NovelToon NovelToon

KEIKHLASAN HATI (JADI DUA)

CHAPTER 1

" 1... 2... 3... Ckreeeek... 1... 2... 3... Ckreeek... Sekali lagi ya...".

Suasana studio tampak riuh seperti semula. Cuti bekerja telah habis.

Omen kembali di pusingkan oleh beberapa produk brand yang sudah bekerja sama dengan nya karena ia sudah di kejar - kejar deadline dan dalam 3 hari mereka harus menyelesaikan pekerjaan yang mereka tunda sebulan yang lalu.

"Ini lah yang bikin aku pening. Di situ deadline di situ pulak model - model nya yang pada menyalah, yang sakit lah, yang ini lah itu lah. Nanti enggak aku ajak kerja sama lagi orang itu merengek mau kerja sama aku. Iih kan jadi aku sendiri yang stres mau dimana aku nyari model dalam waktu 2 hari ini? Aaaaah". Omen mengacak rambutnya, ia nampak stres sembari mengomel di depan rekan kerja nya.

Imam mengangkat tangannya karena ia ingin memberikan nya usulan.

"Bang, aku punya usul. Gimana kalau kita nyari pengganti nya bukan dari kalangan model tapi kita cari orang biasa saja. Apa lagi tuh di instagram banyak kali cewek - cewek yang postingan nya sok ala - ala model. Nah kita pilih saja mana yang berdomisili Kota Medan, kalau gitu di jamin deh sejam saja kita sudah ketemu tuh penggantinya si Icha dan Kiki. Yang lebih menguntungkan lagi untuk kita, kita enggak perlu bayar mahal ke mereka he he he". Usul nya.

Yang lain manggut - manggut menyetujui usulan Imam.

"Betul juga itu Bang kata si Imam. Lagian kan sekalian juga dari situ kita bisa merekrut model baru dan membangkitkan rasa percaya diri mereka". Timpal yang lainnya.

" Iya usulan nya bagus, tapi masalah nya dalam 2 hari mana mungkin bisa. Belum lagi kita harus mengajarinya dan resiko yang kita dapat. Ini brand ternama lho yang kita bawa, kita harus pakai model professional. Jangan sampai kejadian waktu itu terulang lagi". Ia berkata lalu melirik Imam dengan mata tajam.

"Dan kau juga! Jangan lagi sembarangan buat cuti sendiri tanpa persetujuan aku. Bukan tak tanggung itu sebulan hiiist".

" He he he, nama nya Bos mau kawin jadi ya kita harus libur bekerja lah. Mana tahu kami Bos bakal batal kawin dan kejadian nya seperti ini he he he". Imam tertawa cengengesan sembari menggaruk kepalanya.

"Hiiiist enak kali kau cakap. Harusnya yang libur itu cuma aku saja enggak semua nya libur. Memang nya yang mau kawin semua yang ada di studio ini? Ha?". Omelan Omen menyindir semua rekan kerjanya. Mereka tertunduk.

" Permisi...". Tiba - tiba seseorang menyapa di tengah - tengah mereka sibuk sedang berdiskusi.

Mata mereka pun tertuju pada pusat suara terkecuali Omen yang memutuskan untuk beranjak menuju ke dalam ruangannya.

Sontak membuat Imam langsung mendekatinya.

"Iya Mbak? Mbak lagi cari siapa ya? Dan ada keperluan apa ya?". Ia bertanya sembari memperhatikan wajah wanita yang ada di hadapannya ini.

" Muka cewek ini kok kayak pernah lihat ya? Tapi siapa ya?". Pikirnya dalam hati.

"Omen nya ada? Saya Widya teman nya Omen yang pernah ke sini menunggu nya di pagi hari tempo lalu". Ternyata ia adalah Widya, pantesan saja Omen langsung meninggalkan mereka semua masuk ke dalam ruangannya, ternyata ia melihat siapa yang datang.

" Oh... Mbak yang waktu itu toh. Pantesan saja kok aku kayak pernah lihat wajah nya Mbak he he he". Imam baru ingat.

"He he he iya. Omen nya ada kan? Apa saya boleh ketemu sama dia?". Widya bertanya lagi.

" Oh ada - ada. Boleh lah Mbak. Bang Omen nya ada di dalam ruangannya kok Mbak. Yuk Mbak kita langsung saja masuk ke dalam ruangannya he he he". Imam langsung mengajak Widya menuju ke ruangan Omen dan ia pun mengikuti Imam dari belakang sembari menebarkan senyuman nya pada rekan - rekan Omen yang terkesima melihat kecantikan Widya.

"Bang... Ini ada teman kau yang waktu itu nungguin kau di sini pagi - pagi buta". Tanpa mengetuk pintu Imam langsung menerobos pintu itu lalu memberitahu Omen kedatangan Widya.

Omen memutar bola matanya.

" Hmm... Ya sudah suruh saja dia masuk". Jawabnya sedikit bernada ketus.

Imam menyuruh Widya untuk masuk ke dalam kemudian Omen mengusir Imam dan langsung mengunci pintu ruangannya agar Imam tidak heboh mengepo'in mereka.

Mereka sempat hening sejenak karena Omen masih sibuk dengan kamera nya tanpa membuka suara sedikit pun.

"Akhirnya ya studio ini sudah menjadi milik kamu sekarang. Ingat kali aku dulu gimana perjuangan kamu membangun studio ini dan sekarang menjadi studio terbesar di Kota Medan ini he he he". Tuturnya sembari melirik ke seluruh ruangan itu.

Omen meliriknya sekilas lalu beralih lagi pada kameranya.

"Ada apa kamu ke sini pagi - pagi gini? Memangnya kamu enggak punya kesibukan lain?".

Widya menoleh ke arah wajahnya kemudian berjalan mendekatinya. Dengan tiba - tiba ia merampas kamera Omen lalu berlari menjauh dari Omen.

" Widya kembali kan kamera aku!". Dengan langkah malas ia mengejar Widya yang selalu menghindar setiap kali Omen mengejarnya.

"Tangkap aku kalau bisa lweeek 😜 hi hi hi". Sepertinya Widya ingin bernostalgia ke masa - masa dimana mereka pacaran dulu.

Omen /" Widya please jangan bercanda. Aku lagi banyak kerjaan ini. Jangan main - main".

"Tangkap dulu donk. Biasanya kamu paling jago menangkap aku kalau kita main kejar - kejaran waktu kita pacaran dulu hi hi hi". Widya masih bersikeras membuat Omen mengingat masa - masa itu.

" Widya tolong lah! Aku enggak ada waktu untuk main - main". Omen membentak Widya karena emosi nya sudah tak tertahan lagi karena stres yang di alami nya pada saat itu.

Sontak membuat Widya menghentikan langkah nya dan murung karena untuk pertama kali nya Omen membentaknya.

Tak lama air mata Widya mengalir ke pipi nya sembari ia menyodorkan kamera itu.

