Ini hari ketiga Tyra bekerja sebagai pembatu di apartemen Darwin. Seperti hari pertama, setiap sudut ruangan terasa dingin sedingin hati Sang empunya apartemen. Sunyi dan hening.
Kegiatan membabu Tyra hanya sampai jam 6 sore setiap harinya dan dilanjutkan sebagai pekerja paruh waktu laundry di sebrang gedung apartemen Darwin.
Hampir pukul 6 sore sekarang, Tyra bersiap-siap untuk pulang. Menyiapkan masakan terakhir, makan malam untuk Darwin majikannya yang belum kembali dari kantor.
Hari pun mulai gelap, terlalu gelap dari biasanya seolah mendung. Tiba-tiba lampu ruangan padam. Semua ruangan gelap gulita termasuk dapur. Tyra yang sedang memegang semangkuk makanan panas dan berkuah untuk memindahkannya ke meja makan, menjerit seketika.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa...!"
Tyra berteriak lalu terjatuh, hingga kuah panas makanan yang ada dimangkuk yang dipegangnya tumpah ke tangannya. Ia tersungkur dilantai dapur lalu menutup rapat kedua matanya. Kedua tangannya menutup kedua telinganya seakan sangat ketakutan.
Angin kencang masuk melalui balkon di dekat dapur. Tirai jendela yang belum sempat ditutup oleh Tyra seakan melambai-lambai diterpa hembusan angin kencang.
Tiba-tiba seseorang datang dan melihat ke dapur. Segera Ia memegang bahu Tyra yang membungkuk di pojok dapur itu. Tyra yang merasakan ada sentuhan dibahunya, langsung meraba tangan yang memegang bahunya itu dengan cepat dan memeluk tubuh yang ada depannya itu tanpa sedikitpun membuka matanya.
Seakan sangat ketakutan, Tyra memeluk erat tanpa perduli siapa Orang yang dipeluknya dengan erat itu. Ia masih tetap memejamkan matanya dan masih mendekap dengan eratnya.
Orang itupun memegang punggung Tyra seolah membalas pelukan Tyra dan mencoba menenangkannya. Orang itu adalah Darwin, majikan Tyra yang arogan dan menakutkan. Ia membiarkan Tyra yang ketakutan itu memeluk dirinya erat.
Tyra Melingkarkan tangannya ke leher Darwin, dan menempelkan wajahnya yang ketakutan dibawah dagu tuannya itu. Darwin pun membalas pelukan itu seraya menunggu lampu kembali menyala.
Sekitar dua menit kemudian, lampu ruangan partemen Darwin menyala kembali. Darwin yang dipeluk erat oleh Tyra dan masih membungkuk itu melihat kesekelilingnya. Diperhatikannya tumpahan makanan masih beruap panas dan berserakan. Lalu ia memperhatikan wujud Tyra yang memeluknya erat. Dilihatnya Tyra menyembunyikan wajahnya di bawah dagu Darwin.
"Kalau kau terus menutup matamu, kau tidak akan tahu kalau disini sudah sangat terang," ucap Darwin.
Seketika Tyra sadar dengan suara Darwin majikannya yang menakutkan itu. Sontak Ia melepaskan pelukannya dan mendorongkan tubuhnya sendiri ke dinding yang ada tepat di belakangnya seolah takut.
Darwin menatap wajah Tyra, dilihatnya wajah mungil berhidung mancung dengan rambutnya yang berserakan.
Wajahnya terlihat memerah dan ketakutan. Walau penampilannya kacau, wajah Tyra tetap mempesona.
"Ma,maaf Tuan, saya tidak sengaja, saya takut dengan gelap yang terjadi tiba-tiba Tuan, maaf," kata Tyra merasa bersalah. Ia pun merangkak mengumpulkan sayur-sayuran yang berserakan dilantai dengan ketakutan.
"Saya akan masak lagi Tuan,segera, segera saya siapkan!" ucap Tyra lagi sambil memunguti sisa sayuran yang berserakan dengan buru-buru agar Darwin tidak murka padanya.
