Melati duduk termangu di depan cermin yang memindai wajah ayunya, pikirannya terfokus dengan satu nama, yang dengan ikhlas ia patrikan nama itu di hatinya, hingga sulit baginya untuk sekedar berpaling.
Saat ini melati pasrah, pengabdian cintanya mulai kandas, tak terbalas seperti sedia kala,apa arti dirinya untuk Alfaro? entah lah. sepertinya rasa yang dia jaga selama kurang lebih tujuh tahun ini,tak bersisa.
Haruskah Melati menyerah.? dan mencoba keberuntungannya dengan Ardi? Melati kembali goyah, hatinya gusar menentukan pilihan. Tetap bertahan atau menyerah. Kembali melati memijat pangkal hidungnya, untuk sekedar menetralkan rasa.
Terdengar sayup-sayup langkah halus menuju kamarnya tak lama pintu kamar itu mulai berdecit. Sarah tampak berdiri di ambang pintu. Kemudian kaki setengah renta itu menghampiri putrinya.
"Nduk, sepertinya Nak Ardi orang yang baik, apa yang masih kamu raguka? ibu gak habis pikir denganmu. Bagaimana bisa kamu abaikan dia yang begitu respon kepadamu, Ibu sudah tak muda lagi, kamu satu-satunya putri ibu, Ibu harap kamu segera mendapatkan jodoh nduk. Meskipun itu bukan Nak Alfaro"
Ucapan penuh harap itu, mengiris hati Melati, tersirat dari iris ibunya itu akan menumpahkan sesuatu yang bening.
"Bu, percayalah bahwa Tuhan telah menggariskan jodohku, hanya saja jodoh itu masih ditahan oleh sang ilahi, percaya lah bu,Tuhan tak akan mengabaikan doa hambanya, hanya saja kita harus lebih sabar"
Melati berujar hanya sekedar meredamkan keinginan ibunya yang mulai meronta.
"Aamiin, semoga Allah segera mengijabah doamu nduk" Sarah berucap sembari mengelus lembut punggung putrinya. Yang diikuti Melati yang memeluk ibunya dengan erat
"Apa kamu akan pulang ke kota hari ini nduk..?"
"Iya bu, libur cuti Mel udah habis,sebentar lagi juga travelnya datang,ibu jangan lupa jaga kesehatan, Mel memeluk ibunya dan mencium pipi yang mulai keriput. Samar-samar terdengar suara klakson mobil dari luar. Melati segera melihat ke luar, ibu ikut serta membantu Melati membawa tas selempang.
Travel mulai melaju, Melati melambai tangan pada ibunya.empat jam perjalanan,akhirnya Melati sampai di rumah kontrakannya.
Bibirnya tersenyum lega, akhirnya ia sampai di rumah, kakinya melangkah membawanya ke kamar, karna mata cantiknya sudah tak sabar ingin segera dimanjakan.
Melati terjaga disaat matanya terkena pantulan cahaya yang menyeruak masuk dari celah jendela. Bergegas ia mandi,dan tunggang-langgang ia keluar rumah menunggu ojol yang ia pesan.
"Buruan bang, saya udah telat"
sopir ojol itupun manut, menambah kecepatan motornya. sampai di pelataran kantor, Melati bergegas nerogoh saku celananya, kemudian menyerahkan uang berwarna ungu.
Sampai di lobi nafas Melati terengah-engah. Sesekali ia menarik nafasnya dalam.
"Mbak kok telat, ayo mbak buruan yang lain sudah berkumpul"
Ucap Cika memberi tahu
"Kumpul buat apa Cik? "
"Loh mbak gak tau? hari ini pak Ardi akan memperkenalkan penggantinya, pak Ardi kan udah mengundurkan diri mbak, dengar-dengar sih pak bos, mau fokus di rumah sakitnya"
Mendengar penjelasan Cika Melati makin bingung.
"Maksudnya rumah sakit?"
Kening Melati makin berkerut.
"Ih...! Mbak ini purak-purak gak tau apa gimana sih, pak bos Ardi kan dokter mbak. Heran deh, mbak yang dekat, masak mbak yang gak tau"
"Aku gak tukang gosip Ca!" Caca meringis mendengar ucapan Melati.akhirnya sampailah mereka di ruang rapat. Di sana sudah ramai, semua pegawai kantor ini sudah menempati kursinya, tinggal Caca dan dirinya lah yang belum menempati posisinya.
Melati hendak menarik kursinya, seketika tangan itu lumpuh tak berdaya, ia mematung, menatap nanar kearah sebelah bosnya. Mata sayu itu berkaca kaca, bibirnya bergumam lirih menyebut nama seseorang, nyaris tak terdengar.