Omen mengusap wajah nya karena ia sadar tidak seharusnya ia membentak Widya.

"Maafin aku Widya. Aku enggak sengaja membentak kamu". Omen meraih tangan Widya namun ia menepisnya.

" Widya, aku minta maaf. Aku khilaf karena aku lagi stres dengan pekerjaan aku tapi malah kamu yang kena. Aku minta maaf". Omen benar - benar merasa bersalah. Kemudian ia mengarahkan tubuh Widya untuk duduk di sofa sembari menatap mata Widya yang sudah basah karena air mata nya lalu menyekanya.

"Kamu sekarang benar - benar berubah. Kamu sudah bukan seperti Omen yang aku kenal dulu. Omen yang enggak pernah marah sama aku, Omen yang selalu membuat aku tertawa dan tersenyum hu hu hu. Kamu benar - benar berubah". Widya semakin menangis.

Omen meraih tangan Widya lalu menggenggamnya " Cup... cup... cup... Aku sama sekali enggak pernah berubah kok, aku masih seperti yang dulu kamu kenal. Hanya situasinya saja yang berbeda".

"Apa perasaan kamu untuk aku masih sama seperti dulu?". Widya langsung bertanya.

Omen sontak melepaskan genggaman tangannya. Wajah Omen berubah.

" Apa kamu masih mencintai aku seperti dulu?". Widya bertanya lagi pada nya.

Omen tidak tahu harus menjawab apa sebab ia sendiri pun tidak tahu bagaimana perasaan nya yang sebenarnya. Ia pun berdiri dan ingin keluar dari ruangannya.

"Um... Widya sebaik nya kamu pulang saja. Aku sedang sibuk di sini, nanti kita akan mengobrol lagi, aku akan menemui kamu. Aku janji".

Widya langsung meraih tangan Omen untuk mencegahnya pergi /" Sekali saja!".

Omen menoleh ke belakang lalu Widya berdiri dan mendekatinya.

"Sekali saja berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita yang pernah aku hancurkan. Sekali saja berikan aku kesempatan untuk menebus kesalahan aku sama kamu".

Omen hanya terdiam sembari menatap wajah Widya yang semakin dekat dengan wajahnya. Widya menciumnya dan tak sedikit pun Omen menolaknya. Widya semakin memburunya dengan menggebu - gebu.

Namun dengan sekejab (seketika) Omen tersadar lalu ia mendorong tubuh Widya karena mencegahnya agar ini tidak berlanjut lebih jauh dan berakhir penyesalan.

"Enggak Wid... Kita enggak bisa seperti ini. Maaf...". Omen menggelengkan kepala nya dan lagi - lagi ia meninggalkan Widya sendirian di ruangannya.

Omen berjalan begitu cepat.

" Mam... Tolong kau antar kan dulu tamu aku pulang. Aku harus pergi sekarang juga".

Imam dan yang lainnya mengerutkan dahinya.

"Kau mau kemana Bang? Bukan nya kerjaan kita masih banyak?".

" Aku mau mencari pengganti Icha dan Kiki. Kalian tetap lanjuti pekerjaan kalian di sini dan pastikan tamu ku sudah pulang". Jawabnya dan keluar dari studio dengan terburu - buru.

"I... iya Bang". Imam manggut - manggut dan rasa penasarannya pun muncul.

Tak lama Widya pun keluar dari ruangan Omen dengan wajah murung. Belum sempat Imam menghampirinya, ia sudah berlalu lebih cepat.

Rasa penasaran Imam semakin memuncak.

" Sebenarnya ini cewek siapa sih? Apa hubungannya sama Bang Omen. Apa jangan - jangan gara - gara nih cewek makanya pernikahan Bang Omen sama Kak Ratna batal? Hmm... Aku rasa kayak nya iya ini, pasti gara - gara ini cewek. Aku rasa ini cewek mantan nya Bang Omen atau memang pacar nya Bang Omen, karena kemarin dia dijodohin sama Kak Ratna jadi mereka putus. Terus sekarang mereka bisa bersama lagi karena pernikahan itu batal". asumsi - asumsi enggak jelas terlintas di pikirannya dan mencurigai hubungan mereka yang terlihat misterius.

Omen sangat kesal pada dirinya sendiri. Berulang kali ia memukul - mukulin stir mobilnya sembari melontarkan kata - kata kotor yang biasa di lontarkan anak Medan jika ia merasa emosi (Enggak semua anak Medan seperti itu ya! Tergantung individu nya ✌😁).

Tanpa sengaja Omen menghentikan mobilnya secara mendadak dan menabrak bumper mobil sport berwarna putih yang sudah berhenti di depan mobil nya sejak lampu merah menyala.

Mata Omen terbelalak lalu menepuk jidatnya karena ia tidak sadar bahwa lampu merah.

"Ya ampun! ****** lah aku. Haduh suka kali kau nambah masalah lagi Men. Haiiiiiiht....".

Sang pemilik mobil sport putih itu pun keluar dari mobilnya lalu melihat bumper mobilnya sudah hancur. Sedangkan orang - orang sekitar sudah berduyun - duyun mengerumuni mobil mereka.

Omen sudah pasrah saja apa yang akan terjadi pada nya, apa lagi mobil yang ia tabrak itu pemilik nya adalah seorang wanita yang mungkin enggak akan melepaskan dia sampai ia memberikan ganti rugi sesuai dengan apa yang di inginkan sang pemilik mobil.

"Aduh...! Mati lah aku. Malah yang punya perempuan lagi. Mau lah aku kena repetan emak - emak ini. Haiiiih".

Wanita itu mengetuk kaca mobil Omen lalu memintanya untuk keluar dari mobil.

Dengan berat hati Omen keluar dari mobilnya.

Wanita itu langsung menarik tangan Omen lalu menunjukkan bumper mobilnya yang hancur parah.

"Mata anda, anda letak dimana? Enggak lihat apa itu tuh lampu merah? Lihat! Bumper mobil saya jadi hancur kayak gini". Ia terus nyerocos memarahi Omen.

"Iya Mbak, maaf. Saya tahu saya salah. Saya akan mengganti semua kerugiannya". Omen hanya bisa pasrah.

" Iya lah, harus itu. Pokoknya anda harus menanggung semua kerugian saya". Wanita itu membuka masker nya.

"Rania?". Mata Omen terbuka lebar ternyata pemilik mobil itu adalah Rania. Omen sama sekali tidak mengenalinya karena Rania mengenakan masker dan kacamata nya.

Rania mengerutkan alisnya memperhatikan wajah Omen.

" Omen?". Ia pun menyadarinya karena ia pun juga tidak mengenali Omen dengan penampilan rambut baru nya.

"Iya aku Omen. Ha ha ha ternyata kamu".

Semua warga sekitar pun bubar dan kecewa karena mereka tidak dapat melanjutkan tontonan yang sudah berakhir.

Omen dan Rania langsung membawa mobil mereka ke bengkel langganan mereka.

