Seperti biasa, pagi-pagi buta Tyra beranjak menuju apartemen Darwin.
Tyra menyiapkan sarapan dimeja makan dan buru-buru kembali kedapur sebelum Darwin melihatnya. Begitu anjuran dari ibunya agar mengurangi intensitas bertemu dengan Darwin.
Darwin tidak begitu suka melihat orang didekatnya. Ia menyukai kesunyian. Itulah salah satu hal aneh tentang Darwin menurut Tyra.
Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Hal yang sangat jarang terjadi di kediaman Darwin itu. Darwin melihat kearah layar dekat pintu, memastikan siapa tamu yang datang. Ternyata yang datang adalah Jelita, ibunya Darwin. Darwin pun membukakan pintu.
Jelita pun masuk berjalan pelan sambil memperhatikan sekelilingnya. Penampilannya begitu terlihat elegan, dengan blouse dan rok hitam juga tas mahal berwarna Merah yang di pegangnya. Rambut ikalnya yang pendek berwarna coklat, tertata rapi dan memberikan kesan dia adalah seorang nyonya besar.
"Besok adalah acara yang sangat penting, kau harus hadir disana. Ibu berharap anggapan miring tentang mu segera hilang. Aku sangat khawatir," kata Jelita yang terdengar samar- samar ketelinga Tyra.
"Kekhawatiran Ibu itu sudah berlebihan, apa Ibu percaya dengan mereka? aku masih waras dan perusahaan akan tetap aman, pulanglah!" Perintah Darwin pada Ibunya.
"Baiklah, Ibu senang kau sudah siap untuk segala kemungkinan yang terjadi. Ibu mengandalkanmu, selamatkanlah perusahaan, selamatkan kerja keras Ayahmu," pinta Jelita dengan suara bergetar seakan menahan tangis. Ia pun meninggalkan Darwin yang terlihat memakai jas kantor yang duduk disofa dan tertunduk lemas.
Sekilas Tyra melihat Jelita yang bergerak pergi dan memperhatikan Darwin yang terlihat mematung disofa itu. Darwin kemudian bergerak menyandarkan punggungnya kebelakang sambil melonggarkan dasinya.
Tyra yang sedikit menoleh kearah ruang tengah itu memperhatikan, seraya penasaran apa yang terjadi hingga Tuannya itu terlihat bersedih.
Keesokan harinya, Tyra memakai seragam pelayan hotel, seragam merah dengan syal serta rok mini yang begitu cantik dipakainya. Setiap Akhir pekan Tyra mengambil job tambahan sebagai pelayan. Jika ada event seperti pembukaan hotel atau pesta mewah, Tyra selalu menawarkan diri untuk bekerja. Meski tidak setiap minggu ada, upah menjadi pelayan event itu cukup besar.
Tyra berjalan dari arah dapur ke ruang ballroom. Hari ini acara pembukaan Hotel Samudera, hotel terbesar sepanjang sejarah kota. Alunan musik piano hingga biola beriringan merdu memenuhi ruangan. Suasana ballroom ini sangat mewah dan megah. Para tetamu pun berdatangan dari kalangan atas. Berpakaian formal dan terlihat mahal.
Dengan nampan yang ditangannya Tyra lihay menarwarkan minuman ke tetamu. Terlebih Tyra memang bisa diandalkan soal kecantikan, wajahnya yang lembut dan senyumnya yang indah membuat banyak tetamu yang kagum melihatnya.
Sesaat Tyra menawarkan minuman, Ia terkejut ketika melihat seseorang yang berdiri didepannya.
"Tuan Darwin!" ucapnya terkejut.
Tyra begitu terkejut melihat Darwin, sambil tersenyum kecil ke tetamu yang saat itu mengambil segelas wine di nampannya ia berjalan mengambil arah berlawanan menghindari Darwin.
Darwin ada di pesta itu. Dengan setelan jas hitam nya Darwin terlihat memegang wine dan tangannya. Ia meletakkan tangan satunya ke saku celananya berdiri dengan gaya arogannya. Wajahnya yang tampak dingin dan kejam itu seolah tak bisa hilang bahkan diacara pesta megah.
