CHAPTER 3

Imam melirik Omen penuh dengan rasa curiga di tambah lagi ia melihat Omen senyum - senyum sembari mengutak - ngatik ponselnya.

"Kau kenapa Bang senyum - senyum kayak gitu?". Imam bertanya sembari memegang dahi Omen lalu memegang pant*t nya untuk menyamakan suhu kedua nya 😆.

" Hiiis apaan sih kau? Kenapa pulak kau pegang - pegang jidat aku habis itu kau pegang pulak pant*t kau itu?". Omen menepis tangan nya.

"Kau yang kenapa senyum - senyum enggak jelas nengokin (lihat) hp kayak orang gile (gila) gitu? Aku mau nge- check suhu jidat kau itu sama enggak panas nya sama pant*t aku. Kan katanya orang - orang dulu kalau mau nge-check orang yang lagi sakit kayak gitu". Imam pun duduk di samping nya.

"Kepala kau kayak gitu ha ha ha. Mana ada orang - orang dulu kayak gitu ngelakuin nya. Kau pun sibuk kali lah. Suka kali mau tahu urusan orang". Omen memutar bola mata nya dan masih tetap fokus pada ponselnya.

Imam /"Hmm... Masalah nya aku sudah di amanah kan sama Mamak kau Bang untuk ngejagain kau di sini, jadi aku harus tahu kalau kau itu kenapa dan ngelakuin apa saja seharian ini sampai senyum - senyum kayak gitu".

"Elleh... Alasan kau saja. Bilang saja kau itu mau kepo. Lagian enggak perlu aku di jaga sama kau. Wuuu". Omen memunggungi dirinya.

Imam /" Huuuh, ya sudah lah, paling nanti aku enggak bakalan tanggung jawab kalau kau kenapa - kenapa. Oh ya Bang. Teringat aku, sudah kau dapatkan itu penggantinya si Kiki sama si Icha?".

Omen menepuk jidatnya dan sadar bahwa ia harus mendapatkan pengganti mereka secepatnya.

"Astaga, aku lupa".

Imam menepuk lengan Omen cukup keras.

" Tuh lah kau kan. Ini kau karena kebanyakan senyum - senyum sendiri gini jadi nya. Jadi gimana nih cerita nya? Waktu kita tinggal 2 hari lagi lho Bang. Kau enggak mau pakai usulan aku".

Omen mengusap wajah nya lalu meletakkan ponselnya di atas meja.

"Aduuuuuh pening pun aku jadinya. Kalau usulan kau itu nanti - nanti saja di pakai pas kalau kita memang lagi nyari model baru untuk event. Kalau yang ini kita mesti nyari pengganti yang sudah profesional".

Imam /"Hmm... Gimana kalau binik nya Bang Eggy saja Bang? Binik Bang Eggy kan cantik tuh orang nya".

Omen menepuk jidat Imam karena usulan nya enggak pernah menemukan jalan keluar.

"Binik si Eggy kan pakai hijab paok. Sedangkan produk ini harus memamerkan rambut nya. Hiiis, kau itu kalau ngasi usulan enggak pernah pakai pikir dulu".

Imam /" Ya mana tahu kan bisa. Naaah.... Kalau enggak, gimana yang jadi model nya Mbak - Mbak yang tadi pagi ke sini? Pas kali itu Bang, Mbak itu putih, tinggi, langsing terus rambut nya juga cantik. Kenapa abang enggak minta dia saja yang ngeganti'in?".

Kali ini usulan Imam sedikit menemukan titik terang tapi Omen harus berpikir semalaman untuk meminta tolong pada Widya.

"Nanti lah aku pikirin. Lagian kita kan butuh nya dua orang".

Imam /" Hemm... Ya coba saja Mbak itu dulu mana tahu dia juga punya teman yang cantik nya sama kayak Mbak itu. Kan kita jadi enggak bersusah payah nyari model kedua nya".