" Ha ha ha maaf ya Rania karena sudah menabrak mobil kamu dari belakang, serius deh aku sama sekali tidak sengaja, aku juga enggak sadar kalau itu sudah lampu merah hi hi hi 🙏😣". Sebelumnya Omen mengajak Rania duduk berdua di caffe yang ada di bengkel itu selagi mereka menunggu mobil mereka yang sedang di perbaiki.

"Hmm... Untung yang nabrak kamu. Kalau itu orang lain mungkin enggak akan aku kasi ampun, karena aku baru saja mengecat mobil aku hufft". Rania melototkan mata nya memandang Omen.

Omen /" Ha ha ha ya maaf. Aku bakalan nanggung semua biaya kerusakan nya kok".

"Harus. Kamu harus tanggung jawab". Rania melipat kedua tangannya dengan pandangan sinis nya sembari menahan tawanya.

Omen /" Oh ya, tapi beneran lho kalau kamu enggak buka masker kamu, mungkin sampai sekarang aku enggak bakalan mengenali kamu ha ha ha".

"Hmm aku pun juga enggak mengenali kamu karena penampilan rambut kamu itu". Rania menunjukkan ke arah rambut hitam Omen.

" Ha ha ha, iya banyak yang enggak mengenali aku setelah aku mengubah warna rambut aku ke warna asli nya". Ujarnya sembari memegang rambutnya.

"Iya... Bukan cuma warna nya saja yang berubah bahkan potongan rambut nya juga maka nya aku enggak mengenali kamu. Karena kan yang aku kenal rambut kamu itu semi gondrong dan berwarna kuning fu fu fu. Terus kemana rambut itu? Kenapa di ubah?". Rania hapal sekali mode rambut Omen yang terdahulu.

"He he he iya. Aku di paksa sama Mamak ku untuk mengubah rambut aku menjadi lebih rapi". Jawabnya.

Rania /" Hmm... Pasti kamu anak yang penurut sama orang tua he he he, iya kan?".

"Enggak. Siapa bilang? He he he. Kemarin itu aku terpaksa mengubahnya karena aku mau melamar anak gadis orang he he he".

Jawaban Omen membuat wajah Rania berubah tidak mengenakan.

" Jadi kamu mau menikah ya?".

Omen menaikkan kedua alisnya sembari menyeruput minuman nya.

"Heeem... Tadi nya. Tapi enggak jadi".

Rania /" Di tunda maksudnya?".

Omen menggelengkan kepalanya.

"Di batalkan. Aku batal menikah".

Rania terkejut.

" Lho kenapa? Apa ada masalah? Ehh sorry. Aku kok jadi kepo kayak gini ya? Maaf ya he he he". Awalnya Rania bersemangat mempertanyakannya pada Omen.

"He he he enggak apa - apa kok, wajar he he he. Lagian aku mau kok cerita ke kamu". Omen tersenyum memandangi wajah Rania yang sangat penasaran dengan kisah cintanya.

Omen pun menceritakan inti dari kisah itu, sebab yang lain tidak penting untuk di ceritakan pada Rania.

" Ya ampun! Nama nya juga jodoh ya kan. Kita enggak pernah tahu jodoh kita itu siapa dan seperti apa". Rania merasa simpatik pada nya

"He he he iya, betul itu. Tapi terkadang kita suka membayangkan siapa sosok jodoh kita itu. Betul enggak sih?". Omen melirik Rania yang menganggukkan kepalanya.

Rania /" Hu uh... Aku juga suka seperti itu. Membayangkan kira - kira seperti apa wujud dari sosok jodoh ku itu. Bahkan aku sering membayangkan bahwa jodoh ku itu laki - laki paling keren sejagat raya ha ha ha".

"Ha ha ha, ternyata kamu wanita yang tukang mengkhayal juga ya hi hi hi". Omen tidak menyangka bahwa Rania bisa di ajak se-akrab itu.

Rania memang orang nya humble jika kita sudah mengenalinya lebih dekat. Bahkan kita bakalan mengetahui wujud asli Rania yang jauh dari image yang biasa orang kenal yaitu wanita yang anggun, sombong dan tidak suka berteman.

Justru wujud aslinya malah sebaliknya. Ia tidak peduli mereka mau menganggap dirinya seperti apa karena bukan lah hal yang penting baginya untuk mendengarkan apa kata orang lain.

Ia pun tetap mempertahankan image nya itu hanya demi melindungi diri nya sendiri dari orang - orang yang dapat mencelakainya kapan pun.

CHAPTER 2

Ratna meminta pada Egga untuk bertamu ke rumah orang tua gadis yang sudah mendonorkan jantung nya untuk Ratna.

Ia ingin mengucapkan rasa terimakasih nya kepada orang tua gadis itu.

"Kalian pergi berdua saja? Tidak kan?". Bu Hanna bertanya pada mereka di saat Egga sedang membantu Ratna untuk masuk ke dalam mobil.

Kesehatan Egga jauh lebih cepat sembuhnya ketimbang kesehatan Ratna, Egga pun sudah bisa berjalan dengan normal karena usaha nya selama sebulan ini tiada hentinya.

" Enggak Ma. Kami perginya sama Eggy dan Almira, lagian kami juga enggak tahu dimana alamat rumah orang tua gadis itu he he he, cuma kami ketemuan nya di tengah karena Eggy harus mengantar Ghifari dulu ke sekolah". Egga menjawab pertanyaan Bu Hanna.

"Hemm... Kalau bisa kamu jangan dulu lah menyetir mobil sendiri. Kamu pakai supir gitu. Kaki kamu kan baru saja sembuh". Beliau merasa sedikit khawatir.

" Enggak apa - apa Ma. Kalau enggak di latih dari sekarang nanti Egga keburu lupa cara nya menyetir mobil he he he". Celetuknya.

Bu Hanna /"Kamu ini. Mama kan khawatir sama kalian, kalian baru saja sembuh".

Egga mendekati Bu Hanna lalu memeluk beliau. Ratna tak berbicara sepatah kata pun, ia hanya tersenyum melihat keduanya.

"Mama jangan khawatir. Mama cukup doakan saja agar kita selalu di beri keselamatan dan kesehatan".

Bu Hanna menganggukkan kepalanya.

" Iya, kalau itu sudah pasti Mama lakukan Ga".

"Ya sudah. Kami berangkat ya Ma. Kami titip Tara bentar". Egga melepaskan pelukan nya lalu mengecup dahi beliau.

" Kami berangkat ya Ma". Ratna pun juga berpamitan.

"Iya kalian hati - hati di jalan ya".

" Iya Ma".

Mereka pun berlalu. Kemudian bertemu dengan Eggy sesuai dengan tempat yang mereka janjikan.

Setelah melalui perjalanan yang menghabiskan waktu 1 jam akhirnya mereka pun sampai di depan rumah tersebut.