Tyra melangkah kearah berlawanan menjauhi posisi Darwin. Saat membalikkan arah badannya Tyra dikejutkan lagi dengan kehadiran seseorang yang ia kenal.
"Kak Ben!" ucap Tyra makin terkejut.
"Oh Tuhan bagaimana mereka ada disini?" gumam Tyra dan berlari terbirit-birit mengambil arah lain.
Tyra tiba dilorong dapur dengan nafas terengah-engah. Ia mencoba mengatur nafasnya dan bersandar didinding lorong. Menyadari tingkah temannya yang aneh, Deon teman Tyra sesama pelayan mendekati Tyra.
"Tyra, ada apa? kenapa kau?" tanya Deon penasaran melihat Tyra yang seolah ketakutan.Tyra kemudian membuka mata nya yang sejenak ditutupkannya seraya mengatur nafas.
"Aku, aku melihat majikanku disini, aku juga melihat kak Ben. Jni hari yang sial, sepertinya aku tak bisa bergerak lagi, badanku sangat lemas melihat mereka," terang Tyra pada Deon teman lelakinya, yang juga mengenal Kak Ben seniornya disekolah dulu.
Deon adalah teman dekat Tyra. Teman Tyra yang bekerja di laundry yang sama, juga teman saat masa sekolah. Jika Tyra bekerja untuk membiayai keluarga serta adiknya yang sakit, Deon bekerja keras untuk membiayai kuliahnya. Tyra sering menceritakan kisah hidupnya kepada Deon, Sehingga Deon mengenali Darwin dan Ben melalui cerita Tyra.
"Aku harus bagaimana?" seakan menunjukan wajah memelasnya ke Deon, Tyra berharap Deon memberikan solusi.
"Kenapa kau terkejut melihat mereka? sudah sepantasnya mereka hadir disini, mereka para pemilik perusahaan terkenal dikota ini Tyra," jelas Deon memyadarkan Tyra.
"Lagipula apa yang kau takutkan? kau tidak melakukan kesalahn mengambil kerja tambahan kan? dan untuk Ben, apa kau malu kau bekerja sebagai pelayan?" ucap Deon membuat Tyra merasa omongan Deon memang benar.
"Kau harus bekerja profesional, " ucap Deon memegang bahu Tyra memberikan semangat dengan wajah anehnya seolah meledek lalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
Tyra tertegun dan terlihat bodoh, masih dengan posisi menyandarkan pungungnya kedinding. Seketika, Tyra pun mencoba profesional. Ia kembali ke arena kerjanya di ballroom dan melayani tamu. Ucapan Deon memang benar, Tyra merasa malu menjadi pelayan dihadapan Ben, mantan kekasihnya itu. Sementara Darwin, Tyra hanya sedikit takut melihat Darwin yang saat itu berwajah dingin saat terakhir kali bertemu. Hal itu, membuatnya tidak nyaman jika harus bertemu di acara itu.
Tyra kembali melayani tetamu berharap tak ada yang memanggilnya ataupun mengenalnya. Iringan musik masih berjalan, tetamu semakin ramai. Hingga, Tyra tak menyadari lagi apa yang ia khawatirkan tadi karena ia sibuk melayani tamu yang terus berdatangan.
Acara itu pun hampir selesai. Tyra yang kelelahan masih terlihat melayani tetamu dengan senyuman kecil, menahan dan menutupi lelahnya. Para tetamu mulai keluar dari ruangan dan beranjak kekamar hotel yang disiapkan khusus bagi tetamu yang menginap.
Begitu juga Tyra, ia pun harus menginap dikamar khusus pelayan. Event megah pembukaan Hotel Samudera ini dilaksanakan selama dua hari berturut- turut.
Tyra berjalan ke sebuah lorong hotel menuju kamar pelayan beranjak beristirahat karena tugasnya akan dilanjutkan besok. Wajahnya terlihat lesu kelelahan.
Saat Tyra masuk ke lorong berikutnya, ia menghentikan langkahnya seketika. Ia terkejut melihat apa yang terjadi di depannya. Kakinya seakan kaku, ia mematung dan tercengang.
