KEIKHLASAN HATI (JADI DUA)
" 1... 2... 3... Ckreeeek... 1... 2... 3... Ckreeek... Sekali lagi ya...".
Suasana studio tampak riuh seperti semula. Cuti bekerja telah habis.
Omen kembali di pusingkan oleh beberapa produk brand yang sudah bekerja sama dengan nya karena ia sudah di kejar - kejar deadline dan dalam 3 hari mereka harus menyelesaikan pekerjaan yang mereka tunda sebulan yang lalu.
"Ini lah yang bikin aku pening. Di situ deadline di situ pulak model - model nya yang pada menyalah, yang sakit lah, yang ini lah itu lah. Nanti enggak aku ajak kerja sama lagi orang itu merengek mau kerja sama aku. Iih kan jadi aku sendiri yang stres mau dimana aku nyari model dalam waktu 2 hari ini? Aaaaah". Omen mengacak rambutnya, ia nampak stres sembari mengomel di depan rekan kerja nya.
Imam mengangkat tangannya karena ia ingin memberikan nya usulan.
"Bang, aku punya usul. Gimana kalau kita nyari pengganti nya bukan dari kalangan model tapi kita cari orang biasa saja. Apa lagi tuh di instagram banyak kali cewek - cewek yang postingan nya sok ala - ala model. Nah kita pilih saja mana yang berdomisili Kota Medan, kalau gitu di jamin deh sejam saja kita sudah ketemu tuh penggantinya si Icha dan Kiki. Yang lebih menguntungkan lagi untuk kita, kita enggak perlu bayar mahal ke mereka he he he". Usul nya.
Yang lain manggut - manggut menyetujui usulan Imam.
"Betul juga itu Bang kata si Imam. Lagian kan sekalian juga dari situ kita bisa merekrut model baru dan membangkitkan rasa percaya diri mereka". Timpal yang lainnya.
" Iya usulan nya bagus, tapi masalah nya dalam 2 hari mana mungkin bisa. Belum lagi kita harus mengajarinya dan resiko yang kita dapat. Ini brand ternama lho yang kita bawa, kita harus pakai model professional. Jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi". Ia berkata lalu melirik Imam dengan mata tajam.
"Dan kau juga! Jangan lagi sembarangan buat cuti sendiri tanpa persetujuan aku. Bukan tak tanggung itu sebulan hiiist".
" He he he, nama nya Bos mau kawin jadi ya kita harus libur bekerja lah. Mana tahu kami Bos bakal batal kawin dan kejadian nya seperti ini he he he". Imam tertawa cengengesan sembari menggaruk kepalanya.
"Hiiiist enak kali kau cakap. Harusnya yang libur itu cuma aku saja enggak semua nya libur. Memang nya yang mau kawin semua yang ada di studio ini? Ha?". Omelan Omen menyindir semua rekan kerjanya. Mereka tertunduk.
" Permisi...". Tiba - tiba seseorang menyapa di tengah - tengah mereka sibuk sedang berdiskusi.
Mata mereka pun tertuju pada pusat suara terkecuali Omen yang memutuskan untuk beranjak menuju ke dalam ruangannya.
Sontak membuat Imam langsung mendekatinya.
"Iya Mbak? Mbak lagi cari siapa ya? Dan ada keperluan apa ya?". Ia bertanya sembari memperhatikan wajah wanita yang ada di hadapannya ini.
" Muka cewek ini kok kayak pernah lihat ya? Tapi siapa ya?". Pikirnya dalam hati.
"Omen nya ada? Saya Widya teman nya Omen yang pernah ke sini menunggu nya di pagi hari tempo lalu". Ternyata ia adalah Widya, pantesan saja Omen langsung meninggalkan mereka semua masuk ke dalam ruangannya, ternyata ia melihat siapa yang datang.
" Oh... Mbak yang waktu itu toh. Pantesan saja kok aku kayak pernah lihat wajah nya Mbak he he he". Imam baru ingat.
"He he he iya. Omen nya ada kan? Apa saya boleh ketemu sama dia?". Widya bertanya lagi.
" Oh ada - ada. Boleh lah Mbak. Bang Omen nya ada di dalam ruangannya kok Mbak. Yuk Mbak kita langsung saja masuk ke dalam ruangannya he he he". Imam langsung mengajak Widya menuju ke ruangan Omen dan ia pun mengikuti Imam dari belakang sembari menebarkan senyuman nya pada rekan - rekan Omen yang terkesima melihat kecantikan Widya.
"Bang... Ini ada teman kau yang waktu itu nungguin kau di sini pagi - pagi buta". Tanpa mengetuk pintu Imam langsung menerobos pintu itu lalu memberitahu Omen kedatangan Widya.
