Bab 5.

"Tok tok tok" terdengar suara pintu sedang di ketuk.

Non Lisa makan malamnya sudah siap, tuan dan nyony juga den Radit sudah menunggu di meja makan." ucap Bik Inah

"iya bik, sebentar lagi saya turun." jawab Lisa dari balik pintu,

setelah menuju kamar Lisa, seorang pembantu paruh baya tersebut kemudian munuju kamar Sintya.

"tokk tok tok."

"Non Sintya makan malamnya sudah siap , tuan dan nyonya juga den Radit sudah menunggu di bawah." ucap bik Inah dari balik pintu kamar Sintya.

lama bik Inah menunggu namun Sintya sama sekali tidak menjawab nya. karna hal itu sudah sering terjadi, bik Inah mengabaikan nya dan kemudian kembali kebawah.

Lisa kemudian turun menuju meja makan. dan di sambut hangat dengan Ayah dan Ibu tirinya.

"ayo duduk lah nak, kita makan bersama. sudah lama sekali papa menantikan saat saat seperti ini." ucap sang Ayah.

"iya nak, papa kamu ini sudah sejak lama mencarimu, dan sekarang sangat bahagia sekali bisa bertemu dengan mu." ucap Bu Dewi menambahkan.

lisa hanya membalas ucapan Ayah dan Ibu tirinya itu dengan senyuman, karna ia masih merasa kikuk, wajar saja karna selama 19 tahun terahir, baru kali ini ia bertemu dan tahu seperti apa ayahnya.

sedangkan Radit hanya diam saja tidak bersuara sdedikitpun.

"siapa yang suruh orang desa itu duduk disana ma, pa!" Teriak Sintya sembari berjalan menuju meja makan."

seketika semua orang yang sedang duduk di meja makan tersebut terkejut, begitu pula dengan ke 2 pembantu mereka.

"bicara apa kamu hah? dia ini adalah kakak mu." ucapa sang Ayah dengan nada tinggi.

"tidak pa, aku tidak sudi punya saudara seperti dia, kucel, kotor dan bau, kalau dia masih makan satu meja dengan kita. sampai kapan pun Sintya gak mau makan bersama lagi." dengus Sintya dengan kesal sembari pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"keterlaluan, mau kemana kamu Sintya." bentak sang Ayah semakin kesal.

"sudah pa, biarkan saja dulu, mungkin dia ingin menenangkan hatinya dulu,

mungkin sangat sulit bagi nya untuk menerima kenyataan yen mendadak seperti ini. semoga saja secepatnya dia mau menerima Lisa sebagai kakak nya." ucap Bu Dewi menenangkan suaminya.

"ya semoga saja Bu." jawab sang Ayah.

"ya sudah ayo kita makan dulu." ajak Bu Dewi kembali. mereka pun mulai menyantap makanya. sedangkan Lisa belum menyentuh makanan nya sedikitpun."

"kenapa kamu tidak mau makan nak." tanya Bu Dewi.

"aku belum lapar ma." ucap Lisa berbohong. karna ucapan Sintya terdengar bagai sambaran petir di telinga Lisa. ia sadar akan dirinya yang hanya seorang gadis desa. sama sekali tidak pantas bersanding dengan mereka.

"maafkan Lisa ma, pa. gara gara Lisa semuanya jadi kacau, mulai besok Lisa gak akan makan disini lagi, Lisa akan makan di dapur saja." tambah Lisa lagi.

"Lisa kamu tidak usah mendengarkan kata -kata Sintya, dia memang agak keras kepala." ucap sang Ayah.

"tidak apa apa kok pa, Lisa sangat tidak keberatan untuk hal itu, Lisa tidak mau menyakiti hati Sintya." jawab Lisa.

"baiklah kalau itu ke inginan mu akan papa ijinkan, tapi karena sekarang Sintya sudah terlanjur pergi, jadi papa minta untuk sekali ini kamu makan bersama kita." pinta Sang Ayah.

"baik lah pa." Lisa menurut, membuat sang Ayah dan Ibu tirinya tersenyum lega. dan Radit tetap fokus menghabiskan makananya, tanpa ikut campur sedikitpun.

stelah habis menyantap makan nya, Lisa kembali menuju kamarnya dan beristirahat.

ke esokan harinya sepeti kebiasaan nya di desa Lisa sudah bangun sekitar jm 4 subuh, ia turun menuju ruang dapur dan menemukan bik Inah sedang memulai aktivitasnya.