Darwin yang bergegas berdiri mengusap-usap bajunya yang kotor karena pelukan Tyra yang disertai sampah sayuran panas, lalu ia berjalan menuju balkon. Ia menutup jendelanya, hingga angin kencang tidak lagi menerbangkan tirainya yang berwarna putih itu. Kembali dilihatnya kebelakang dan diperhatikannya Tyra yang masih berusaha membersihkan lantai.
"Berhenti! apa kau sudah mati rasa? lenganmu, lihat lenganmu!" Perintah Darwin yang menyuruh Tyra melihat lengannya yang melepuh.
Tyra sontak berdiri dan memandangi lengannya yang sudah melepuh itu dengan sedikit meringis dan menyadari lengannya begitu perih.
Darwin membuka lemari obat yang ada ujung dapur. Diambilnya sejenis salap kulit dan beberapa rol perban. Ia meletakkan nya di meja makan dekat dapur.
"Cuci lukamu, obati dengan ini! kau tidak perlu masak, aku tidak berselera makan!" ucap Darwin datar.
Kemudian ia meninggalkan Tyra berjalan menuju kamarnya sembari membuka jas yang terkena bekas tumpahan sisa masakan akibat pelukan Tyra.
Tyra langsung menuju wastafel didekatnya, disiramnya kedua lengannya dengan air yang mengucur diwastafel itu sambil sesekali melihat kearah kamar Darwin, majikannya itu.
Ia menarik nafas panjang. Tyra sangat tegang sebelumnya. Ia pun sudah pasrah jika Darwin murka kepadanya karena peristiwa itu. Namun ternyata Darwin bukannya marah, malah menolongnya dan memberikan obat. Tyra bertanya-tanya, Darwin begitu berbeda dengan yang ia lihat semalam. Darwin tidak seseram yang ia bayangkan.
Mengenai ketakutanya akan gelap, Tyra juga punya tragedi masa lalu yang mengerikan hingga ia sangat takut dengan gelap. Ia tidak bisa membuka matanya jika terjadi gelap yang tiba-tiba. Kisah kelamnya empat belas tahun lalu membuat ia merasakan trauma mendalam hingga ia kehilangan Ibu kandungnya.
Saat berumur delapan tahun Tyra terjebak digedung yang roboh bersama Ibu kandungnya hingga ia ditemukan terkubur dalam tumpukan reruntuhan disamping Ibunya. Selama dua puluh empat jam Tyra bersama Ibunya berada dibawah reruntuhan bangunan untuk menunggu pertolongan. Proses pengangkatan reruntuhan yang memakan waktu membuat Ibunya ditemukan tidak bernyawa. Namun Tyra selamat walau dengan membawa trauma berat. Ia pun kemudian diasuh oleh Darni teman Ibunya. Tyra tidak mempunyai saudara, bahkan ayahnya tidak tahu dimana keberadaanya. Itulah kisah kelam Tyra dimasa kecilnya. Sampai berumur 22 tahun saat ini, ia tidak bisa melupakan tragedi itu.
Tyra duduk dikursi, disamping meja makan sambil mengoles-oleskan salap luka bakar itu di kulit lengannya.
Pelan-pelan ia mengoleskannya sambil meringis kepedihan.
Darwin tiba-tiba keluar dari kamarnya. Dengan kaos putih polos berlengan panjang yang ia gulung menutupi sepertiga lengannya dan Memakai celana panjang longgar berwarna coklat menambah pesonanya yang didukung dengan posturnya tubuh yang tinggi dan gagah. Begitu tampan walau hanya dengan baju santai dirumah itu.
Sontak Tyra berdiri menghadap kearah tuannya itu. Tyra menundukkan kepala seolah siap untuk mendapatkan perintah jika Darwin membutuhkan sesuatu untuk disediakan.
"Duduk," perintah Darwin berjalan ke arah Tyra dan mengambil salah satu bangku lalu menghadapkannya kebangku Tyra. Darwin pun duduk di depan Tyra.
Tyra yang seperti bingung masih tetap berdiri didepan Darwin yang sudah duduk dihadapannya dan memegang salap kulit ditangannya.
"Deg," Jantung Tyra berdegub kencang. Detak nya semakin kencang. Dalam hatinya bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan Tuannya itu.
