Gadis Desa Dan CEO Tampan

Gadis Desa Dan CEO Tampan

Bab 1.

Siang itu di sebuah tempat pemakaman umum sedang dipadati para pelayat yang turut mengiringi jenazah sang Ibu dari Lisa maheswari,

gadis belia berusia 19 tahun yang baru saja lulus dari bangku SMA ini mau tidak mau ia terpaksa harus menelan kenyataan pahit kehilangan Ibunda tercinta untuk selamanya.

Tak henti-hentinya Lisa terisak memeluk sebuah nisan milik Ibunya. air mata yang tak henti-hentinya mengalir membuat matanya sebab dan wajah yang pucat pasi, tak ada lagi terlihat senyum manisnya yang mampu membuat orang lain tersenyum dengan kecantikan wajah dan keanggunanya. Lisa sebenarnya orang yang sangat periang, ia senang menghibur dan menolong teman-temannya yang sedang dalam kesusahan. ia pun di kenal banyak orang lantaran kebaikanya itu.

namun sekarang di saat ia dalam kesedihan, tak ada seorang pun yang mampu menghibur hatinya.

"kami semua turut berduka cita ya nak Lisa."

"kamu yang sabar ya nak."

"kuatkan hatimu nak, agar Ibumu tenang di alam sana."

"yang sabar ya Lisa."

"kak Lisa yang sabar ya."

bergantian para pelayat berpesan menenangkan hati Lisa dan kemudia mereka berpamitan untuk meninggalkan pemakaman.

kini hanya tinggal Lisa seorang diri dan tetap pada posisinya memeluk batu nisan sang Ibu. ia tidak mempunyai sanak saudara di desa tempat tinggalnya, meskipun semua warga desa menganggapnya saudara. tetapi tidak ada tempat untuk ia mengadu, menumpahkan seluruh isi hati dan kesedihanya.

Ia teringat akan pesan Ibunya di saat detik-detik terahir. Ibu nya menyodorkan selembar kertas putih yang terlihat sudah lecek dan kusam, tulisanya pun hampir tidak terbaca, seprtinya selembaran kertas itu sudah lama usianya hingga tulisanya pudar termakan waktu.

"nak jika nanti Ibu telah tiada, pergilah temui Ayahmu." ucap Bu Yuni dengan suara yang terputus-putus.

"Ibu jangan berkata seperti itu Bu. Ibu akan sehat lagi sepertu sedia kala." jawab Lisa menguatkan Ibunya.

"tidak nak, rasanya Ibu sudah tidak kuat lagi, ambil ini nak, ini adalah alamat Ayahmu."ucap Bu Yuni menyodorkan ssecarik kertas bertuliskan alamat.

"untuk apa Bu, Ayah sudah meninggalkan Ibu, dia sudah tidak menganggap kita lagi Bu. bahkan hingga usiaku 19 tahun aku tidak tahu dan tidak pernah tahu wajah Ayahku seperti apa. apa lagi tempat tinggalnya Bu. jawab Lisa yang kini mulai menitikan air matanya.

"kamu jangan berkata seperti itu nak, walau bagaimanapun juga, dia tetap lah Ayahmu, darah dagingmu ini sebagian milik Ayahmu. kamu tidak boleh durhaka padanya." ucapnya lagi dengan nafas yang semakin berat.

"tapi bagaimana jika nanti Ayah tak mengenaliku dan tidak menerimaku disana Bu." jawab lisa.

"ketahui lah nak, Ayahmu itu sebenarnya orang baik, beliau pasti dengan senang hati menerimamu, bawalah ini nak sebagai bukti bahwa kau adalah putrinya." Bu Yuni kemudian menyodorkan sebuah kalung emas berisikan liontin kunci kepada Lisa.

"Lisa ayo kita pulang." ajak seorang pemuda berkulit putih dengan tato di sebagian tubuhnya berdiri di belakang Lisa memanggil namanya yang seketika tersadar dari lamunanya. dia adalah Danu Subroto, putra dari pemilik perkebunan teh tempat dimana Ibunya bekerja selama puluhan tahun. yang sudah sejak lama menginginkan Lisa menjadi kekasihnya, namun Lisa terus saja menolak karna Lisa sama sekali tidak memiliki perasaan cinta padanya.

"mas Danu pulang saja duluan, saya masih ingin disini bersama Ibu saya." tegas lisa.

"sudah lah Lisa, Ibu mu itu kan sudah mati, tidak mungkin bisa bangun lagi, ayo lah kita pulang." ajak Danu memaksa.