Mata Ratna berkaca - kaca ketika ia melihat rumah itu dan jantungnya pun berdegup kencang seakan ia sangat mengenal rumah itu.

"Assalamualaikum". Eggy mengucapkan salam dengan suara yang cukup keras agar sang pemilik rumah mendengarnya.

Tak butuh waktu yang lama menunggu, sautan itu pun terdengar dari dalam rumah.

" Waalaikumsalam. Siapa ya?".

Seorang wanita paruh baya pun muncul setelah ia membukakan pintu rumah nya.

Beliau memperhatikan satu per satu dari mereka berempat dan beliau hanya mengenali Eggy saja.

"Ehh Pak Dokter. Silahkan masuk, silahkan". Dengan ramah nya ia mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumahnya.

" Silahkan duduk Pak, Bu. Saya permisi ke belakang dulu".

"Iya Bu terimakasih". Almira menjawabnya.

Sedangkan Ratna hanya terdiam melihat sekeliling rumah itu. Ia mendorong kursi roda nya sendiri kemudian ia mengarah ke satu potret di dalam rumah itu yang terdapat sekumpulan foto - foto keluarga sang pemilik rumah.

Hatinya terasa ada yang aneh ketika ia melihat foto - foto itu dan tanpa ia sadari air matanya mengalir seketika.

Seorang anak perempuan berumur 4 tahun tiba - tiba memeluk tubuh Ratna.

"Kak Sarah!". Ucapnya.

Sontak membuat mereka terkejut terutama Ratna. Jantung Ratna berdegup semakin kencang di saat anak perempuan itu memeluknya dengan erat.

" Shella. Kamu enggak boleh kayak gitu lho. Ayo sini nak sama Bunda". Beliau mencoba menggendong anak perempuan yang bernama Shella itu, namun ia tidak mau.

"Enggak mau Bun. Shella mau sama Kak Sarah saja, Shella enggak mau sama Bunda. Shella mau sama Kak Sarah". Ia semakin mengeratkan pelukannya.

Air mata Beliau mengalir seketika lalu tertawa kecil. Beliau pun merasa tidak enak melihat anak nya seperti itu.

" He he he maaf kan anak saya ya Bu. Soalnya anak saya mungkin lagi rindu sekali sama Kakak nya. Kakak nya baru saja meninggal, karena Shella masih kecil jadi dia belum mengerti soal ini. Dia kira Kakak nya pergi ke sekolah yang jauh he he he".

Almira, Eggy, Egga dan Ratna sebenarnya dari awal sudah mengerti kenapa Shella tiba - tiba memanggil Ratna dengan sebutan Sarah dan memeluknya.

Karena Shella merasakan detakan jantung Sarah masih hidup di dalam tubuh Ratna.

Air mata Ratna mengalir tak tertahankan.

"He he he. Tidak apa - apa Bu. Mungkin Shella merasakan Sarah ada di sini". Ratna berkata sembari memegang dadanya tepat pada jantungnya.

Wanita paruh baya itu terkejut, ternyata yang menerima jantung anak nya adalah wanita yang sedang di peluk oleh anak bungsunya itu. Beliau baru lah sadar kenapa Shella tiba - tiba memeluk Ratna dan memanggilnya Sarah.

Air matanya pun mengalir sejadi - jadinya. Beliau langsung memeluk Ratna, ia ingin merasakan detakan jantung anaknya sedang berdetak meski tidak di dalam tubuh anaknya sendiri dan ia juga ingin melepaskan rasa rindunya pada Sarah.

Tak lama mereka pun di bawa ke makam nya Sarah yang terletak tak jauh dari perumahan itu.

Ratna meneteskan air mata nya sembari mengusap batu nisan yang tertulis nama Sarah Wulandari, gadis belia yang rela memberikan jantungnya untuk Ratna.

"Padahal kita tidak saling mengenal satu sama lain. Kamu hanya mengetahui sedikit dari kisah saya dan kamu langsung rela memberikan jantung ini untuk saya. Andaikan saja kita di pertemukan walau hanya sebentar. Saya ingin mengucapkan terimakasih banyak sama kamu karena kamu sudah memberikan saya kehidupan. Saya berjanji, saya akan menjaga jantung ini sebaik - baik mungkin dan semoga kamu termasuk golongan orang - orang yang berada di sisi ALLAH, Aamiin".

"Aamiin". Yang lain pun berseru sembari meneteskan air mata mereka karena melihat moment yang mengharukan tersebut.

Hari sudah menjelang sore, mereka pun berpamitan pada keluarga Sarah meski ada nya drama sang adik, Shella bersikeras melarang Ratna untuk pergi darinya namun Ratna berhasil membujuknya dengan menjanjikan nya akan datang lagi menemuinya suatu hari nanti.

" Bang kami langsung pulang saja lah ya? Soal nya bentar lagi Ghifari pulang nih. Kami mesti jemput dia". Eggy membuka kaca mobilnya dan langsung meminta mereka berpisah arah.

Egga /"Iya enggak apa - apa. Kalian hati - hati ya di jalan".

Eggy /"Iya Bang. Kalian juga hati - hati. Kalau sudah sampai di rumah langsung hubungi aku. Terus titip salam sama Mama dan Papa, sampaikan maaf karena aku enggak singgah ke sana".

Egga /"Iya, bawel kali lah kau hi hi hi".

" Ha ha ha, ya sudah. Assalamualaikum". Eggy pun berlalu dengan arah yang berbeda.

"Waalaikumsalam. Memang lah anak itu, bawel nya minta ampun, binik nya saja tidak se-bawel itu ha ha ha". Egga geleng - geleng kepala lalu melajukan mobilnya.

Ratna pun tertawa kecil.

" He he he, iya Eggy sangat berbeda di antara kalau dia lagi di rumah sakit dan lagi bersama kita. Bahkan aku sangat terkejut waktu pertama kali mengenalnya dari dekat. Ternyata asli orang nya bocor he he he".

Egga /"Ha ha ha iya dia memang gitu orang nya. Kalau di rumah sakit sok wibawa dan galak tapi kalau sudah di rumah hmmm jangan tanya lagi, emak - emak kalah di buat nya ha ha ha".

Ratna ikut tertawa dan menyenderkan kepalanya pada lengan kiri Egga lalu melingkarkan tangan nya memeluk lengan Egga.

Egga tersenyum kemudian mencium kepala Ratna.

"Habis ini kita mau kemana?".

Ratna /" Pulang donk lalu apa lagi selain pulang".

Egga /"Jangan pulang dulu donk. Sudah lama kita enggak jalan berdua. Jalan ke mall atau kemana gitu".

Ratna menggelengkan kepalanya.

"Enggak mau. Aku enggak mau jalan - jalan ke tempat yang di kunjungi banyak orang".

" Ya sudah. Kalau gitu gimana kalau kita booking tempat saja khusus untuk kita berdua. Misalkan hotel atau pun restaurant. Pokoknya terserah kamu saja nanti tinggal kita booking saja. Gimana?". Egga mengusulkan idenya sebab ia memahami kondisi Ratna yang masih belum siap berada di tengah - tengah keramaian.

