"Jadi gimana ini bang? Waktu kita tinggal hari ini lho? Sampai sekarang kita belum juga menemukan pengganti Icha dan Kiki". Salah satu rekan kerja Omen bertanya pada Omen di tengah perundingan mereka yang berada di masa yang menegangkan.
Omen mengusap wajahnya.
"Aku pun juga bingung ini. Kemarin aku sedikit lega karena Eggy sudah nge-rekomendasi kawan - kawan nya, eh enggak tahu nya mereka juga enggak bisa karena mereka sudah punya jadwal masing - masing. Hemm mana mungkin kan aku memaksa mereka. Fuuuht".
" Hemm iya juga sih Bang. Apa jangan - jangan karena bukan Bang Eggy langsung yang minta tolong ke mereka? Makanya mereka bilang enggak bisa. Coba Bang Eggy langsung yang minta tolong pasti mereka mau". Imam malah menimpal dengan prasangka nya.
Omen /"Kalau itu aku enggak tahu juga. Tapi terserah lah. Yang penting sekarang kita pikirin gimana mengatasi masalah ini".
"Iya tapi gimana bang? Enggak mungkin kan kita minta sama pihak brand nya untuk ngasi kita waktu beberapa hari lagi?".
" Ya mungkin saja. Lagian kita sudah enggak punya cara lain selain memohon sama mereka, paling enggak nya mereka mau ngasi kita waktu sampai besok". Omen hanya bisa pasrah.
Imam /"Ck. Enggak bisa gitu lah bang. Kayak nya payah lah karena kan sudah sebulan juga kita mengulur waktunya".
Omen meliriknya dengan mata tajam.
"Yang buat jadi kayak gini siapa ha? Makanya kalau mau ngambil keputusan itu jangan seenak jidat nya saja, malah tanpa persetujuan aku pulak lagi". Ia kesal sekali pada Imam dan ia pun menempeleng kepala Imam.
" Ya nama nya kau mau kawin bang, jadi ya mesti libur. Lagian kan kita semua enggak tahu bakal kayak gini jadi nya". Ujar nya sembari bertingkah bodoh.
"Makanya di pakai itu otak, jangan kau museum kan terus. Lagian yang mau nikah cuma aku nya, mesti kali studio di tutup malah sampai sebulan lagi. Percuma lah aku gaji kalian. Kalau sudah kayak gini siapa yang bertanggung jawab? Aku juga kan?". Omen mulai bernada tinggi sembari melirik mereka satu per satu yang perlahan menundukkan kepala.
" Sudah gini saja, kita tunggu sampai siang, kalau sampai nanti siang kita juga enggak dapat pengganti si Icha dan Kiki, aku bakal temui mereka dan minta waktu sampai besok. Kalau enggak juga, ya sudah kalian tahu akibatnya kan? Dan kau Mam! Gaji kau ku potong bulan ini".
Mata Imam terbuka lebar, secepat kilat ia memohon pada Omen agar itu tidak terjadi.
"Jiaaah Bang. Jangan lah bang. Aah enggak enak kali lah kau Bang, masa gaji aku di potong".
"Itu lah resiko atas penyebab semua ini. Dan kali ini aku enggak main - main lagi, siapa saja yang melakukan kesalahan sedikit pun, aku enggak akan segan memotong gaji kalian bahkan mungkin memecat kalian". Omen menegaskannya pada Imam dan yang lainnya. Mereka pun terkejut atas peraturan yang di buat oleh Omen dengan secara mendadak.
Imam menggandeng tangan Omen /" Bang... Jangan lah gitu. Kejam kali lah kau".
"Sudah lah aah bising kali pun kau. Sudah cepat sana kau cari model penggantinya. Atau kau mau di pecat? Ha?". Omen menepis tangan Imam.
Imam /" Hmm jangan lah bang. Tapi kalau aku sudah ketemu sama model penggantinya sebelum siang ini, gaji aku enggak jadi di potong kan Bang?".
Omen tidak menghiraukannya, ia fokus dengan kameranya. Sedangkan yang lain sudah sibuk melaksanakan apa yang perintahkan Omen.
