PERAWAN TUA
Melati bukan lah gadis polos yang tak kenal kata cinta,bahkan Melati sadar betul akan makna cinta untuknya,empat tahun menjalin cinta dengan pemuda yang menjadi idola di kampus pada masanya. Membuat iri setiap mata yang memandang.
Melati menjadi wanita beruntug saat itu, bisa menjalin kasih dengan Pemuda berdarah jawa melayu.Mata para wanita akan tertuju ke satu titik,yaitu titik terang karna cahaya cinta Melati dan Alfaro
Sikap romantis dan lemah lembut Alfaro mampu mematri hati Melati, Melati jatuh hati sampai ke dasar kalbunya hingga tak mampu untuk berpaling.
Waktu empat tahun terasa singkat untuk Melati dan Alfaro, mereka akhirnya menyelesaikan program studi S1 tepat waktu. Masa yang sangat berat Bagi mereka berdua. Kelulusan tak menjadikannya kebahagiaan, Kelulusannya menjadi sumber utama yang menjadikan dua insan yang saling mencintai harus terpisah oleh jarak dan waktu.
Langit mendung dan diiringi rintikan gerimis yang terkesan romantis,menjadi saksi janji cinta mereka.
Kala itu Alfaro memeluknya erat,sembari menikmati wangi surai halus milik Melati,ia kecup kenig putih itu perlahan,manik mata mereka saling beradu.menyiratkan rasa kasih dan ingin saling memiliki satu sama lain.
Alfaro terlihat gusar,menelan ludahnya berkali-kali.Melati memahami itu.
"Aku tau, kamu menginginkan sesuatu yang lebih dariku Al"
Alfaro tertegun mendengar ucapan Melati.
"Aku bukan pria muna, bahkan aku sangat menginginkanmu, jika saja tak memikirkan masa depanmu, pastilah kekasihku ini sudah aku terkam bulat-bulat"
Alfaro berkata sembari terkekeh geli meledek Melati. Tangan kekar Al terus melilit erat di tubuh Melati.Jantung Melati semakin berdesir. menahan gejolak yang makin menggila. "Kamu bisa lakukan jika mau, kita saling mencintai Al" Melati menatap mata Alfaro lekat-lekat.sekilas Alfaro mengecup bibir mungil Melati.
"Gak sekarang sayang. Tunggu aku tiga tahun lagi,aku akan mengambil hakku setelah aku menyelesaikan studiku"
Melati menghela nafas lega, ternyata Al bukanlah pria bejat yang suka mengambil keuntungan dari kekasihnya, dengan alasan cinta. Melati semakin memperketat pelukannya.
"Aku sayang kamu Al, cinta ini terlalu besar untukmu, tidak bisakah dibercepat kepulanganmu, tiga tahun bukan waktu yang sebentar Al. London bukan Negara yang dekat"
Melati Frustasi memikirkannya.
"Tenag lah Mel, aku janji akan segera menyelesaikan studiku, agar kita bis segera melangsungkan pernikahan setelahnya"
Mendengar itu mata sayu Melati berkaca-kaca. Sungguh Melati bahagia mendengarnya. Melati perlahan melepas pelukan kekasihnya, memberi jarak untuk menatap manik hitam pria tercintanya, tak ada kebohongan di sana.
"Jangan menangis"
Dengan sayang Al mengecup kedua mata Melati.
"Aku takut kamu tak menepati janjimu Al, di sana banyak wanita cantik yang lebih menarik dibanding a.."
Ucapan Melati terhenti, karna bibir Mela terkunci oleh bibir tebal Al. Ciuman itu tak lama namun mampu memompa jantung keduanya.
"Ciuman itu, sebagai panjarnya. Yang berarti kamu tak boleh berpaling dariku, berjanjilah Mel"
Melati tak menjawab, melainkan Melati menubruk tubuh kekar kekar kekasihnya, pria itu sedikit terhuyung ke belakang. Setelah puas memeluk kekasihnya barulah ia berujar.
"Mana mungkin, aku bisa berpaling darimu Al, kamu yang telah mengajariku tentang cinta hingga sedalam ini, kamu yang memerawani bibirku,terlalu banyak kenangan indah bersamamu"
Al tersenyum, mendengar kejujuran kekasihnya. Ia percaya bahwa Melati adalah gadis setia, Al tak salah telah menitipkan cintanya pada Melati. Perlahan tangan kekar Al, meraih jemari lentik melati. Al sematkan Cincin yang bermahkota mutiara.