Ia melihat Ben, Ben sedang mencium seorang gadis dilorong hotel. Tyra seakan berhenti bernafas dan bingung apa yang harus dia lakukan. Ia melihat ke kanan dan ke kiri mencoba mencari arah lain untuk menghindar.
Bergegas ia berlari cepat dan berharap tidak ada yang mendengar langkah kakinya. Dengan cepat ia berlari hingga ia pun terjatuh.
"Dugh!" Tyra tersungkur dilantai hotel.
Ben yang mendengar suara orang terjatuh langsung menghentikan ciuman mesranya seketika. Ben melihat ke arah suara itu berasal dan melihat Tyra yang berusaha berdiri dan kemudian berlari lagi.
Ben memperhatikan jelas cara berjalan orang yang dilihatnya terjatuh itu. Ia seolah mengenali orang itu namun ia tidak yakin karena ia melihat dari arah belakang.
Tyra berlari kencang berharap Ben tidak melihatnya dan meringis kesakitan karena kakinya lecet.
Ben yang ingin memastikan siapa yang dilihatnya itu meninggalkan wanitanya dan berlari mengejar Tyra.
"hey!" panggil Ben berharap Tyra membalikkan wajahnya.
Tyra berjalan sekencang mungkin dan belok kekiri lorong hotel mengecoh Ben yang masih mengejarnya.
Tiba-tiba,
"Srepp...!" seseorang menarik lengan Tyra dari salah pintu kamar hotel. Tyra pun terseret masuk. Orang tersebut langsung menyandarkan Tyra dibalik pintu yang cepat ia tutup rapat. Tangan satunya menutup mulut Tyra agar Tyra tidak berteriak.
Dengan nafas yang terengah-engah, Tyra memperhatikan wajah dihadapnnya itu. Tyra terbelalak sangat terkejut melihat Darwin dihadapnnya.
Wajah dingin itu, matanya yg tajam dan penuh amarah tepat didepan Tyra. Hembusan nafasnya berat berhembus ke wajah Tyra. Darwin mendekap Tyra erat. Perlahan ia melepaskan tangannya dari mulut Tyra. Darwin menatap Tyra.
"Tuan?" ucap Tyra kepada Darwin yang menatapnya itu.
Dalam hati Tyra merasa kacau seakan baru saja melarikan diri dari buaya lalu masuk ke mulut singa.
Darwin mengintip dari lubang pintu hotel, memastikan Ben yang mengejar Tyra sudah pergi. Tyra merasa sangat canggung, wajahnya tepat menyentuh bagian leher Darwin. Aroma tubuh nya yang wangi dan lembut jelas terasa oleh Tyra. Tubuh yang bidang disandarkannya ke tubuh Tyra yang ramping dibalik pintu.
Tyra tak biasa berada sedekat itu dengan pria, kni baru pertama kali terjadi. Dengan nafas yang masih terengah-engah namun mulai teratur itu, Tyra menatap wajah Darwin yang kemudian menatapnya lagi. Ujung hidung Darwin tepat menyentuh pipi merah Tyra hingga degub jantung Tyra yang begitu kencang bisa terdengar oleh Darwin. Tyra tak kuasa hingga ia menggeserkan wajahnya menjauhi wajah Darwin
Darwin melihat wajah Tyra yang mulai canggung dan perlahan melepaskan dekapannya yang erat dari badan Tyra lalu bergerak mundur.
"Apa kau mencuri sesuatu?" tanya Darwin. Darwin mengetahui Tyra dikejar oleh seseorang hingga ia menarik Tyra masuk kekamarnya.
"Apa? tidak tuan, bukan, saya tidak mencuri apapun, saya hanya menghindari seseorang," jelas Tyra sambil melambaikan kedua tangan dengan nada gugup meyakinkan Darwin. Tyra begitu canggung dan tak nyaman karena dekapan Darwin tadi.
"Kenapa tuan menarikku kesini? apa aku sudah bisa pergi sekarang Tuan?" tanya Tyra lagi memberanikan diri seraya ingin cepat bergegas pergi meninggalkan Darwin
"Apa kau mengira aku ingin menyelamatkanmu," ucap Darwin kembali menatap Tyra datar.