"Permisi". Tiba - tiba Rania muncul tanpa di undang. Mereka pun menoleh ke arah pintu utama tak terkecuali Omen. Ia tersenyum melihat Rania.
" Hai...!". Rania menyapa Omen sembari mengangkat tangan nya ✋🏻.
Omen pun menghampirinya.
"Hai. Tumben kamu main ke sini?".
"Iya. Tadi kebetulan aku lewat daerah sini terus aku singgah deh sebentar. Kalian lagi sibuk ya?". Rania melirik orang - orang yang berada di dalam studio sedang sibuk dengan ponsel mereka masing - masing.
" Eh... Iya he he he. Soal nya kami lagi ada problem sedikit makanya agak sibuk he he he". Jawabnya sembari menggaruk kepalanya.
"Ouhmm... Masih belum ketemu juga model penggantinya?". Rania meliriknya.
" Lho kamu kok tahu?". Omen merasa heran dari mana Rania mengetahuinya.
"Ha ha ha, kamu lupa? Bukan nya tadi malam kamu sendiri yang bilang ke aku kalau kamu lagi pusing mikirin nyari model pengganti karena model - model kamu mendadak sakit". Rania mengeluarkan ponsel nya dari tas nya lalu menunjukkan isi chatting-an mereka tadi malam yang terselip membahas masalah pekerjaannya.
Omen menepuk jidatnya lalu terbahak.
"Ha ha ha, iya ya. Ya ampun! Aku benar - benar enggak ingat ha ha ha".
Rania tertawa kecil melihatnya.
" Biasa itu, kalau lagi banyak pikiran emang suka seperti itu. Suka nge- blank he he he".
"Iya pening kepala aku. Karena waktu nya tinggal hari ini saja. Sedangkan kami belum juga menemukan penggantinya. Fuuuuht". Omen menghembuskan nafasnya cukup keras.
" Hemm... Ya sudah kalau gitu, aku bersedia membantu kamu untuk jadi model penggantinya". Rania menawarkan dirinya.
"Ah kamu bercanda kan?". Omen tidak percaya.
Rania /" Aku serius lho. Aku beneran mau bantuin kamu, tapi aku enggak bisa bantuin kamu untuk mencari model yang satu lagi".
"Ya ampun terimakasih ya Rania. Itu saja sudah membantu kami kok. Kalau soal model yang satu lagi enggak usah kamu pikirkan he he he. Terimakasih ya Rania". Omen merasa senang masalah nya sudah menemukan jalan keluar.
" Iya Men. Ya sudah, kalau gitu ayo kita langsungkan saja sekarang juga biar cepat selesainya, karena waktu terus berjalan he he he". Rania mengingatkan Omen agar tidak membuang - buang waktu terlalu lama.
"He he he iya iya". Dengan semangat Omen memberitahu rekan kerjanya bahwa Rania akan menjadi model pengganti itu.
" Woi... Aku sudah menemukan model penggantinya. Rania yang bakal ngegantiin Kiki".
Rania tersenyum sembari melambaikan tangannya.
"Hai...!".
" Hai juga he he he".
Secara serentak mereka menjawab sapa'an Rania sembari tersenyum tebar pesona.
Omen membuyarkan pandangan mereka yang terpesona melihat kecantikan Rania.
"Woi... Sudah! Apa lagi ini, cepat sekarang kita lakukan pemotretan nya langsung".
" Eh... He he he, iya iya bang".
Mereka pun sibuk mempersiapkan untuk proses pemotretan tersebut.
#Ckrek... Ckrek... Ckreeek....!
Dengan anggun nya Rania berpose di depan kamera.
"Iya seperti ini. Agak naik kan sedikit dagu kamu". Tanpa rasa segan Omen menyentuh dan memegang Rania karena mengatur pose Rania demi mendapatkan hasil foto yang baik. Rania menganggukkan kepalanya.
Dari jarak jauh Widya sedang berdiri melihat mereka setelah ia muncul secara tiba - tiba. Ia merasa cemburu melihat Omen menyentuh Rania bahkan tertawa bersama.