Lisa yang mendengar ucapan Danu itu sama sekali tidak memperdulikanya. ia masih berada pada posisis awal.

Danu menghela nafas panjang kemudian berjalan meninggalkan Lisa.

setelah Danu pergi hingga tidak terlihat oleh pandangan matanya kemudian Lisa berdiri perlahan,

"Bu Lisa pulang ya. besok lisa kembali lagi.semoga Ibu tenang disana." ucap Lisa dengan suara parau sambil menyeka air matanya yang terus saja mengalir tanpa henti, kemudian ia berpaling meninggalkan pemakaman.

jarak pemakaman dari rumah Lisa tidak lah jauh, hanya dengan berjalan kaki saja bisa segera sampai di rumahnya.

Lisa membuka pintu rumahnya, di pandanginya sudut sudut sekeliling ruangan, nampak bayangan seperti Ibunya tengah menyapu, memasak, menyiapkan mkanan, bercanda bersamanya dan juga kadang memarahinya. ingatanya masih sangat kuat dengan Ibunya, wajar saja karna baru tiga hari yang lalu mereka bercanda tawa bersama tiba tiba Ibunya mendadak pingsan, dan setelah diperiksa ternyata Ibunya mengalami kangker hati. betapa terkejutnya ia saat itu, apa lagi setelah mendengar Ibunya yang sengaja menyembunyikan penyakitnya selama ini, karna sang Ibu tidak ingin membebani putrinya, sang Ibu hanya ingin putrinya fokus bersekolah supaya nanti mampu bersaing dengan saudara saudaranya yang tinggal di kota Jakarta.

Tiga hari kemudian pagi-pagi sekali Lisa bergegas menuju Rumah milik Pak Yadi Subroto pemilik perkebunan teh terbesar di Desa nya. Lisa kemudian segera menemui Pak Yadi di Ruangan nya.

"selamat pagi Pak, maaf pagi pagi saya sudah mengganggu." ucap Lisa dengan hati hati.

"oh tidak masalah nak Lisa, silahkan duduk dulu." Lisa kemudian duduk tepat di depan meja Pak Yadi.

"begini Pak, maksud kedatangan saya kesini, saya ingin mengambil sisa gaji Ibu saya yang masih tersisa Pak." ucap Lisa

"oh sebentar ya Bapak cek dulu." jawab pak Yadi ramah seraya membuka buku catatanya. sekitar 1 jam Lisa menunggu akhirnya Pak Yadi selesai mengecek data gaji sang Ibu.

"ini nak." ucap Pak Yadi seraya menyodorkan amplop berwarna putih berisikan total gaji.

"terimakasih Pak."ucap Lisa tersenyum.

sebelum Lisa hendak beranjak meninggalkan Ruangan, Pak Yadi lebih dulu mencegah nya.

"tunggu nak Lisa, ada yang mau saya bicarakan padamu."ucap pak Yadi

"masalah apa ya Pak?"tanya Lisa penasaran.

"nak Lisa kan sekarang sendirian, pekerjaan juga belum punya. bagaimana jika nak Lisa saya jadikan sebagai menantu saya, karna sepertinya anak saya Danu sangat menyukai nak Lisa, dia pasti akan sangat senang apabila saya menikahkan kalian. dan kamu Lisa, tidak perlu susah susah lagi mencari pekerjaan karna bersama anak saya semua kebutuhan kamu akan terpenuhi." jelas Pak Yadi.

Lisa tersenyum mendengar penuturan Pak Yadi tentang jaminan untuk hidup mewah bersama anaknya, namun apabila tidak adanya rasa cinta di hati Lisa apakah akan mampu membentuk keluarga yang harmonis? apalah gunanya hidup bergelimang harta namun hati tersiksa dengan penuh paksaan. apa lagi Lisa tahu bahwa Danu suka mabuk mabukan di jalan dan main perempuan, itu sama sekali bukan Type Lisa.

" em saya merasa terhormat sekali atas tawaran Pak Yadi tersebut, tapi maaf sebelumnya Pak. saya tidak bisa menerimanya, karna saya harus berangkat ke jakarta besok untuk menemui ayah saya. tapi saya sangat sangat berterima kasih atas tawaran Bapak." jelas Lisa.

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

menarik

2023-05-06

0

Ary Prasetyo

Ary Prasetyo

izin minyak

2021-11-02

0

Tina Agus

Tina Agus

nyimak Thor🙏

2021-10-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!