"Aku heran sama kau, kadang otak kau konslet, kadang bagus. Kadang enggak nyambung pun lagi". Omen geleng - geleng kepala sembari melihat Imam yang sedang nyengir.

Omen merebahkan tubuhnya di tempat biasa dimana ia menginap di studio. Ia kembali teringat pada Widya dan kejadian tadi pagi di ruangannya.

"Hmm... Masa iya aku minta tolong sama Widya? Nanti di pikirnya aku ngasi harapan lagi untuk dia. Pening kali lah, entah apa si Widya mesti balik lagi ke sini. Buat aku galau saja huffft".

#Triiing...

Ponselnya berdering, ia pun meraih ponselnya yang terletak di atas meja.

Ia mengerutkan dahinya membaca pesan dari Widya. Kemudian secepat kilat ia bergegas keluar dari studio.

Omen menyetir mobil nya dengan kecepatan yang tinggi, untungnya jalanan sudah sepi mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi.

Ia baru saja mendapatkan pesan dari Widya yaitu sebuah foto Widya yang sedang tergeletak di atas meja seperti nya di dalam semua club malam dan ada seseorang yang mengirimkan foto itu beserta alamat club itu pada nya.

Omen berlari masuk ke dalam club tersebut. Itu terdengar sangat ribut serta lampu - lampu yang berkelap - kelip membuat mata terasa sakit.

Omen pun akhirnya menemukan Widya seperti yang ada di dalam foto itu.

"Abang pacar nya Kakak ini ya? Yang tadi aku Wa pakai nomor kakak ini?". Seorang wanita bertanya pada Omen ketika ia melihat Omen mendekati Widya. Omen pun menganggukkan kepalanya.

"Kakak ini tadi banyak kali minum nya Bang sambil dia teriak nyebutin nama abang gitu. Terus dia nyuruh aku untuk moto'in dia kayak gini dan kirim ke abang".

Omen terdiam menatap kondisi Widya yang menyedihkan. Ia langsung menggendong Widya.

" Terimakasih banyak ya Mbak atas bantuannya. Maaf sudah merepotkan".

"Iya Bang enggak masalah. Lagian sering kok kalau di sini he he he".

Omen pun segera membawa Widya ke studio nya.

" Mam... Imam...". Omen berteriak pada Imam yang sudah tertidur.

"Apa sih Bang? Sudah malam ini, teriak - teriak pulak kau". Ia ngedumel sembari mengucek - ngucek matanya.

" Tolong bantu aku cepat".

Mata Imam terbelalak melihat Omen sedang menggendong seorang wanita yang sedang pingsan. Ia pun berlari menuju ke ruangan Omen dengan rasa takut.

"Bang siapa cewek ini? Kenapa kau bawa ini cewek ke sini? Nanti dia makhluk jadi - jadian Bang. Iih kau lah ini Bang, memang kita lagi sibuk nyari model tapi bukan berarti cewek kayak gini juga lah Bang". Imam terus nyerocos tanpa melihat wajah Widya.

"Sudah, enggak usah banyak cakap kau, cepat kau ambilkan air hangat sama handuk. Terus kau buatkan air madu hangat segelas". Omen merapatkan giginya.

" Iya iya bentar". Imam pun pergi ke dapur. Lalu kembali dengan membawa sesuai yang di minta oleh Omen.

"Nah Bang". Ia pun menyodorkannya.

Omen menyambutnya, lalu dengan perlahan ia menyelipkan rambut Widya ke telinga nya agar memudahkan nya untuk membersihkan make up wajah Widya yang sangat berantakan.

Mata Imam terbuka lebar ketika ia melihat wajah Widya sudah bersih dari make up nya.

"Lah ini kan Mbak - Mbak tadi pagi kan Bang?".

"Bukan. Dia makhluk jadi - jadian". Omen memutarkan bola matanya.