Ratna /"Hemm... Terserah kamu saja deh. Eh tapi kamu harus ngasi tahu dulu sama Papa Mama dan Tara kalau kita pulang telat, nanti takutnya mereka khawatir".

"Iya pasti di kabarin kok sayang. Nanti aku kasi tahu ke mereka kalau kita enggak pulang malam ini karena kita mau bulan madu semalaman saja hi hi hi". Egga menggoda Ratna sembari memegang dagu Ratna dengan gemas.

Ratna tersipu malu sehingga wajah nya memerah.

Akhirnya Egga memutuskan untuk membooking sebuah kamar hotel dengan fasilitas yang mewah dan lengkap. Ia pun tak lupa mengambil fasilitas candle light dinner untuk paket bulan madu.

Mata Ratna berbinar - binar menatap dekorasi yang di buat khusus untuk pasangan yang sedang berbulan madu di hotel tersebut serta langit yang bertaburan bintang tak mau kalah menghiasi suasana malam romantis itu.

"Kamu suka enggak?". Egga mendekati Ratna yang sudah duduk di kursi pas di pinggir kolam renang. Kemudian ia melingkarkan tangan nya pada pinggang Ratna.

Ratna menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

" Suka banget. Terimakasih ya sayang".

"Iya. Aku senang kalau kamu suka". Egga memandangi wajahnya.

Ratna menyenderkan kepalanya pada bahu Egga dengan manja lalu menggenggam tangannya.

"Aku enggak menyangka perjalanan cinta kita sampai sejauh ini. Pokoknya ada banyak perjalanan yang kita lewati dan itu tidak mudah. Dari Tari kita di pertemukan kembali dan dari Tari juga kita di persatukan. Aku sangat ber terimakasih pada nya".

Egga /"Heem... Iya kamu benar. Ternyata dengan hadirnya Tari dalam hidup kita tersimpan rencana ALLAH yang menyatukan aku pada cinta pertama ku he he he".

Ratna menoleh melihat wajah Egga sembari tersenyum.

"Iya, tapi walau pun begitu. Sampai kapan pun aku tak akan bisa menggantikan posisi Tari dalam hati dan hidup kamu. Aku tak akan mengubah sedikit pun hati kamu untuk Tari".

Egga tersenyum sembari menatapnya begitu dalam. Perlahan ia mendekatkan wajah nya pada wajah Ratna lalu menciumnya dengan bertubi - tubi dan tanpa penolakan dari Ratna bahkan ia pun melingkarkan tangannya pada leher Egga.

Kemudian Egga menggendong tubuh Ratna dan masuk ke dalam kamar serta menutup jendela itu lalu membiarkan malam romantis itu menjadi saksi cinta mereka yang menggebu - gebu.

...

"Suam". Almira memanggil Eggy dengan manja sembari memainkan tangan Eggy yang berada di pinggangnya.

" Hmm?". Eggy meliriknya.

Almira /"Ist pengen makan rujak yang pedas".

Sontak membuat Eggy bangkit yang sejak tadi rebahan sembari memeluk Almira.

"Apa? Serius lah Ist?".

Almira mengangguk pelan.

"Iya serius. Ist pengen makan rujak lho".

" Ist enggak lihat itu sudah jam berapa?". Eggy menunjuk ke arah jam dinding.

Almira melirik nya juga.

"Lihat, itu sudah jam 12 malam, tapi Ist pengen kali lho Suam".

" Nah tuh tahu. Mau dimana Suam cari rujak nya jam segini sayang? Mana ada lagi tukang rujak yang buka. Jangan kan tukang rujak, tukang - tukang lainnya pun sudah pada tutup lho". Eggy merengek sembari guling - guling di atas tempat tidur.

Almira memanyunkan bibirnya.

"Hiks hiks... Tapi Ist pengen kali lho Suam".

Eggy berhenti berguling - guling kemudian mendekati Almira.

"Ist seriusan kepengen kali makan rujak malam ini juga?".

Almira menganggukkan kepalanya sembari melihat wajah Eggy yang sembringah.

Tiba - tiba Eggy melompat - lompat kegirangan di atas tempat tidur seperti anak kecil.

"Yeee yeee yeee yeee..."

Alis mata Almira menyatu melihat tingkahnya.

"Suam kenapa?".

" Ayo kita makan rujak, biar Suam saja yang buat rujaknya untuk Ist". Eggy langsung menarik tangan Almira menuju ke dapur mereka.

Eggy menyuruh Almira duduk cantik sembari menunggu ia membuat rujak.

Meski Almira masih merasa heran namun ia tetap menurut dan enggak sabar mau makan rujak buatan Eggy.

Eggy sibuk membongkar semua isi kulkas lalu ia mengeluarkan semua buah - buahan serta bahan - bahan untuk membuat bumbu rujak.

Hanya buah apel, pir, jambu madu dan semangka yang bisa di jadikan rujak, sedangkan buah - buahan yang lainnya seperti pisang, strawberry, jeruk ia simpan kembali ke dalam kulkas.

"Kalau buah nya cuma ini bisa enggak Ist?".

Almira melihat buah - buahan itu sudah tergeletak di atas meja.

" Hmm... Bisa sih, tapi enggak ada mangga muda sama jambu kelutuk (jambu biji) nya mana enak".

"Hmm...". Eggy memutar bola matanya, ia sedang memikirkan sesuatu.

" Tunggu bentar ya". Eggy langsung bergegas menuju ke arah pintu belakang rumah mereka. Ia teringat bahwa mereka memiliki pohon mangga arum manis yang kebetulan sedang berbuah.

"Suam mau kemana?".

" Bentaaaaaaar". Teriaknya sembari berlari.

Tak lama Eggy pun kembali ke dapur dengan membawa 2 buah mangga muda di tangannya.

Almira nyaris terpelongo melihat Eggy.

"Jadi Suam lari - lari karena mau ngambil mangga di halaman belakang?".

" Iya he he he. Tapi tadi Ist bilang, kalau enggak ada mangga muda dan jambu kelutuk rasa nya enggak enak. Jadi Suam teringat kalau pohon mangga kita lagi berbuah maka nya Suam langsung petik, untung buah nya masih mengkal (muda) hi hi hi". Eggy pun nyengir bagaikan kuda. Lalu segera mencuci buah - buahan itu.

"Ma Sya ALLAH sayang. Iiih gemes banget sih. Ummmm....". Almira mencubit kedua pipi Eggy dengan gemas. Ia pun terharu melihat kegigihan Eggy demi memenuhi keinginannya yang pengen makan rujak.

Setelah lama menunggu akhirnya Almira pun menikmati rujak buatan Eggy.

Eggy berharap - harap cemas melihat eskpresi wajah Almira yang kurang mengenakan di saat ia mencicipi rujak buatannya.