Tanpa sengaja Omen melirik ke arah Widya. Ia terkejut melihat kehadiran Widya. Hampir setiap hari Widya Menghampiri Omen di studio nya. Widya tersenyum simpul ketika Omen melihatnya.
"Siapa? Pacar kamu?". Rania bertanya ketika ia melihat keduanya saling tersenyum satu sama lain.
Omen menoleh ke arah Rania.
"Hm? Eh he he he bukan". Jawab nya dengan kikuk.
Rania tak lagi membahasnya, ia hanya melihat keduanya terlihat canggung.
" Eh... Mbak cakep". Tiba - tiba Imam menyapa Widya ketika ia menyadari kehadiran nya.
Widya hanya tersenyum.
"Bang, ada Mbak cakep datang". Teriak pada Omen kemudian mengajak Widya mendekati ruang pemotretan.
" Ternyata jadi bang? Ku pikir enggak jadi kau minta tolong sama Mbak cakep, kau terima juga nya saran aku ho ho ho. Woiii...!! Bang Omen sudah menemukan model pengganti yang satu nya, cepat siap - siap kalian". Ia berpikir bahwa Omen sudah meminta tolong pada Widya untuk menjadi model pengganti sesuai dengan sarannya, kemudian ia berteriak pada rekan kerja yang lainnya.
Mata Omen dan Widya terbelalak mendengar ocehan Imam.
"Apa?". Secara spontan mereka mengucapkan kata itu.
Sedangkan yang lain sibuk mempersiapkan untuk pemotretan Widya.
" Sebentar ya". Omen menarik tangan Imam dan meninggalkan Rania dan Widya.
"Mulut kau itu jangan sembarangan ngomong". Omen menarik bibir Imam sembari merapatkan giginya.
" Lho memang nya aku salah ngomong apa?". Imam merasa heran
Omen /"Aku enggak pernah minta tolong sama Widya soal ini, bahkan aku pun enggak pernah cerita sama dia. Kau ini kalau ngomong jangan ngasal saja".
Imam /"Ya ku pikir Mbak Widya mau ngebantuin kita maka nya Mbak Widya ke sini sepagi ini".
Omen /"Hiiis, bukan nya memang sudah sering ya dia ke sini pagi - pagi. Paling enggak nya kau itu jangan sembarangan ngomong. Sekarang kau jelasin sama mereka kalau ini salah paham".
Imam /"Huffft, iya iya. Tapi kan enggak apa - apa juga bang, ngitung - ngitung masalah kita terselesaikan".
"Iya masalah kita terselesaikan tapi bakalan muncul masalah baru sama aku. Sudah cepat sana". Omen mendorong tubuh Imam untuk menjelaskan pada rekan kerjanya.
Namun sudah terlambat, mereka sudah siap untuk memotret Widya begitu juga dengan Widya.
" Jiah bang. Gimana nih?". Imam tampak lesu melihat Widya sudah beraksi di depan kamera bersama Rania.
"Kau bakal tanggung jawab soal ini. Bulan ini enggak ku gaji kau kalau sampai ada masalah lain setelah ini". Omen mengancam Imam kemudian ia berjalan menuju ke ruang pemotretan.
" Jiah bang, jangan gitu lah bang. Tega kali kau bang hiks hiks hiks". Imam pun menyusulnya sembari merengek pada Omen.
#1... 2... 3... (Ckreeeek)
Berulang kali sang photographer mengambil foto terbaik dari keduanya namun mereka belum menemukan foto terbaik Widya karena ia terlihat masih kaku dan tidak memiliki bakat di dunia modeling.
"Mbak jangan kaku kali he he he, santai saja. Anggap saja kami semua tidak ada di sini he he he". Ia berkata pada Widya yang terlihat kaku.
" I... Iya maaf". Widya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum canggung.
Rania memegang pundak Widya lalu tersenyum padanya.
"Santai saja mbak. Mbak pasti bisa kok". Tuturnya.
Widya tersenyum atas dukungannya. Sedangkan Omen masih cemas memikirkan ulah Imam yang terjadi pada saat ini.