Omen memutar bola matanya.
" Hmm... Ya sudah suruh saja dia masuk". Jawabnya sedikit bernada ketus.
Imam menyuruh Widya untuk masuk ke dalam kemudian Omen mengusir Imam dan langsung mengunci pintu ruangannya agar Imam tidak heboh mengepo'in mereka.
Mereka sempat hening sejenak karena Omen masih sibuk dengan kamera nya tanpa membuka suara sedikit pun.
"Akhirnya ya studio ini sudah menjadi milik kamu sekarang. Ingat kali aku dulu gimana perjuangan kamu membangun studio ini dan sekarang menjadi studio terbesar di Kota Medan ini he he he". Tuturnya sembari melirik ke seluruh ruangan itu.
Omen meliriknya sekilas lalu beralih lagi pada kameranya.
"Ada apa kamu ke sini pagi - pagi gini? Memangnya kamu enggak punya kesibukan lain?".
Widya menoleh ke arah wajahnya kemudian berjalan mendekatinya. Dengan tiba - tiba ia merampas kamera Omen lalu berlari menjauh dari Omen.
" Widya kembali kan kamera aku!". Dengan langkah malas ia mengejar Widya yang selalu menghindar setiap kali Omen mengejarnya.
"Tangkap aku kalau bisa lweeek 😜 hi hi hi". Sepertinya Widya ingin bernostalgia ke masa - masa dimana mereka pacaran dulu.
Omen /" Widya please jangan bercanda. Aku lagi banyak kerjaan ini. Jangan main - main".
"Tangkap dulu donk. Biasanya kamu paling jago menangkap aku kalau kita main kejar - kejaran waktu kita pacaran dulu hi hi hi". Widya masih bersikeras membuat Omen mengingat masa - masa itu.
" Widya tolong lah! Aku enggak ada waktu untuk main - main". Omen membentak Widya karena emosi nya sudah tak tertahan lagi karena stres yang di alami nya pada saat itu.
Sontak membuat Widya menghentikan langkah nya dan murung karena untuk pertama kali nya Omen membentaknya.
Tak lama air mata Widya mengalir ke pipi nya sembari ia menyodorkan kamera itu.
Omen mengusap wajah nya karena ia sadar tidak seharusnya ia membentak Widya.
"Maafin aku Widya. Aku enggak sengaja membentak kamu". Omen meraih tangan Widya namun ia menepisnya.
" Widya, aku minta maaf. Aku khilaf karena aku lagi stres dengan pekerjaan aku tapi malah kamu yang kena. Aku minta maaf". Omen benar - benar merasa bersalah. Kemudian ia mengarahkan tubuh Widya untuk duduk di sofa sembari menatap mata Widya yang sudah basah karena air mata nya lalu menyekanya.
"Kamu sekarang benar - benar berubah. Kamu sudah bukan seperti Omen yang aku kenal dulu. Omen yang enggak pernah marah sama aku, Omen yang selalu membuat aku tertawa dan tersenyum hu hu hu. Kamu benar - benar berubah". Widya semakin menangis.
Omen meraih tangan Widya lalu menggenggamnya " Cup... cup... cup... Aku sama sekali enggak pernah berubah kok, aku masih seperti yang dulu kamu kenal. Hanya situasinya saja yang berbeda".
"Apa perasaan kamu untuk aku masih sama seperti dulu?". Widya langsung bertanya.
Omen sontak melepaskan genggaman tangannya. Wajah Omen berubah.
" Apa kamu masih mencintai aku seperti dulu?". Widya bertanya lagi pada nya.
Omen tidak tahu harus menjawab apa sebab ia sendiri pun tidak tahu bagaimana perasaan nya yang sebenarnya. Ia pun berdiri dan ingin keluar dari ruangannya.
"Um... Widya sebaik nya kamu pulang saja. Aku sedang sibuk di sini, nanti kita akan mengobrol lagi, aku akan menemui kamu. Aku janji".
Widya langsung meraih tangan Omen untuk mencegahnya pergi /" Sekali saja!".
Omen menoleh ke belakang lalu Widya berdiri dan mendekatinya.
"Sekali saja berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita yang pernah aku hancurkan. Sekali saja berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahan aku sama kamu".
Omen hanya terdiam sembari menatap wajah Widya yang semakin dekat dengan wajahnya. Widya menciumnya dan tak sedikit pun Omen menolaknya. Widya semakin memburunya dengan menggebu - gebu.
Namun dengan sekejab (seketika) Omen tersadar lalu ia mendorong tubuh Widya karena mencegahnya agar ini tidak berlanjut lebih jauh dan berakhir penyesalan.