Tyra menatap heran, lalu untuk apa Darwin menariknya, fikir Tyra.
"La, lalu, apa anda menginginkan sesuatu tuan? tanya Tyra lagi terbata-bata mulai takut
"Buatkan aku makanan! aku sangat lapar," Perintah Darwin.
" Bukankah kau bisa memesannya lewat telepon itu Tuan, atau aku akan memesankannya untukmu tuan, " ucap Tyra berjalan kearah telepon yang ada disamping ranjang Darwin, mencoba membantu Darwin.
"Apa kau mendengar ucapanku? Buatkan aku makanan! kau yang memasaknya!" perintah Darwin lagi mulai marah. Darwin mau Tyra yang memasak makanam untuknya, bukan makanan buatan koki hotel itu.
"Lima belas menit! kau harus kembali kesini dengan membawa makanan! " Bentak Darwin.
Lalu Darwin membuka pintu dan menarik Tyra keluar dari kamarnya seolah menyuruh Tyra untuk bergegas.
Setelah Darwin menutup pintunya Tyra terlihat kesal, lalu menoleh kearah pintu dan mengangkat kepalan tangannya seraya geram dan ingin memukul Darwin .
Darwin ternyata melihat reaksi Tyra dari lubang pintu hotel, lalu membuka kembali pintu kamarnya yang mengejutkan Tyra.
"Apa kau keberatan? " tanya Darwin lagi membuat Tyra sigap menyembunyikan kepalan tangannya kebelakang punggung.
"Ah, tidak Tuan, akan segera saya bawakan, segera!" jawab Tyra terdengar takut lalu berlari kencang kearah dapur.
Tyra segera menyiapkan makanan. Ia masak makanan kesukaan Darwin yang ia ketahui dari Ibunya. Deon yang baru saja datang kedapur perlahan menghampiri Tyra.
"Aku tahu kau sangat bersemangat hari ini, tapi kau tak perlu menggantikan koki membuat makanan,hahaha," ucap Deon heran yang kemudian tertawa, melihat Tyra yang memasak makanan diwilayah kerja koki hotel itu.
"Aku tahu kau akan bahagia diatas kesusahanku, aku salah menganggapmu teman," kesal Tyra pada temannya itu sambil mengaduk aduk makanan yang sedang dimasaknya.
Deon pun terlihat semakin tertawa melihat Tyra.
"Apa dia menyuruhmu?" tanya Deon serius ke Tyra. Tyra menatap Deon seolah mengiyakan orang yang diterka oleh Deon itu.
"Woah! bersemangatlah!" ucap Deon sambil menepuk bahu Tyra lalu ia pun tersenyum meledek dan meninggalkan Tyra didapur.
"Selamat bekerja kawan!" tambah Deon lagi samar terdengar.
Tyra sendirian di dapur luas itu, tampaknya semua tamu hotel tidak ada yang memesan makanan hingga semua koki tak terlihat satupun diruangan. Hanya Tyra yang sibuk dengan masakan yang akan di suguhkannha untuk Darwin itu.
Kekesalan Tyra bertambah saat ia mengingat Ben yang berciuman mesra dengan wanita cantik dan anggun di lorong hotel tadi.
"Tentu saja dia tak mengingat janjinya, dia berada dikerumunan orang terpandang dan juga cantik, aku memang tak pantas bersamanya," oceh Tyra sambil mengaduk makanan kesal mengingat Ben.
Sejenak ia pun mengingat Darwin yang mendekapnya erat. Jantungnya berdetak kencang seketika.
"Ya ampun! lupakan Tyra!" Teriak Tyra lagi sambil menggelengkan kepala seraya ingin membuang ingatannya akan peristiwa bersama Darwin tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
miongmiw
lanjut
2020-11-08
0
Tionar Linda
lanjut,,blm bs comen😊😊
2020-07-19
1
Ayunina Sharlyn
mampir ya ke novel ku 💖😍
1. Hati Putih Melati
2. The Hendrick's Family - live your life
3. Yuana, Stay with Me...
Ditunggu like, love, komen, dan vote nya
Makasih 😄💖🙏
2020-06-28
1