Jauh dari keluarga bukan lah hal mudah, terkadang rindu ingin bermanja dengan orang tua itu adalah hal yang sulit di lupakan. Hari ini melati akan mengajukan cuti, selama dua minggu.
surat izin cutinya alhamdulillah sudah Melati dapat, ia berencana akan menghabiskan liburan di kampung halamannya. Tapi yang membuat Melati gerah adalah saat Ardi membuat keputusan sepihak, melati dapat izin cuti dengan sarat, Ardi yang mengantarnya pulang.
Semua kuasa ada di tangannya, apa boleh buat daripada Melati tak mendapatkan cuti. Jika hanya sekedar mengantar pulang tak masalah, pikirnya. Semua persiapan, telah oke Melati henuju mobil, sementara Ardi membawakan travel bag.
Mobil mulai melaju meninggalkan ibu kota, tangan kekar Ardi dengan gesit mengendalikan stir. Sudah tiga jam perjalanan yang mereka tempuh namun masih belum sampai juga.
"Masih jauh Mel? "
"Bentar lagi kok, kira-kira habis rokok satu batang lah"
Jawab Melati asal.
"Mel kamu ngerasa gak, takdir itu terkadang gak adil"
"Maksut kamu apa Ar" Melati mengerutkan kening tanda tak paham.
"Takdir itu gak adil Mel, Aku yang berusaha dapetin kamu, tapi kamunya gak respon, tapi kekasihmu yang gak jelas itu dengan mudahnya bertahta di hatimu, emang kurangnya aku dimana sih Mel? "
"Maaf, jika aku selalu membuat hatimu lelah, tapi satu hal yang harus kamu tau Ar, hubungan itu tak melulu soal cinta,ada yang lebih penting dari itu Ar, yaitu keikhlasan. Jangan semuanya kamu hitung dengan rasa cinta, agar kamu tak berharap banyak dariku.
Aku mohon. jangan jadikan rasa cintamu peng halang untuk rasanyaman ini"
Ardi tertegun mendengar ucapan Melati. Kata itu lembut namun sangat menusuk di jantung. Ardi menelan salivanya berlahan seiring dengan hasratnya yang ikut tertelan.
"Berikan aku alasan, apa kelebihan dia hingga kamu masih bertahan?"
Melati, menarik nafasnya dalam, menatap nanar aspal yang menghitam, pertanyaan Ardi mampu meremas jantung Melati. Sedetik kemudian. Leher jenjang itu menggeleng.
"Cinta tak butuh alasan Ar. Aku juga binggung,kenapa aku masih menunggunya, satu yangku tau, dia pria yang baik, dibanding pria yang terlihat baik"
"Jadi menurutmu aku gak baik, aku tersinggumh,Mel"
Seketika melati tergelak nyaring. Tangan Ardi dengan gesit membekap mulut Melati. Setelah tawanya reda baru Ardi melepas bekapannya.
"Gak gitu juga Ar, kamu baik dalam porsi yang berbeda"
Ucap Melati sungguh-sungguh.
Mobil Ardi sudah terparkir di halaman Rumah Melati, mata Ardi berkelana menelisik sekeliling rumah Melati yang begitu asri. Lengkingan suara Melati, mengusik pendengaran bosnya itu.
"Buuuun....!, Melati kangen"
Triak Melati. Anak dan ibu saling berpeluk, menumpahkan rasa rindu, Ardi menatapnya haru, senyum terbit dari bibirnya.
"Nak.. kamu bawak calon mantu untuk ibu? ya Allah, alhamdulillah nduk..! "
Si ibu bahagia mendapatkan putrinya pulang tak sendiri, ada pria bersamanya.
"Bunda ngomong apasih"
Ucap Melati mematahkan semangat wanita paruh baya itu. Tiba tiba Ardi mengulurkan tangan kehadapan wanita paruh baya itu.
"Saya Ardi bu, senang bisa bertemu ibu"
Bundanya Melati tersenyum menyambut tangan Ardi.
"Sarah"
Ucap ibu Melati
"Ayo masuk..! ibu sudah masak banyak."
Bu Sarah begitu senang, tak sadar ia bimbing tangan kekar Ardi menuju rumah. Mereka duduk di ruang tengah. Santai sejenak setelahnya mereka makan bersama.
"Nduk, kenapa gak dari dulu kamu bawak calon mantu untuk ibu, rasanya gak sabar ibu mau kenalin nak Ardi ke relawan lambe turah yang ada di Rt kita ini nduk.
Pedas rasanya telinga ibu jika mendengar mereka bergunjing. Meskipun usiamu tak lagi muda, untuk seukuran anak perawan, tetap saja ibumu ini gak ridho jika anak gadisnya dibilang perawan tua"
Sarah mulai berkeluh kesah atas gunjingan para tetangganya. Mata Sarah mulai mengabur tanda hujan akan turun dari mata tuanya.