Eggy /"Gimana? Enak enggak Ist?".

"Emm... He he he". Almira tertawa getir.

Karena Eggy penasaran ia langsung menyomot rujak itu dan sontak wajah nya berubah getir.

" Gimana Suam?". Almira meliriknya sambil menahan senyumnya.

"Rasanya kok manis kali ya? He he he". Eggy menggaruk kepalanya.

Almira tertawa kecil.

" He he he. Mungkin Suam terlalu banyak narok (meletakkan) gula merah nya makanya manis kali rasanya he he he".

Wajah Eggy terlihat murung.

"Jadi gimana donk? Apa Suam harus nyari juga rujak nya di luar?".

Almira tersenyum dan ia tahu bagaimana perjuangan Eggy membuat rujak itu untuk nya.

" Enggak perlu Suam. Ini tinggal di tambah saja lagi bahan bumbu lainnya biar seimbang rasa manisnya".

Almira pun mengatasi bumbu rujak itu agar terasa enak.

"Hmm... Aturannya Ist tinggal enak menikmati rujak nya ehh malah Ist juga turun tangan memperbaiki rasa bumbu rujak nya karena rasa buatan Suam enggak enak. Hufft". Eggy tertunduk kesal pada dirinya.

Almira tersenyum.

"Hmm... Sama seperti suatu hubungan, kita harus melengkapi kekurangan pasangan kita dengan kelebihan yang kita punya. Jadi maka dari itu Ist harus mengatasi bumbu rujak ini biar jadi semakin enak he he he". Almira pun selesai lalu menyodorkan bumbu rujak itu.

Akhirnya mereka pun bisa menikmati rujak itu sesuai dengan selera lidah mereka, bahkan mereka melahap habis rujak itu hingga tak bersisa.

CHAPTER 3

Imam melirik Omen penuh dengan rasa curiga di tambah lagi ia melihat Omen senyum - senyum sembari mengutak - ngatik ponselnya.

"Kau kenapa Bang senyum - senyum kayak gitu?". Imam bertanya sembari memegang dahi Omen lalu memegang pant*t nya untuk menyamakan suhu kedua nya 😆.

" Hiiis apaan sih kau? Kenapa pulak kau pegang - pegang jidat aku habis itu kau pegang pulak pant*t kau itu?". Omen menepis tangan nya.

"Kau yang kenapa senyum - senyum enggak jelas nengokin (lihat) hp kayak orang gile (gila) gitu? Aku mau nge- check suhu jidat kau itu sama enggak panas nya sama pant*t aku. Kan katanya orang - orang dulu kalau mau nge-check orang yang lagi sakit kayak gitu". Imam pun duduk di samping nya.

"Kepala kau kayak gitu ha ha ha. Mana ada orang - orang dulu kayak gitu ngelakuin nya. Kau pun sibuk kali lah. Suka kali mau tahu urusan orang". Omen memutar bola mata nya dan masih tetap fokus pada ponselnya.

Imam /"Hmm... Masalah nya aku sudah di amanah kan sama Mamak kau Bang untuk ngejagain kau di sini, jadi aku harus tahu kalau kau itu kenapa dan ngelakuin apa saja seharian ini sampai senyum - senyum kayak gitu".

"Elleh... Alasan kau saja. Bilang saja kau itu mau kepo. Lagian enggak perlu aku di jaga sama kau. Wuuu". Omen memunggungi dirinya.

Imam /" Huuuh, ya sudah lah, paling nanti aku enggak bakalan tanggung jawab kalau kau kenapa - kenapa. Oh ya Bang. Teringat aku, sudah kau dapatkan itu penggantinya si Kiki sama si Icha?".

Omen menepuk jidatnya dan sadar bahwa ia harus mendapatkan pengganti mereka secepatnya.

"Astaga, aku lupa".

Imam menepuk lengan Omen cukup keras.

" Tuh lah kau kan. Ini kau karena kebanyakan senyum - senyum sendiri gini jadi nya. Jadi gimana nih cerita nya? Waktu kita tinggal 2 hari lagi lho Bang. Kau enggak mau pakai usulan aku".

Omen mengusap wajah nya lalu meletakkan ponselnya di atas meja.

"Aduuuuuh pening pun aku jadinya. Kalau usulan kau itu nanti - nanti saja di pakai pas kalau kita memang lagi nyari model baru untuk event. Kalau yang ini kita mesti nyari pengganti yang sudah profesional".

Imam /"Hmm... Gimana kalau binik nya Bang Eggy saja Bang? Binik Bang Eggy kan cantik tuh orang nya".

Omen menepuk jidat Imam karena usulan nya enggak pernah menemukan jalan keluar.

"Binik si Eggy kan pakai hijab paok. Sedangkan produk ini harus memamerkan rambut nya. Hiiis, kau itu kalau ngasi usulan enggak pernah pakai pikir dulu".

Imam /" Ya mana tahu kan bisa. Naaah.... Kalau enggak, gimana yang jadi model nya Mbak - Mbak yang tadi pagi ke sini? Pas kali itu Bang, Mbak itu putih, tinggi, langsing terus rambut nya juga cantik. Kenapa abang enggak minta dia saja yang ngeganti'in?".

Kali ini usulan Imam sedikit menemukan titik terang tapi Omen harus berpikir semalaman untuk meminta tolong pada Widya.

"Nanti lah aku pikirin. Lagian kita kan butuh nya dua orang".

Imam /" Hemm... Ya coba saja Mbak itu dulu mana tahu dia juga punya teman yang cantik nya sama kayak Mbak itu. Kan kita jadi enggak bersusah payah nyari model kedua nya".

"Aku heran sama kau, kadang otak kau konslet, kadang bagus. Kadang enggak nyambung pun lagi". Omen geleng - geleng kepala sembari melihat Imam yang sedang nyengir.

Omen merebahkan tubuhnya di tempat biasa dimana ia menginap di studio. Ia kembali teringat pada Widya dan kejadian tadi pagi di ruangannya.

"Hmm... Masa iya aku minta tolong sama Widya? Nanti di pikirnya aku ngasi harapan lagi untuk dia. Pening kali lah, entah apa si Widya mesti balik lagi ke sini. Buat aku galau saja huffft".

#Triiing...

Ponselnya berdering, ia pun meraih ponselnya yang terletak di atas meja.

Ia mengerutkan dahinya membaca pesan dari Widya. Kemudian secepat kilat ia bergegas keluar dari studio.

Omen menyetir mobil nya dengan kecepatan yang tinggi, untungnya jalanan sudah sepi mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi.

Ia baru saja mendapatkan pesan dari Widya yaitu sebuah foto Widya yang sedang tergeletak di atas meja seperti nya di dalam semua club malam dan ada seseorang yang mengirimkan foto itu beserta alamat club itu pada nya.

Omen berlari masuk ke dalam club tersebut. Itu terdengar sangat ribut serta lampu - lampu yang berkelap - kelip membuat mata terasa sakit.