"Enggak Wid... Kita enggak bisa seperti ini. Maaf...". Omen menggelengkan kepala nya dan lagi - lagi ia meninggalkan Widya sendirian di ruangannya.
Omen berjalan begitu cepat.
" Mam... Tolong kau antar kan dulu tamu aku pulang. Aku harus pergi sekarang juga".
Imam dan yang lainnya mengerutkan dahinya.
"Kau mau kemana Bang? Bukan nya kerjaan kita masih banyak?".
" Aku mau mencari pengganti Icha dan Kiki. Kalian tetap lanjuti pekerjaan kalian di sini dan pastikan tamu ku sudah pulang". Jawabnya dan keluar dari studio dengan terburu - buru.
"I... iya Bang". Imam manggut - manggut dan rasa penasarannya pun muncul.
Tak lama Widya pun keluar dari ruangan Omen dengan wajah murung. Belum sempat Imam menghampirinya, ia sudah berlalu lebih cepat.
Rasa penasaran Imam semakin memuncak.
" Sebenarnya ini cewek siapa sih? Apa hubungannya sama Bang Omen. Apa jangan - jangan gara - gara nih cewek makanya pernikahan Bang Omen sama Kak Ratna batal? Hmm... Aku rasa kayak nya iya ini, pasti gara - gara ini cewek. Aku rasa ini cewek mantan nya Bang Omen atau memang pacar nya Bang Omen, karena kemarin dia dijodohin sama Kak Ratna jadi mereka putus. Terus sekarang mereka bisa bersama lagi karena pernikahan itu batal". asumsi - asumsi enggak jelas terlintas di pikirannya dan mencurigai hubungan mereka yang terlihat misterius.
Omen sangat kesal pada dirinya sendiri. Berulang kali ia memukul - mukulin stir mobilnya sembari melontarkan kata - kata kotor yang biasa di lontarkan anak Medan jika ia merasa emosi (Enggak semua anak Medan seperti itu ya! Tergantung individu nya ✌😁).
Tanpa sengaja Omen menghentikan mobilnya secara mendadak dan menabrak bumper mobil sport berwarna putih yang sudah berhenti di depan mobil nya sejak lampu merah menyala.
Mata Omen terbelalak lalu menepuk jidatnya karena ia tidak sadar bahwa lampu merah.
"Ya ampun! ****** lah aku. Haduh suka kali kau nambah masalah lagi Men. Haiiiiiiht....".
Sang pemilik mobil sport putih itu pun keluar dari mobilnya lalu melihat bumper mobilnya sudah hancur. Sedangkan orang - orang sekitar sudah berduyun - duyun mengerumuni mobil mereka.
Omen sudah pasrah saja apa yang akan terjadi pada nya, apa lagi mobil yang ia tabrak itu pemilik nya adalah seorang wanita yang mungkin enggak akan melepaskan dia sampai ia memberikan ganti rugi sesuai dengan apa yang di inginkan sang pemilik mobil.
"Aduh...! Mati lah aku. Malah yang punya perempuan lagi. Mau lah aku kena repetan emak - emak ini. Haiiiih".
Wanita itu mengetuk kaca mobil Omen lalu memintanya untuk keluar dari mobil.
Dengan berat hati Omen keluar dari mobilnya.
Wanita itu langsung menarik tangan Omen lalu menunjukkan bumper mobilnya yang hancur parah.
"Mata anda, anda letak dimana? Enggak lihat apa itu tuh lampu merah? Lihat! Bumper mobil saya jadi hancur kayak gini". Ia terus nyerocos memarahi Omen.
"Iya Mbak, maaf. Saya tahu saya salah. Saya akan mengganti semua kerugiannya". Omen hanya bisa pasrah.
" Iya lah, harus itu. Pokoknya anda harus menanggung semua kerugian saya". Wanita itu membuka masker nya.
"Rania?". Mata Omen terbuka lebar ternyata pemilik mobil itu adalah Rania. Omen sama sekali tidak mengenalinya karena Rania mengenakan masker dan kacamata nya.
Rania mengerutkan alisnya memperhatikan wajah Omen.
" Omen?". Ia pun menyadarinya karena ia pun juga tidak mengenali Omen dengan penampilan rambut baru nya.
"Iya aku Omen. Ha ha ha ternyata kamu".
Semua warga sekitar pun bubar dan kecewa karena mereka tidak dapat melanjutkan tontonan yang sudah berakhir.
Omen dan Rania langsung membawa mobil mereka ke bengkel langganan mereka.