Imam /"Ahh kau Bang. Nama nya juga enggak tahu aku Bang dia siapa, soalnya kan muka nya habis cemong - cemong semua karena make up nya hi hi hi. Ehh tapi Bang kenapa Mbak ini jadi kayak gini bentukannya? Jangan bilang ini ulah kau ya Bang".

Omen menempeleng kan kepala Imam.

"Sembarangan kau kalau ngomong. Tadi ada yang ngirimin foto dia lagi tepar di club malam terus nyuruh aku menjemput dia, karena aku sudah enggak tahu dimana dia tinggal sekarang makanya aku bawa dia ke sini".

Imam /" Oooh gitu! Liar juga rupanya Mbak ini ya Bang he he he, jam segini masih di club malam. Ngeri aah enggak sesuai sama cashing nya yang cocok nya jadi anak rumahan he he he".

Omen menyomot bibir Imam yang dari tadi ngomongnya sesuka hati nya saja.

"Mulut kau itu ya Mam, di jaga sedikit napa. Jangan asal nyerocos saja itu mulut kau. Sudah sana balik lagi kau tidur. Pekak (tuli) kuping aku lama - lama dengerin kau nyerocos teros (mulu)".

" Bentar lagi lah Bang. Aku mau nengok muka Mbak ini dulu he he he". Imam memasang wajah mesumnya melihat Widya dari ujung rambut sampai ujung kaki nya, di tambah lagi Widya mengenakan pakaian mini sehingga paha nya terlihat jelas.

Omen benar - benar kesal pada Imam lalu mengusirnya dengan cara paksa dan mengunci pintu ruangannya.

"Wuuu.... Dasar! Bilang saja mau menikmatinya sendirian". Imam merasa kesal dan kecewa karena tidak dapat melihat Widya lagi.

Omen menghembuskan nafasnya cukup panjang sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh Widya.

Ia memandangi wajah Widya yang terlihat lusuh lalu mengelusnya dengan lembut.

" Kenapa kamu jadi seperti ini sih Wid? Kenapa kamu menghancurkan hidup kamu sendiri? Jujur aku masih sayang sama kamu tapi tetap saja aku sama sekali tidak bisa menerima kamu lagi di dalam hidup aku. Maafkan aku Wid". Tuturnya.

...

Perlahan Widya membuka matanya. Alis matanya menyatu dan merasa heran melihat sekeliling ruangan yang terlihat samar - samar.

Ia pun bangkit namun kepala nya terasa pusing.

"Au... Sh...". Rintih nya lalu melihat Omen yang tertidur di lantai tanpa mengenakan alas kepala alias bantal.

Perlahan ia mendekati Omen lalu memandangi wajahnya sembari mengelusnya dengan lembut.

" Ternyata kamu enggak pernah berubah. Kamu selalu ada di setiap aku membutuhkan mu. Terimakasih". Ia mencium Omen dan membuat nya terbangun.

Omen pun terkejut lalu bangkit.

"Eh... Kamu sudah bangun Wid".

Widya hanya menganggukkan kepala nya sembari tersenyum simpul.

" Gimana badan kamu? Masih terasa pusing atau tidak? Aku sudah siapkan madu hangat untuk kamu tapi kayak nya sudah enggak hangat lagi he he he soal nya buat nya dari subuh tadi he he he". Omen menunjuk ke arah gelas yang berisi air madu di atas meja.

"Iya enggak apa - apa. Nanti bakalan aku minum kok. Oh ya terimakasih ya kamu sudah membawa aku ke sini. Kalau bukan kamu mungkin aku sudah enggak tahu lagi nasib aku bagaimana he he he, mungkin aku bakalan mengulangi kesalahan aku lagi seperti dulu he he he". Widya merasa bersyukur Omen yang membawanya pulang bukan orang lain yang mendapatkan kesempatan untuk menikmati tubuhnya.