"Alfaro"
Semua mata memandang Melati. Mereka menatap heran. Termasuk Ardi yang juga menatap Melati bingung. Namun beda dengan pria itu, ia tetap dingin tak tersentuh. Tanpa sadar kaki itu terus melangkah kearah Seseorang.
Ardi pikir, wanita bayangan itu akan menghampirinya, namun ia salah wanita itu melewatinya begitu saja.
"Al...!"
Pria yang disapa hanya diam tanpa kata.
"Al...!"
Ucapnya sekali lagi, hatinya menggebu, hingga ia lupa dimana melati berada. Sedetik kemudian Melati menubruk tubuh pria yang disebut Al itu.
Sementara Pria itu sepontan berdiri, menatap melati tak terbaca, entah gerakan dari mana tubuh langsing itu tiba-tiba terhuyung. Pria berjambang itu murka. Untung saja tangan Ardi segera menagkapnya, sehingga melati ambruk di tangan yang tepat.
"Jaga prilakumu, ini kantor. Jangan mempermalukan diri seperti ini, sejak kapan kantor ini meneria pegawai murahan sepertimu. Keluar?"
Bentak pria berjambang itu. Semua orang terdiam, menyaksikan drama baru, sementara Melati menatap nanar pria itu.
Mulutnya ia tutup tanda ia menahan sesuatu, sungguh ia terhina,tanpa sadar ia menghempaskan tangan Ardi, dan berlari entah kemana.Hargadirinya anjlok, di hadapan semus mata rekan-rekannya.
Rasanya olok-olokan bibir turah itu benar adanya, tak ada yang dapat ia pungkiri, Melati si perawan tua yang tak laku. Puas menangis Melati bangkit dari duduknya, ia menuju toilet membersihkan wajahnya dan kembali merapikan riasannya.
Ia tengadahkan wajah tegasnya dan berbisik dalam hati bahwa dia wanita kuat. Berlahan ia melangkah menuju ruangannya disana ia berpapasan dengan Ardi dan pria angkuh itu. Melati mulai tak perduli, ia lewati mereka berdua.Tanpa menatap mereka sedikitpun.
Ardi menatapnya iba, sementara pria itu merasa bersalah, hatinya nyeri terasa dicubut. tapi ia sengaja harus melakukan itu.
"Kamu tega mas menyakitinya,mungkin saja kebetulan, kamu memang mirip dengan kekasihnya yang bertahun-tahun ia tunggu"
Usai mengucapkan itu Ardi pergi mengejar Melati.sementara pria itu menahan kegetirannya. Ia terpaksa melakukan itu, agar Melati membencinya.Al kembali memasang wajah datar.
Acara perkenalan kacau, akibat inseden tak terduga. Pria itu kembali melangkah tak menggubris Ardi. Sampai diruangan ia hempaskan tubuhnya dikursi kebesarannya.
Usai perkenalan singkat, Ia sempat juga membeberkan kebijakan baru.sebagai CEO,ia mempunyai wewenag untuk,mengatur seluruh divisi yang ia pegang.
Dengan tegas ia mnjabarkan peraturan yang baru.Ia tak akan mentolerir orang yang terlambat. Karna pada dasarnya ia sosk pribadi yang disiplin.
Saat ini ia tengah mengamati intraksi Adiknya dengan wanita yang berusia ia hancurkan hatinya itu. Terlihat adiknya itu begitu mencintainnya,Sedetik kemudian ia buang wajahnya kearah jendela kaca.
Rasa hatinya kacau, ia sanggat merindukan gadis itu, jika saja ia sanggup melukai hati adiknya, pastilah saat ini ia dengan lantang mengatakan, jika wanita itu adalah miliknya.
"Jelaskan padaku Ar. kenapa kamu tega menutupinya dariku? jika dia itu kakakmu. Apa kalian sekongkol, sengaja menyakitiku. Jawab Ar? aku kecewa sungguh. Pergilah aku tak inggin bicara apapun lagi padamu."
"Mel. Aku juga gak tau jika kakakku yang kamu tunggu selama ini! kamu harus per..!"
"Pergilah, aku tak butuh penjelasan apapun lagi"
Rasanya Ardi ling-lung harus berbuat apa. Akhirnya ia menuruti apa yang Melati minta. Sungguh ia tak menyangka wanita bayangan itu ternyata adalah kekasih kakaknya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Siti Karomah
AQ duluan menangis 😭😭😭
2023-01-14
0
Atiqa
makin seru dan tegang ya thor..
2020-01-27
2