" Ha ha ha maaf ya Rania karena sudah menabrak mobil kamu dari belakang, serius deh aku sama sekali tidak sengaja, aku juga enggak sadar kalau itu sudah lampu merah hi hi hi 🙏😣". Sebelumnya Omen mengajak Rania duduk berdua di caffe yang ada di bengkel itu selagi mereka menunggu mobil mereka yang sedang di perbaiki.
"Hmm... Untung yang nabrak kamu. Kalau itu orang lain mungkin enggak akan aku kasi ampun, karena aku baru saja mengecat mobil aku hufft". Rania melototkan mata nya memandang Omen.
Omen /" Ha ha ha ya maaf. Aku bakalan nanggung semua biaya kerusakan nya kok".
"Harus. Kamu harus tanggung jawab". Rania melipat kedua tangannya dengan pandangan sinis nya sembari menahan tawanya.
Omen /" Oh ya, tapi beneran lho kalau kamu enggak buka masker kamu, mungkin sampai sekarang aku enggak bakalan mengenali kamu ha ha ha".
"Hmm aku pun juga enggak mengenali kamu karena penampilan rambut kamu itu". Rania menunjukkan ke arah rambut hitam Omen.
" Ha ha ha, iya banyak yang enggak mengenali aku setelah aku mengubah warna rambut aku ke warna asli nya". Ujarnya sembari memegang rambutnya.
"Iya... Bukan cuma warna nya saja yang berubah bahkan potongan rambut nya juga maka nya aku enggak mengenali kamu. Karena kan yang aku kenal rambut kamu itu semi gondrong dan berwarna kuning fu fu fu. Terus kemana rambut itu? Kenapa di ubah?". Rania hapal sekali mode rambut Omen yang terdahulu.
"He he he iya. Aku di paksa sama Mamak ku untuk mengubah rambut aku menjadi lebih rapi". Jawabnya.
Rania /" Hmm... Pasti kamu anak yang penurut sama orang tua he he he, iya kan?".
"Enggak. Siapa bilang? He he he. Kemarin itu aku terpaksa mengubahnya karena aku mau melamar anak gadis orang he he he".
Jawaban Omen membuat wajah Rania berubah tidak mengenakan.
" Jadi kamu mau menikah ya?".
Omen menaikkan kedua alisnya sembari menyeruput minuman nya.
"Heeem... Tadi nya. Tapi enggak jadi".
Rania /" Di tunda maksudnya?".
Omen menggelengkan kepalanya.
"Di batalkan. Aku batal menikah".
Rania terkejut.
" Lho kenapa? Apa ada masalah? Ehh sorry. Aku kok jadi kepo kayak gini ya? Maaf ya he he he". Awalnya Rania bersemangat mempertanyakannya pada Omen.
"He he he enggak apa - apa kok, wajar he he he. Lagian aku mau kok cerita ke kamu". Omen tersenyum memandangi wajah Rania yang sangat penasaran dengan kisah cintanya.
Omen pun menceritakan inti dari kisah itu, sebab yang lain tidak penting untuk di ceritakan pada Rania.
" Ya ampun! Nama nya juga jodoh ya kan. Kita enggak pernah tahu jodoh kita itu siapa dan seperti apa". Rania merasa simpatik pada nya
"He he he iya, betul itu. Tapi terkadang kita suka membayangkan siapa sosok jodoh kita itu. Betul enggak sih?". Omen melirik Rania yang menganggukkan kepalanya.
Rania /" Hu uh... Aku juga suka seperti itu. Membayangkan kira - kira seperti apa wujud dari sosok jodoh ku itu. Bahkan aku sering membayangkan bahwa jodoh ku itu laki - laki paling keren sejagat raya ha ha ha".
"Ha ha ha, ternyata kamu wanita yang tukang mengkhayal juga ya hi hi hi". Omen tidak menyangka bahwa Rania bisa di ajak se-akrab itu.
Rania memang orang nya humble jika kita sudah mengenalinya lebih dekat. Bahkan kita bakalan mengetahui wujud asli Rania yang jauh dari image yang biasa orang kenal yaitu wanita yang anggun, sombong dan tidak suka berteman.
Justru wujud aslinya malah sebaliknya. Ia tidak peduli mereka mau menganggap dirinya seperti apa karena bukan lah hal yang penting baginya untuk mendengarkan apa kata orang lain.
Ia pun tetap mempertahankan image nya itu hanya demi melindungi diri nya sendiri dari orang - orang yang dapat mencelakainya kapan pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
75 😀
2021-10-04
0
Fatih Alfaruq
omen sama rania aj thor, omen kan baik
2020-12-13
0
Sofhia Aina
Waaaa....Omen nie kayaknya ma Rania yaaaaa 👍👍👍👍👍👍👍👍💪💪💪💪💪💪💪
2020-11-10
0