"Ya... 1.. 2.. 3.. (Ckreeek... Ckreeeek....)".
...
" Terimakasih ya Rania, karena kamu sudah membantu kami hari ini". Tuturnya sembari tersenyum pada Rania yang sudah menyelesaikan pemotretan nya sedangkan Widya masih juga belum selesai pada sesi nya. Kini mereka duduk berdua di ruang tamu.
"Iya, aku senang kok bisa membantu kamu hari ini he he he". Rania menjawabnya dengan riang.
" Oh ya. Aku juga minta maaf sama kamu harus nya aku membicarakan soal pembayaran kamu dari awal he he he. Kira - kira berapa yang harus kami bayar untuk jasa kamu?". Omen merasa sungkan mempertanyakan hal sensitive tersebut.
"Ah... Kamu ini ha ha ha. Kamu enggak perlu membayar nya, aku benar - benar mau membantu kamu kok". Rania menepuk lengan Omen.
" Enggak bisa gitu donk Rania. Ini kan urusan pekerjaan, kami saja di bayar sama mereka masa kamu tidak. Jangan karena aku, kamu jadi segan mau minta berapa. Aku pasti bakalan menuruti permintaan kamu kok, berapa pun itu". Omen semakin merasa tidak hati.
Rania meliriknya tanpa ekspresi sedikit pun.
"Oke! Kalau gitu aku mau kamu membayarnya dengan menjadi pacar aku". Ujarnya.
Bagaikan di sambar petir ketika Omen mendengarkan permintaan Rania, ia pun mendadak kikuk dan enggak tahu harus menjawab apa.
Rania terlihat menahan tawa nya hingga akhirnya ia pun tak kuasa.
"Bua ha ha ha ha aku bercanda".
"Ha? He he he, i.. iya kau tahu kalau kamu lagi bercanda he he he. Lagian mana mungkin kamu minta bayarannya itu. Iya kan? He he he". Omen benar - benar kikuk.
" Ha ha ha. Sudah... sudah... Aku beneran ikhlas kok membantu kamu. Aku enggak perlu di bayar. Lain kali saja kalau ada kesempatan lagi he he he". Rania tersenyum sembari menyipitkan matanya.
Jantung Omen nyaris copot karena Rania. Bagaimana tidak! Mengingat Rania ber-ekspresi begitu serius seperti ia benar - benar sedang menyatakan cinta pada Omen.
"Oh ya kayaknya aku harus pulang sekarang juga soalnya aku juga ada pemotretan sejam lagi". Ia berkata sembari melihat jam tangannya.
"Oh, iya. Ya sudah aku antar kamu pulang ya?". Omen menawarkan dirinya. Kemudian mereka berjalan keluar studio.
" He he he enggak usah Men, aku kan bawa mobil sendiri ke sini. Kalau kamu yang ngantar bagaimana dengan mobil ku he he he". Ia menolaknya.
"He he he iya juga ya. Hmm". Omen merasa sedikit kecewa.
Rania /" Ya sudah kalau gitu aku langsung saja ya, sampaikan salam ku untuk mereka dan maaf enggak bisa pamit langsung sama mereka he he he".
"Iya, nanti aku sampai kan pada mereka. Kamu hati - hati di jalan ya".
Rania menganggukkan kepala nya lalu berjalan menuju ke mobilnya.
" Iya. Ya sudah daaah".
"Rania!". Omen menghentikan langkah kaki nya.
" Ya?". Rania menoleh ke belakang.
"Lain kali kalau kamu ke sini jangan bawa mobil sendiri ya". Pinta nya tanpa segan.
Rania tersenyum sembari mengangguk pelan karena ia memahami maksud Omen. Kemudian ia pun berlalu meninggalkan studio bersama dengan mobilnya.
" Fuuuuht...! Kenapa jantung aku berdebar enggak karuan gini ya?". Omen menghembuskan nafasnya sembari menepuk - nepuk dada nya lalu melangkah ingin masuk ke studio.