Omen pun akhirnya menemukan Widya seperti yang ada di dalam foto itu.

"Abang pacar nya Kakak ini ya? Yang tadi aku Wa pakai nomor kakak ini?". Seorang wanita bertanya pada Omen ketika ia melihat Omen mendekati Widya. Omen pun menganggukkan kepalanya.

"Kakak ini tadi banyak kali minum nya Bang sambil dia teriak nyebutin nama abang gitu. Terus dia nyuruh aku untuk moto'in dia kayak gini dan kirim ke abang".

Omen terdiam menatap kondisi Widya yang menyedihkan. Ia langsung menggendong Widya.

" Terimakasih banyak ya Mbak atas bantuannya. Maaf sudah merepotkan".

"Iya Bang enggak masalah. Lagian sering kok kalau di sini he he he".

Omen pun segera membawa Widya ke studio nya.

" Mam... Imam...". Omen berteriak pada Imam yang sudah tertidur.

"Apa sih Bang? Sudah malam ini, teriak - teriak pulak kau". Ia ngedumel sembari mengucek - ngucek matanya.

" Tolong bantu aku cepat".

Mata Imam terbelalak melihat Omen sedang menggendong seorang wanita yang sedang pingsan. Ia pun berlari menuju ke ruangan Omen dengan rasa takut.

"Bang siapa cewek ini? Kenapa kau bawa ini cewek ke sini? Nanti dia makhluk jadi - jadian Bang. Iih kau lah ini Bang, memang kita lagi sibuk nyari model tapi bukan berarti cewek kayak gini juga lah Bang". Imam terus nyerocos tanpa melihat wajah Widya.

"Sudah, enggak usah banyak cakap kau, cepat kau ambilkan air hangat sama handuk. Terus kau buatkan air madu hangat segelas". Omen merapatkan giginya.

" Iya iya bentar". Imam pun pergi ke dapur. Lalu kembali dengan membawa sesuai yang di minta oleh Omen.

"Nah Bang". Ia pun menyodorkannya.

Omen menyambutnya, lalu dengan perlahan ia menyelipkan rambut Widya ke telinga nya agar memudahkan nya untuk membersihkan make up wajah Widya yang sangat berantakan.

Mata Imam terbuka lebar ketika ia melihat wajah Widya sudah bersih dari make up nya.

"Lah ini kan Mbak - Mbak tadi pagi kan Bang?".

"Bukan. Dia makhluk jadi - jadian". Omen memutarkan bola matanya.

Imam /"Ahh kau Bang. Nama nya juga enggak tahu aku Bang dia siapa, soalnya kan muka nya habis cemong - cemong semua karena make up nya hi hi hi. Ehh tapi Bang kenapa Mbak ini jadi kayak gini bentukannya? Jangan bilang ini ulah kau ya Bang".

Omen menempeleng kan kepala Imam.

"Sembarangan kau kalau ngomong. Tadi ada yang ngirimin foto dia lagi tepar di club malam terus nyuruh aku menjemput dia, karena aku sudah enggak tahu dimana dia tinggal sekarang makanya aku bawa dia ke sini".

Imam /" Oooh gitu! Liar juga rupanya Mbak ini ya Bang he he he, jam segini masih di club malam. Ngeri aah enggak sesuai sama cashing nya yang cocok nya jadi anak rumahan he he he".

Omen menyomot bibir Imam yang dari tadi ngomongnya sesuka hati nya saja.

"Mulut kau itu ya Mam, di jaga sedikit napa. Jangan asal nyerocos saja itu mulut kau. Sudah sana balik lagi kau tidur. Pekak (tuli) kuping aku lama - lama dengerin kau nyerocos teros (mulu)".

" Bentar lagi lah Bang. Aku mau nengok muka Mbak ini dulu he he he". Imam memasang wajah mesumnya melihat Widya dari ujung rambut sampai ujung kaki nya, di tambah lagi Widya mengenakan pakaian mini sehingga paha nya terlihat jelas.

Omen benar - benar kesal pada Imam lalu mengusirnya dengan cara paksa dan mengunci pintu ruangannya.

"Wuuu.... Dasar! Bilang saja mau menikmatinya sendirian". Imam merasa kesal dan kecewa karena tidak dapat melihat Widya lagi.

Omen menghembuskan nafasnya cukup panjang sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh Widya.

Ia memandangi wajah Widya yang terlihat lusuh lalu mengelusnya dengan lembut.

" Kenapa kamu jadi seperti ini sih Wid? Kenapa kamu menghancurkan hidup kamu sendiri? Jujur aku masih sayang sama kamu tapi tetap saja aku sama sekali tidak bisa menerima kamu lagi di dalam hidup aku. Maafkan aku Wid". Tuturnya.

...

Perlahan Widya membuka matanya. Alis matanya menyatu dan merasa heran melihat sekeliling ruangan yang terlihat samar - samar.

Ia pun bangkit namun kepala nya terasa pusing.

"Au... Sh...". Rintih nya lalu melihat Omen yang tertidur di lantai tanpa mengenakan alas kepala alias bantal.

Perlahan ia mendekati Omen lalu memandangi wajahnya sembari mengelusnya dengan lembut.

" Ternyata kamu enggak pernah berubah. Kamu selalu ada di setiap aku membutuhkan mu. Terimakasih". Ia mencium Omen dan membuat nya terbangun.

Omen pun terkejut lalu bangkit.

"Eh... Kamu sudah bangun Wid".

Widya hanya menganggukkan kepala nya sembari tersenyum simpul.

" Gimana badan kamu? Masih terasa pusing atau tidak? Aku sudah siapkan madu hangat untuk kamu tapi kayak nya sudah enggak hangat lagi he he he soal nya buat nya dari subuh tadi he he he". Omen menunjuk ke arah gelas yang berisi air madu di atas meja.

"Iya enggak apa - apa. Nanti bakalan aku minum kok. Oh ya terimakasih ya kamu sudah membawa aku ke sini. Kalau bukan kamu mungkin aku sudah enggak tahu lagi nasib aku bagaimana he he he, mungkin aku bakalan mengulangi kesalahan aku lagi seperti dulu he he he". Widya merasa bersyukur Omen yang membawanya pulang bukan orang lain yang mendapatkan kesempatan untuk menikmati tubuhnya.

"Kenapa kamu jadi seperti ini Wid? Padahal kamu paling enggak suka di ajak lagi ke tempat - tempat seperti itu sejak terakhir kamu mabuk bersama aku, kamu jera ke tempat itu lagi". Omen menatapnya dengan rasa iba.

Widya tersenyum.

" Aku sudah hancur Men. Aku bukan Widya yang kamu kenal dulu. Enggak ada yang bisa aku harapkan lagi, jadi aku memutuskan untuk menghabiskan waktu aku dengan bersenang - senang he he he. Enggak ada yang aku miliki lagi di dunia ini. Bahkan kamu pun juga sudah tidak menginginkan aku lagi he he he".