"Duduk!" perintah Darwin lagi.
"Baik Tuan," jawabnya sambil duduk secepat kilat dengan wajah bingung dan mulai takut.
Segera Darwin menarik ujung jari Tyra hingga lengannya lebih dekat kearah Darwin. Perlahan Darwin mengoleskan salap dilengan Tyra yang melepuh sambil meniup-niup kulit lengan Tyra lembut.
"Tuan tidak usah, saya bisa sendiri, saya tidak ingin merepotkan anda Tuan," pinta Tyra karena merasa tidak nyaman. Ia begitu canggung dan masih penasaran kenapa Majikannya melakukan itu.
Darwin kemudian menatap Tyra tajam seolah memerintahkannya untuk diam dan tidak bergerak. Melihat tatapan Darwin, Tyra sontak menundukan kepalanya. Ia pun pasrah melihat Tuannya itu mengobati tangannya.
Tyra memperhatikan sesekali wajah Majikannya itu. Sangat tampan, itulah yang difikiran Tyra saat itu.
Saat Tyra meringis merasa pedih Darwin meniupkan udara ke lengan Tyra yang terluka. Tyra semakin merasa aneh dan canggung, namun ia juga kesakitan. Tiupan Darwin ditangannya sedikit meredakan perih di kulit tangannya.
Darwin kemudian membalutkan perban di lengan Tyra. Dibalutkannya perlahan dan rapi. Mata Tyra tak lepas dari wajah Darwin yang terlihat sibuk membungkus lengan Tyra itu.
Tyra bingung dengan sikap Darwin yang begitu manis hari ini, jauh berbeda saat pertama kali ia datang. Meski tetap bersikap arogan, namun hari ini Darwin membuat Tyra mengaguminya.
Darwin sudah selesai mengobati luka Tyra dan bergerak meninggalkan Tyra tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Terimakasih Tuan," ucap Tyra sembari berbalik melihat Darwin berjalan ke arah kamarnya. Darwin tidak menjawab apapun dan langsung masuk ke kamarnya.
"Oh ya ampun! aku sudah terlambat, aku harus ke laundry!" ucap Tyra dalam hati sambil melihat jam dinding yang menunjukan pukul tujuh malam.
Tyra bergegas mengambil tasnya dan berdiri didepan kamar Darwin yang tertutup rapat.
"Tuan maaf, saya pulang dulu, terimakasih Tuan, maaf sudah membuat kekacauan hari ini," ucap Tyra sambil mendekatkan telinganya ke daun pintu kamar Darwin yang tertutup untuk pamit. Tyra masih menempelkan telinganya dipintu berharap mendengar jawaban Darwin.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka. Sontak Tyra terkejut dan menatap Darwin. Darwin keluar dari kamarnya dan menatap kembali Tyra seakan marah. Tatapannya dingin membuat Tyra takut. Sejenak Tyra berdiri terdiam mematung.
Darwin berubah, bukan seperti Darwin yang membalut lukanya dengan lembut. Sekarang Ia seperti orang yang berbeda, tatapannya dingin dan kejam.
"Maaf Tuan," ucapnya sambil tersenyum ketakutan.
Tyra kemudian berlari kencang menuju pintu keluar dan langsung menutup pintu kembali rapat meninggalkan Darwin.
Sambil berjalan cepat Tyra terus memikirkan. Ia merasa Seperti ada dua sisi Darwin yang ia kenal. Salah satunya yang Pemarah dan satunya lagi yang baik dan hangat.
Dilihatnya lengannya yang terbalut perban rapi karya Darwin lalu dibayangkannya wajah Darwin saat marah, sungguh sangat berbeda dan membingungkan Tyra.
Kim woo Bin (Korean models and actor)
Source pict: from pinterest
(Gambar ini tidak mewakili isi cerita dan tokoh cerita, silahkan berimajinasi sesuka hati. 🤗💕)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
NOiR🥀
marah2 pn hensem..😜😁
2022-08-26
0
miongmiw
guuaannteeenngghh 😍😍😍😍
2020-11-08
0
Arik Kristinawati
moga2 darwin bucin2😶😶
2020-10-29
0