"Hanya cincin murahan ini yang bisa kuberikan padamu, sebagai pengikat cinta kita, aku janji akan menggantinya setelah aku kembali"
"Ini sudah cukup untukku Al, aku tak menginginkan yang lain, aku hanya mau kekasihku cepat kembali"
Hari itu menjadi hari terakhir mereka bersama, Alfaro kembali melanjutkan pendidikannya di London. Sementara Melati, mencari Keberuntungan di ibu kota. Menjadi sekretaris bos baik hati, adalah satu kemujuran bagi Melati, tak terasa perpisahan mereka sudah berjalan lama.
Apakah Melati tak merindukan Al? atau jangan-jangan Al sudah menemukan wanita yang baru?
Semenjak,hari itu Melati terus berkomunikasi melalui Whatsapp.
"Al, kamu lagi apa..?? aku kangen..! o ya Al aku udah dapat kerja di kantor Kontruksi di Jakarta lo"
Ucap Melati bahagia.
"Oh ya, bagus dong. Selamat ya sayang"
Al selalu saja begitu, membalas cat, Melati secara singkat. Terkadang membuat Melati kesal.
"Al kamu gak jawab aku"
Melati kembali mengirim pesan
"Aku capek mel, aku mau tidur, disini udah jam satu dini hari lo, beda dengan Indonesia, kamu harus ngertiin aku dong"
Mela menelan ludahnya, membaca jawaban Al. Mata Melati mulai berkaca-kaca, mungkin Al mulai lelah,menjalani hubungan jarak jauh seperti ini pikirnya.
Perlahan Melati meletakkan gawainya di atas nakas, ia menatap lekat jemari lentiknya, yang dihiasi cincin pemberian Al, yang bermahkota mutiara. Jemari itu terus memutar-mutar cincin, pemberian kekasihnya. Sementara air matanya terus menetes, Melati sedih menahan rindu yang tak sampai.
Ia usap pipinya berlahan,kemudian Melati mulai membaringkan tubuhnya, di atas sofa yang terdapat di dalam kamarnya,tangannya meraih bingkai foto, yang di dalamnya terdapat gambar dirinya dan Al tengah menikmati keindahan pantai.
Foto itu diambil lima tahun lalu saat mereka masih menjadi mahasiswa di universitas ternama.
Tatapan mata Melati terus tertuju pada gambar di bingkai, jemari lentiknya mengusap-usap permukaan kaca yang di dalamnya terdapat foto mereka. Hampir dua tahun ia melakukan hal yang sama.
Perubahan Al, tampak jelas setelah Melati bekerja di ibu kota, entah apa salahnya, Al terlihat menjauhinya, bahkan tak jarang Al mengabaikan telpon dari Melati, pesan whatsappnya juga selalu dibiarkan tak dibalas.Namun melati tetap berpikir positif, tentang kekasihnya itu.
Untuk menghilangkan rasa rindu yang menggebu, Setiap libur, Melati menyibukkan diri dengan pekerjaan rumah, Menata bunga,membersihkan taman kadag tak jarang ia membuat masakan, yang rasanya mampu memanjakan lidah rekan kerjanya di kantor.
Parahnya lagi, ia lakukan semua itu,untuk mempersiapkan diri menjadi istri Alfaro. Agar nanti saat waktunya tiba, Al tak kecewa dengan masakannya. Untung saja ada objeknya sebagai kelinci percobaan, untuk menilai masakannya.
Untuk urusan masak, Melati sampai ikut kursus, niatnya hanya satu yaitu untuk membahagiakan Al, tapi apakah Al masih mengharapkan Melati?
Entah lah,Melatipun mulai meragu akan kenyataan itu, ia hanya meyakinkan diri, bahwa Al masih mencintainya, meskipun faktanya, Al mulai abai, akan dirinya.
Terkadang Mela rindu, akan perhatiannya, yang sekedar menanyakan kabar, sudah makan, sedang apa...bagai mana pekerjaan di kantor, itu semua terasa menyenangkan jika ditanya dari mulut kekasihnya.
Sayang itu semua berlahan hilang, terbawa waktu dan jarak yang begitu jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Muzdaliva
sukaa
2020-02-21
2
Maximus P
lanjut dong
2020-02-02
0
Atiqa
sepertinya menarik.lanjut ahhh...😆
2020-01-27
3