"Maafkan Mel, bu. Sebenarnya Ardi bu..."
Ucapan melati terhenti, saat tangannya diremas Ardi kencang, Ardi menggelengkan sedikit kepalanya. Sarah mulai gelisah melihat laku putrinya dan Adrian.
"Maaf bu, maksud Mel itu, Saya bukan hanya bosnya tapi saya teman spesial untuk Melati"
Ucap Ardi tegas. Melati seketika melotot menatap tajam bosnya itu. Ardi tak ingin melewatkan kesempatan emas itu, ia tak ingin kehilangan orang yang sangat ia rindukan untuk kedua kalinya.
"Ya allah nduk, sekalinya dapat calon mantu kok ya langsung bos, ndak mimpi ta ibu?"
"Insya allah ngak bu, Mohon bantu doanya aja" Ucap Ardi tegas.
Sementara Melati menatap Ardi jengah. Tangannya segera mengetik pesan untuk pria di hadapannya.
"Ar, aku mau ngomong sama kamu"
tak lama ada balasan dari pria itu
"Jangan di sini, kita keluar sebentar"
Usai menbaca pesan dari Ardi, Melati berpamitan untuk keluar sebentar.
"Bu, Mel keluar dulu, mau cari perlengkapan mandi" ucap Mel sungkan.
Setelah mendapat izin, mereka akhirnya keluar, disini di taman yang terletak tak jau dari alun-alun. Melati bersandar di bahu kursi, sembari menatap bintang berkerlip seolah ikut menertawai kegelisahannya. Dengan nafas setengah sesak Melati akhirnya buka suara.
"Maksudmu apa Ar? kamu sengaja manfaatin keadaan ini heem? atau sengaja kamu mau buat ibu kecewa?"
Melati mulai berang pada atasannya itu.
"Terserah kamu, kalau mau mikir kayak gitu, jujur Mel. Aku gak tega lihat ibumu, apa kamu tega sebagai putrinya. Atau memang hatimu yang terlampau beku karna kekasihmu yang tak jelas rimbanya itu..!"
Mendengar ejekan dari Ardi, hati Melati mulai terusik.
"Jaga ucapanmu Ar, kamu bukan siapa-sapa, yang bisa seenaknya menilai orang lain"
"Maaf, jika perkataanku menyinggungmu. Harusnya kamu lebih peka, terhadap apa yang diharap ibumu,sebaik apa lelakimu itu, hingga kamu sanggup mengabaikan hati ibu?"
Sungguh ucapan Ardi, mampu menembus jantung, iris mata sayu itu mulai berkaca-kaca, ia sadar sungguh terlalu egois.
Selama ini ia abai dengan hati ibunya. Air bening itu mulai menetes, Ardi yang melihat itu segera menghapus jejak air mata wanita lemah itu.
"Maaf jika ucapanku terlampau kasar padamu"
Melati menggeleng cepat. Tanda ia tak setuju, atas ucapan Ardi barusan.
"Aku bingung Ar, harus bagai mana"
"Bukankah sudah aku katakan, aku tak memaksa hatimu, kamu cukup ada di dekatku, biar aku yang berusaha untuk rasa mengatur perasaan kita. Beri aku sedikit saja kepercayaan, aku janji jika nanti, dia datang padamu, maka aku siap menyerahkan kamu kepadanya"
Melati semakin tergugu, bahunya berguncang.
"Kamu terlalu baik untukku Ar"
"Tidak juga begitu, Karna aku juga butuh kamu, sebagai penguatku..!"
Melati terdiam, wanita itu mulau mencerna ucapan Ardi.
"Ayo kita pulang..! kasihan ibu terlalu lama menunggu"
Ardi, dengan sabar menghapus airmata wanita di hadapannya. Pria itu terus berusaha membuat Melati tenang. Kara sosok Melati adalah bayangan nyata bagi Ardi.
Sudah dua hari melati di rumah, gosip tentang Melati si perawan tua, mulai gencar terdengar. bahkan tak jarang para bibir-bibir turah, menggunjing sembari membandingkan melati dengan anak para tetangga.
"Nah Mel, lihat itu si Sari, baru umur dua puluh enam anaknya udah dua, lah kamu jangankan anak, calon aja garing. Mau jadi perawan tua kamu Mel?"
Ucap ibu-ibu itu mencibir. Melati tak menanggapi ocehan para ibu-ibu gak penting itu.
Begitu lah ucapan ibu-ibu satu kompleks. Namun apa perduli Melati, ia tak open,biar lah hidupnya hanya dia yang tau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Siti Karomah
aku salut atas kesetiaan Melati kepada kekasih yang gak tau timbanya itu
2023-01-14
0
syifa
saya suka..😍😍
2020-01-16
2