HAMPA

Keagungan cinta terkadang tak mampu mempersatukan.Hujan membelah langit jakarta. Melati tanpa sadar menampung rintik-rintik hujan itu di tapak tangannya, bibirnya melengkung, membayangkan kebersamaannya tempo dulu. Sekejap senyum itu sirna.

Cinta tak lagi untuknya, kekasih hatinya sudah melupakannya, cintanya tergantung di awang-awang, begitu nyeri rasanya terabaikan. Melati menghapus genangan benig di pipi, ia tak mau ada yang melihat kesedihannya. Cukup ia dan Tuhan saja yang tau kepedihan hatinya saat ini.

Lamunannya terjaga dikala pintu berdecit nyaring yang mampu merobek gendang telinga.

"Mel, kenapa kamu gak angkat telpon saya" ucap Ardi penuh selidik.

"Eh.. maaf pak. gak dengar"

"Gimana mau dengar, orang kerjamu melamun aja, pasti masih mikirin kekasih hati yang udah jadi bang toyib" Ardi mengejek Melati terang-teranga.

"Sok tau! sapa bilang saya mikirin dia, saya lagi asik lihat hujan yang romantis, jadi gak dengar suara telpon bapak"

"banyak ngelesnya kamu"

"bener lo pak, coba bapak amati setiap rintiknya!" kenig Ardi berkerut, mendengar jawaban Melati.

"Ah. Masak sih Mel, ada hujan yang romantis"

Melati tak menjawab, ia kembali menadahkan tangannya, menampung setiap rintik hujan,matanya ia pejamkan sejenak. Ardi berdiri bersisihan di jendela ruangan Melati. Tangan Ardi mulai terulur merasakan sentuhan air hujan. Sesekali mata elang Ardi melirik ke arah Melati.

"Gimana pak, apa yang bapak rasakan?"

suara Melati membuyarkan keheningan.

"Ia romantis, itu karna ada kamu di sisi saya"

ledekan Ardi, mendapat lototan dari Melati.

"Jangan mulai deh pak"

"Aku serius Mel. Kamunya aja yang gak nyadar. gak capek kamu nolak aku terus, gak sakit hati kamu dibilang perawan tua..?"

Melati tak menanggapi ucapan bosnya itu, Melati melangkah meninggalkan Ardi.

"Bapak tadi manggil saya,ada perlu apa..? saya jadi lupakan.!"

Ardi tersenyum manis, sembari mengacak surai lembut milik Melati.

"Aku memang belum ngomong Mel,gimana kamu bisa Lupa"

Melati tersenyum malu. Bosnya itu memang terlalu sering mengerjainya.

"Mana file proyek, yang saya minta semalam? kok belum ada di meja saya? kamu sengaja ya, biar aku datang ke ruanganmu?"

Begitulah Ardi, hobinya meledek Melati. Melati hanya mencibir bosnya itu. Ardi tetkekeh melihat tingkah sekretarisnya. mereka memang dekat, bahkan tak jarang orang menganggap mereka ada hubungan khusus,antara atasan dan bawahan.

Melati mulai mencari file yang dimaksud bosnya. Setelah ketemu Ia menyerahkan filenya.

"Ini pak.." Melati menyerahkan file kepada pak Ardi. Ardi meraih file yang berkaitan dengan proyek yang bernilai milyaran. Namun sebenarnya, tujuan utama pria itu hanya ingin melihat wajah ayu wanita yang mengusik hati dan pikirannya.

"Terima kasih,"

Ucap Ardi sambil berlalu. Melati hanya mengangguk patuh. Ardi bos baik, yang kesem-sem kepada Melati.

Apa kurangnya Ardi, pemuda tampan, baik dan pengertian, yang selalu menunggu balasan cinta Melati. Ardi tak perduli akan perbedaan usia dirinya dan Melati. Melati lebih tua dua tahun diatas Ardi.

Ardi adalah putra kedua dalam keluarganya. Ia diberikan wewenang sementara oleh ayahnya, sampai anak tertuanya siap menggantikan posisi Ardi.

Sebenarnya Ardi bukanlah lulusan manajemen bisnis. Melainkan seorang dokter gigi. Yang terpaksa alih tanggung jawab atau alih propesi, karna kakak tertuanya memilih melanjutkan kuliahnya, ketimbang ngurus bisnis keluarga.

Saat ini Ardi dan Melati, tengah menuju proyek barunya, Pembangunan jembatan sepanjang, kurang lebih satu kilo meter. Melati terlihat cantik mengenakan sepatu safety, saat ini Melati tengah kesulitan memasang pengunci helm safetynya.