"Kenapa kamu jadi seperti ini Wid? Padahal kamu paling enggak suka di ajak lagi ke tempat - tempat seperti itu sejak terakhir kamu mabuk bersama aku, kamu jera ke tempat itu lagi". Omen menatapnya dengan rasa iba.

Widya tersenyum.

" Aku sudah hancur Men. Aku bukan Widya yang kamu kenal dulu. Enggak ada yang bisa aku harapkan lagi, jadi aku memutuskan untuk menghabiskan waktu aku dengan bersenang - senang he he he. Enggak ada yang aku miliki lagi di dunia ini. Bahkan kamu pun juga sudah tidak menginginkan aku lagi he he he".

"Bersenang - senang bukan berarti kita menghancurkan hidup kita Wid. Kamu itu enggak sendirian, banyak yang mencintai kamu, banyak yang menyayangi kamu, kamu itu harus menghabiskan waktu kamu dengan berbahagia bersama orang - orang yang mencintai kamu". Omen benar - benar berubah, pemikiran nya pun semakin dewasa dan bijaksana.

Widya menangis mendengarkan tutur kata yang lembut terlontar dari mulut laki - laki yang biasa ia kenal sembrenget (cablak).

Widya memeluk tubuh Omen dan tangisannya semakin pecah.

Omen pun mengusap punggung nya begitu lembut dan membuat Widya semakin nyaman di pelukan nya.

"Kenapa aku sama sekali tidak bisa menerima kamu kembali lagi ke hidup ku Wid? Padahal ingin sekali aku menghilangkan rasa sedih yang kamu alami selama ini". Omen berkata dalam hatinya.

...

Setelah semua keadaan membaik dan Omen pun sudah mengantar Widya pulang, kini ia menghampiri Eggy di rumah sakitnya.

Sebelumnya mereka memang sudah buat janji untuk ketemu karena Omen membutuhkan bantuannya.

"Oh iya ini beberapa nomor kontak model yang bisa kau hubungi. Aku juga sudah bilang juga sama mereka kalau kau lagi nyari model secepatnya". Eggy menyodorkan beberapa kartu nama teman lamanya.

" Terimakasih bro". Ia pun mengambilnya.

Eggy /"Kau pun lagi, mendadak kali bilang nya sama aku. Kalau enggak kan bisa aku minta tolong sama si Alinka kebetulan dia lagi di Medan katanya".

"Ya mau macam mana lah, si Kiki sama si Icha mendadak sakit dengan bersamaan. Apa enggak sakit kepala otak ku ini". Omen mengeluh sembari memegang kepalanya.

Eggy /" Ha ha ha. Ya sudah, kau hubungi cepat orang itu biar cepat selesai kerjaan kau".

"Iya, aku kirimkan saja ke Imam, biar dia saja yang menghubungi mereka. Aku mau relax dulu di sini, pening kali kepala aku sudah". Omen merebahkan badan ke sofa itu.

" Ha ha ha, jadi kau mau aku periksa ini? Biar aku kasih kau obat anti galau dulu wk wkw wkk kk". Eggy malah meledeknya.

"Kurang ajar kau ha ha ha". Omen melemparkan sebungkus cemilan berupa kacang ke arah Eggy.

Eggy /" Ha ha ha, aku tahu kali kau itu gimana. Kalau sudah gelagat kau kayak gini sudah pasti kau itu lagi galau ha ha ha".

Omen menutupi wajahnya dengan dengan bantal kecil yang ia peluk sejak tadi.

"Woii... Dia malah molor. Galau kenapa kau? Ha?". Eggy menarik - narik bantal itu.

"Hhffff... Sudah lah Gy, suka kali lah kau ngeganggu aku". Omen menepis tangan Eggy.

" Jawab dulu pertanyaan aku. Kenapa kau galau?". Eggy berhasil menarik badan Omen sampai ia terduduk.