Omen mengerutkan dahinya ketika ia melihat Widya berjalan keluar dari studio, kemudian ia menghampiri nya.
"Widya. Kamu mau kemana?".
Widya terlihat seperti tertangkap basah olehnya.
" Hm? Aku mau pulang, karena pemotretan nya kan sudah selesai". Jawab nya sembari menyunggingkan senyumannya.
"Aku antar pulang ya?". Pinta nya dan Widya pun mengangguk.
Omen mengantar Widya pulang dengan mobilnya. Di sepanjang jalan, sepatah kata pun tak terucap di bibir mereka hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah kontrakan Widya.
" Kamu mau mampir dulu?". Widya mempersilahkan pada Omen untuk mampir ke rumah nya dan ia menyetujuinya mengingat ia harus membicarakan perihal yang terjadi hari ini.
Widya menyuguhi secangkir teh panas untuk Omen setelah mereka sudah masuk ke dalam rumah nya.
"Silahkan di minum Men". Ia pun duduk di dekatnya.
" Iya". Jawabnya singkat sembari melihat ke sekeliling rumah sederhana itu.
"Kamu tinggal sendirian di sini?".
" Iya, sama seperti biasa nya. Aku sengaja menyewa rumah kontrakan agar aku punya ruang lingkup yang luas terlebih lagi rumah kontrakan lebih murah dari pada kos - kosan he he he". Jawabnya.
Omen /"Hemm... Iya sih. Oh ya! Terimakasih ya karena kamu sudah membantu aku hari ini. Dan aku juga minta maaf sama kamu karena asisten aku ngasal ngomong saja sehingga kamu juga terlibat he he he. Dia pikir aku sudah menceritakan soal masalah ini sama kamu karena kemarin memang dia yang menyarankan untuk minta tolong sama kamu. Melihat kamu datang tadi jadi dia pikir kamu setuju sedangkan aku sama sekali enggak melakukan itu he he he".
Widya /"Iya enggak apa - apa. Lagian aku senang kok bisa terlibat dalam pekerjaan kamu he he he. Ternyata seru juga, enggak seperti apa yang aku pikirkan selama ini he he he".
"Iya selama ini kamu mikir kalau jadi modeling itu seperti menjual permen maka nya kamu enggak pernah mau terlibat dalam pekerjaan aku, bahkan kamu pun tidak menyukainya, iya kan? He he he". Omen menambahnya.
Widya /"He he he bukan seperti itu juga alasan kenapa aku tidak menyukai pekerjaan kamu. Aku punya alasan yang kekanak-kanakan he he he. Sebenarnya aku bukan nya tidak mendukung pekerjaan kamu atau tidak menyukai nya, hanya saja aku tidak suka kalau kamu selalu di hadapkan dengan cewek - cewek cantik dan sexy. Tapi aku sadar bahwa aku benar - benar bodoh yang membesar - besarkan rasa cemburu ku bukan nya percaya sama kamu. Hingga akhirnya aku melakukan kesalahan terbesar dalam hidup aku. Jujur aku minta maaf sama kamu karena aku sudah berbohong sama kamu waktu kamu dan Bang Eggy datang pada malam itu di saat aku sudah tertangkap basah telah mengkhianati kamu bahkan dari sebelum itu. Waktu itu aku bilang kalau itu terjadi karena kecelakaan dan kekhilafan yang di sebabkan oleh minuman keras, tapi sebenarnya yang terjadi bukan seperti itu. Aku memang melakukan itu bersama nya dalam keadaan sadar. Aku memang selingkuh dari kamu".
Omen sangat terkejut mendengar pernyataan Widya yang sebenarnya dan itu membuatnya sangat terpukul dan benar - benar merasa kecewa pada Widya. Rasanya ingin sekali ia menghajar sesuatu yang ada di dekatnya namun ia urungkan ketika ia melihat Widya sudah berurai air mata penyesalannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
46 😁
2021-10-04
0
Sofhia Aina
Pengakuan yg jujur sangat menyakitkan.......... Sabar je Omen and semangat 💪💪💪👍👍👍
2020-11-10
0