"Bersenang - senang bukan berarti kita menghancurkan hidup kita Wid. Kamu itu enggak sendirian, banyak yang mencintai kamu, banyak yang menyayangi kamu, kamu itu harus menghabiskan waktu kamu dengan berbahagia bersama orang - orang yang mencintai kamu". Omen benar - benar berubah, pemikiran nya pun semakin dewasa dan bijaksana.

Widya menangis mendengarkan tutur kata yang lembut terlontar dari mulut laki - laki yang biasa ia kenal sembrenget (cablak).

Widya memeluk tubuh Omen dan tangisannya semakin pecah.

Omen pun mengusap punggung nya begitu lembut dan membuat Widya semakin nyaman di pelukan nya.

"Kenapa aku sama sekali tidak bisa menerima kamu kembali lagi ke hidup ku Wid? Padahal ingin sekali aku menghilangkan rasa sedih yang kamu alami selama ini". Omen berkata dalam hatinya.

...

Setelah semua keadaan membaik dan Omen pun sudah mengantar Widya pulang, kini ia menghampiri Eggy di rumah sakitnya.

Sebelumnya mereka memang sudah buat janji untuk ketemu karena Omen membutuhkan bantuannya.

"Oh iya ini beberapa nomor kontak model yang bisa kau hubungi. Aku juga sudah bilang juga sama mereka kalau kau lagi nyari model secepatnya". Eggy menyodorkan beberapa kartu nama teman lamanya.

" Terimakasih bro". Ia pun mengambilnya.

Eggy /"Kau pun lagi, mendadak kali bilang nya sama aku. Kalau enggak kan bisa aku minta tolong sama si Alinka kebetulan dia lagi di Medan katanya".

"Ya mau macam mana lah, si Kiki sama si Icha mendadak sakit dengan bersamaan. Apa enggak sakit kepala otak ku ini". Omen mengeluh sembari memegang kepalanya.

Eggy /" Ha ha ha. Ya sudah, kau hubungi cepat orang itu biar cepat selesai kerjaan kau".

"Iya, aku kirimkan saja ke Imam, biar dia saja yang menghubungi mereka. Aku mau relax dulu di sini, pening kali kepala aku sudah". Omen merebahkan badan ke sofa itu.

" Ha ha ha, jadi kau mau aku periksa ini? Biar aku kasih kau obat anti galau dulu wk wkw wkk kk". Eggy malah meledeknya.

"Kurang ajar kau ha ha ha". Omen melemparkan sebungkus cemilan berupa kacang ke arah Eggy.

Eggy /" Ha ha ha, aku tahu kali kau itu gimana. Kalau sudah gelagat kau kayak gini sudah pasti kau itu lagi galau ha ha ha".

Omen menutupi wajahnya dengan dengan bantal kecil yang ia peluk sejak tadi.

"Woii... Dia malah molor. Galau kenapa kau? Ha?". Eggy menarik - narik bantal itu.

"Hhffff... Sudah lah Gy, suka kali lah kau ngeganggu aku". Omen menepis tangan Eggy.

" Jawab dulu pertanyaan aku. Kenapa kau galau?". Eggy berhasil menarik badan Omen sampai ia terduduk.

"Hiiis kau lah ini. Aku stres tiba - tiba si Widya ngedatangin aku. Dia minta balikan lagi sama aku, dia minta aku ngasi kesempatan sama dia untuk menebus kesalahan nya". Omen pun mulai bercerita.

" Terus kau jawab apa sama dia?". Eggy meliriknya.

"Aku belum berani menjawabnya. Aku bingung mau jawab apa". Omen kembali merebahkan tubuhnya.

Eggy /" Ya sudah apa lagi, tinggal kau terima saja Widya nya, kau kasi dia kesempatan mana tahu setelah ini dia bisa berubah. Kalau bisa langsung saja nikahkan dia enggak usah pakai pacaran - pacaran lagi". Sarannya.

Omen /"Hemm... Enggak semudah itu Gy. Entah kenapa hati aku sudah enggak bisa menerima nya kembali lagi ke kehidupan aku".

Eggy /"Kenapa? Apa karena dia sudah enggak peraw*n lagi dan sudah pernah hamil? Makanya kau enggak bisa menerima dia lagi".

Omen sama sekali tidak kepikiran sampai di situ.

"Ha? Bukan soal itu. Aku pun enggak kepikiran sampai ke situ. Lagian aku enggak mempermasalahkan dia masih peraw*n atau tidak. Tapi memang aku enggak bisa menerima dia lagi".

" Apa mungkin karena kau lagi jatuh cinta sama cewek lain? Makanya kau enggak bisa menerima Widya lagi. Jangan bilang kalau cewek itu Kakak ipar aku ya". Eggy menunjukkan jarinya ke arah wajah Omen.

Sontak membuat Omen terbahak.

"Ha ha ha, gile (gila) kau. Ya enggak lah. Sembarangan saja kau ngomong. Aku itu sama sekali enggak lagi jatuh cinta sama siapa pun apa lagi sama Kakak Ipar kau ha ha ha".

Eggy /" Hemm kan aku cuma menebaknya saja. Mana tahu kan tebakan aku benar".

"Salah nya enggak benar". Omen menimpuk badan Eggy dengan bantal.

Eggy /" Ha ha ha. Ya sudah sekarang mau kau gimana? Jangan lah kau kasih harapan palsu sama anak orang. Kau kasi dia kepastian secepatnya jangan kau gantungi anak orang berlama - lama. Kasihan".

Omen /"Iya. Aku pun juga enggak mau nya gantungi anak orang kayak gini. Haaah.... Andai saja bisa semudah merobek kertas ngasi jawaban ke dia".

Eggy /“Makanya kau sholat terus doa jadi biar langsung di kasi ALLAH mana yang terbaik untuk kau. Ini kagak! Sholat pun bolong - bolong masih. Malu lah kau sama umur".

Omen /"Hmm... Iya malu kali lah aku ini. Apa lagi aku datang nya di saat aku butuh saja. Memang enggak ada otak aku ini".

"Memang iya. Ha ha ha". Eggy terbahak mengejeknya.

" Sompret aku Gy ha ha ha".

Eggy /"Lah kan memang iya. Buktinya kau sendiri kok yang bilang begitu tadi yeeey... Sudah, mau seberapa besar pun dosa kita dan rasa malu kita kepada ALLAH, kita memang sudah sepatutnya kembali ke jalan nya ALLAH, kita memohon ampun kepada ALLAH, minta jalan hidup kita di beri kemudahan dan keberkahan. Sekecil apa pun ALLAH pasti menerima amal kita begitu juga sebaliknya sekecil apa pun dosa kita ALLAH pasti akan membalasnya pada saat waktu nya nanti".

Bulu kuduk Omen berdiri seketika, ia merasa merinding di saat Eggy memberikan nasihat untuk nya dan sedikit mengurangi rasa galau yang ia alami saat ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!