"Hiiis kau lah ini. Aku stres tiba - tiba si Widya ngedatangin aku. Dia minta balikan lagi sama aku, dia minta aku ngasi kesempatan sama dia untuk menebus kesalahan nya". Omen pun mulai bercerita.

" Terus kau jawab apa sama dia?". Eggy meliriknya.

"Aku belum berani menjawabnya. Aku bingung mau jawab apa". Omen kembali merebahkan tubuhnya.

Eggy /" Ya sudah apa lagi, tinggal kau terima saja Widya nya, kau kasi dia kesempatan mana tahu setelah ini dia bisa berubah. Kalau bisa langsung saja nikahkan dia enggak usah pakai pacaran - pacaran lagi". Sarannya.

Omen /"Hemm... Enggak semudah itu Gy. Entah kenapa hati aku sudah enggak bisa menerima nya kembali lagi ke kehidupan aku".

Eggy /"Kenapa? Apa karena dia sudah enggak peraw*n lagi dan sudah pernah hamil? Makanya kau enggak bisa menerima dia lagi".

Omen sama sekali tidak kepikiran sampai di situ.

"Ha? Bukan soal itu. Aku pun enggak kepikiran sampai ke situ. Lagian aku enggak mempermasalahkan dia masih peraw*n atau tidak. Tapi memang aku enggak bisa menerima dia lagi".

" Apa mungkin karena kau lagi jatuh cinta sama cewek lain? Makanya kau enggak bisa menerima Widya lagi. Jangan bilang kalau cewek itu Kakak ipar aku ya". Eggy menunjukkan jarinya ke arah wajah Omen.

Sontak membuat Omen terbahak.

"Ha ha ha, gile (gila) kau. Ya enggak lah. Sembarangan saja kau ngomong. Aku itu sama sekali enggak lagi jatuh cinta sama siapa pun apa lagi sama Kakak Ipar kau ha ha ha".

Eggy /" Hemm kan aku cuma menebaknya saja. Mana tahu kan tebakan aku benar".

"Salah nya enggak benar". Omen menimpuk badan Eggy dengan bantal.

Eggy /" Ha ha ha. Ya sudah sekarang mau kau gimana? Jangan lah kau kasih harapan palsu sama anak orang. Kau kasi dia kepastian secepatnya jangan kau gantungi anak orang berlama - lama. Kasihan".

Omen /"Iya. Aku pun juga enggak mau nya gantungi anak orang kayak gini. Haaah.... Andai saja bisa semudah merobek kertas ngasi jawaban ke dia".

Eggy /“Makanya kau sholat terus doa jadi biar langsung di kasi ALLAH mana yang terbaik untuk kau. Ini kagak! Sholat pun bolong - bolong masih. Malu lah kau sama umur".

Omen /"Hmm... Iya malu kali lah aku ini. Apa lagi aku datang nya di saat aku butuh saja. Memang enggak ada otak aku ini".

"Memang iya. Ha ha ha". Eggy terbahak mengejeknya.

" Sompret aku Gy ha ha ha".

Eggy /"Lah kan memang iya. Buktinya kau sendiri kok yang bilang begitu tadi yeeey... Sudah, mau seberapa besar pun dosa kita dan rasa malu kita kepada ALLAH, kita memang sudah sepatutnya kembali ke jalan nya ALLAH, kita memohon ampun kepada ALLAH, minta jalan hidup kita di beri kemudahan dan keberkahan. Sekecil apa pun ALLAH pasti menerima amal kita begitu juga sebaliknya sekecil apa pun dosa kita ALLAH pasti akan membalasnya pada saat waktu nya nanti".

Bulu kuduk Omen berdiri seketika, ia merasa merinding di saat Eggy memberikan nasihat untuk nya dan sedikit mengurangi rasa galau yang ia alami saat ini.

Terpopuler

Comments

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎

57 😆

2021-10-04

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

The best......nasihat yg bagus tuk sahabat.... 👍👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍😍

2020-11-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!