Tiba-tiba ada tangan kekar terulur memasangkan pengunci helm itu, Melati melirik sekilas kearah Ardi, Ardi tengah Kuhusyuk menatap pengait yang ada di bawah dagu sekretarisnya.

Melati menatap sekilas bosnya. wanita itu sedikit gugup, menerima perlakuan dari atasannya itu. Walau Ardi lebih muda, tetap saja dia laki-laki yang harus diwaspadai. Apa lagi Melati tau, atasannya ini menyukainya.

"Nah sudah siap, ayo kita kesana"

Ardi menunjuk ke arah bangunan jembatan, Melati manut mengikuti langkah Ardi. Tiba-tiba tanpa permisi Ardi meraih tangan Melati, untuk digandeng, seketika Melati mematung,mematap kedua sisi tangan mereka.

"Ayo.. Hati-hati, banyak besi, di sini"

Ardi memperingati Melati. Merekapun berjalan bersisihan sambil bergandengan tangan.

Sungguh Ardi sosok pria idaman banyak wanita. Mereka terus melangkah ke arah bangunan jembatan, tapi belum lagi sampai, kaki Melati menginjak potongan besi, seketika Melati tergelincir. Ardi terkejut menatap Melati.

Dengan gesit Ardi membantu Melati berdiri, namun kaki melati sakit saat di injakkan. Melati meringis memegangi paha bagian kanan.

"Kan aku udah bilang hati-hati, coba sini aku lihat mana yang sakit "

Ardi berucap sembari memimpin Melati, di tempat yang aman.

Belum sempat Melati menunjukkan kakinya yang sakit, Ardi lebih dulu menjerit.

"Kaki kamu berdarah"

Dengan sigap Ardi membopong Melati ke dalam mobilnya.

Di sini di klinik dua puluh empat jam, klinik Bunda. Melati mendapatkan penanganan. Melati terkesima melihat perlakuan si bos sungguh manis.

"Hati-hati"

Ucap Ardi mengingatkan wanita yang selalu ia inginkan. Pria itu terus memapah melati menuju mobilnya. Ardi mengantar skretarisnya pulang ke kediamannya.

Sampai di rumah Melati, Ardi membantu wanita itu untuk membuka kunci pintu.

"Pak, jangan terlalu baik dengan saya, saya gak mau bapak berharap lebih, dari saysa. Karna saya tau, saya gak bisa memberi apa yang bapak mau."

Ardi tersenyum mendengar ucapan skretarisnya.

"Saya tau, kamu bukan tipe wanita yang suka memberikan harapan. Saya gak memintamu untuk mencintai saya, saya butuh teman sepertimu Mel."

"Makasi, bapak sudah paham dengan keadaan saya."

Ardi dengan gemas mencubit hidung skretarisnya.

"Ih, bapak gak sopan ya. Cubit-cubit hidung orang, saya lebih tua dari bapak lo!"

Ardi tertawa mendengar celotehan wanita di hadapannya.

"Jadi kamu udah ngerasa tua?"

Ejek Ardi jahil.

"Ya gak dong, usia boleh tua, tapi penampilan gak boleh menua"

Jawab melati membela diri.

"Kamu ada aja jawabannya!"

Melati tersenyum lembut kearah bosnya itu.

"Saya pulang dulu ya Mel, kamu gak usah masak, nanti saya antar makan malam untuk kamu"

"Eeeh gak perlu pak, nanti saya bisa pesan lewat ojol"

"Gak papa, jangan merasa gak enak mel"

"Makasih bapak, udah baik banget sama saya"

Ucap Melati sembari tersenyum.

"Kitakan teman mel, teman itu harus saling membantu"

Ardi pulang meninggalkan melati. Setelah kepulangan pak bosnya, Melati meraih henponnya. Wanita itu memoto kakinya yang cidera. Lalu ia kirim ke nomor pria yang selalu ia rindukan.

"Al, hari ini aku mengalami kecelakaan kerja, Pahaku robek dan dijahit delapan jahitan"

Pesan whatsappnya sudah terkirim, bahkan pesan itu sudah di baca oleh pria itu.

Dengan sabar, Melati menunggu balasan dari Alfaro. Tapi sepertinya itu mustahil. Entah lah, hanya Melati yang tau kondisi hatinya saat ini.

Terpopuler

Comments

Atiqa

Atiqa

lanjut..

2020-01-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!