahan liat Hot Daddy nganggur semalam," godanya mengedipkan mata. Ia menatap makanan.
Aku membuang napas kasar. Tahu begitu juga gak bujukin. Dia tetap Salsa yang liar. Ck, dulu jadi murid liar sekarang jadi junior nakal.
****
Bersambung ....
Halo, Reader. Ini cerita lanjutan dari "Suamiku Guru Dingin" Season 2 dengan beda judul saja. Suamiku Guru Dingin sudah tamat, dan sekarang ini lembar baru setelah Salsa mengalami depresi berat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
dian pertiwi
up
2021-04-17
0
Mutiara
kak season 2 nya dong
2021-01-31
0