"pagi bik." sapa Lisa dari belakang Bik Inah. yang spontan membuat wanita paruh baya itu terkejut dan melompat.

"astagaaa.. Non Lisa, bibik kaget sekali Non, Bibik kira Non hantu." ucap Bik Inah dengan tubuh yang masih gemetar karna terkejut.

"hehee maaf bik." ucap Lisa terkekeh melihat reaksi lucu bik Inah.

"memangnya Non Lisa ada perlu apa bangun jam segini, kenapa gak panggil bibik dulu." ucap bik Inah

"tidaak bik, saya hanya ingin menemani bibik memasak, karna saya sudah terbiasa bangun jam segini kalu di desa bik." ucap Lisa.

"wah selain baik, Non Lisa ternyata rajin bangun pagi, tapi Non saya harus supermarket dulu untuk membeli keperluan memasak." ucap Bik Inah,

"kalau gitu saya boleh ikut kan bik?" tanya Lisa.

"boleh Non, ayo kita berangkat."

merekapun kemudian berangkat menuju super market di antarkan oleh seorang supir yaitu mang Ucup.

sesampainya di super market Lisa kemudian memilih milih syuran dan daging yang cocok untuk di olah sebentar lagi.

setelah di rasa cukup, mereka kemudian kembali pulang secepatnya.

saat mereka berjalan hendak menuju mobil, tak sengaja Lisa melihat seorang pemuda menjatuhkan dompetnya. Lisa lalu mengejar pemuda tersebut.

"mas dompetnya terjatuh." teriak Lisa menghampiri pemuda tersebut dan menyodorkan dompetnya.

pemuda itu kemudian membalikan wajahnya, memperlihatkan ketampanan dan senyum manisnya.

Lisa yang melihatnya membuat jantungnya berdegup kemcang.

ini kan pemuda yang membangunkan ku saat aku di kreta. batin Lisa saat menatap wajah pemuda tersebut.

"ayo Non kita pulang sudah siang." teriak bik Inah menyadarkan lamunanya.

pemuda itu lalu mengambil dompetnya, setelah di serahkan nya dompet itu, Lisa buru buru pergi meninggalkan pemuda tersebut.

"ehh tunggu.."teriak pemuda tersebut, karna belum sempat ia berterima kasih, gadis itu sudah meninggalkan nya. dan percuma saja jika iya berteriak, gadis itu tidak akan mendengarnya.

sesampainya di rumah, Lisa kemudian mencuci sayuran dan daging tersebut hingga bersih kemudian mulai memasaknya.

"Non biar bibik saja yang menyelesaikanya, Non Lisa istrirahatlah dulu, dan menunggu di meja makan, bibik akan siapkan sarapan dulu." ucap seorang pembantu tersebut. bik Inah tugasnya memang memasak dan mencuci, sedangkan Bik Atun khusus untuk membersihkan ruangan.

"tidak bik, biar saya yang menyelesaikanya, bibik siapkan saja sarapan untuk tuan dan nyonya." ucap Lisa membantah.

"baiklah Non." bik Inah kemudian menyiapkan sarapan pagi dan cepat membawanya ke meja makan.

Bu Dewi dan Pak Hadi telah menunggu, kemudian terdengar suara Radit yang buru-buru duduk di meja dan dengan cepat melahap sarapan nya.

"kok buru buru sekali nak." tanya sang Ibu.

"iya ma, Radit kesiangan dan hampir terlambat." ucap Radit sambil menjejalkan makanan di mulutnya.

"iya mama tahu, tapi kalau kamu makanya seperti itu, kamu bisa tersedak."

belum selesai sang Ibu bicara, Radit sudah tersedak dan terbatuk-batuk, kemudian dengan spontan meminum susu yang sudah tersedia disamping nya.

"nah kan. apa mama bilang. kamu tidak apa kan." tanya sang ibu khawatir.

"hehe tidak apa ma." jawab Radit.

"kak Sintya mana, ko belum kelihatan?" tanya sang Ayah dari balik kertas koran yang pegang menutupi wajahnya.

"tau tuh pa, mungkin belum bangun. ya sudah Radit berangkat ya pa, ma." jawab Radit seraya mencium punggung tangan kedua orang tuanya.

tak lama kemudian Sintya datang dan duduk di kursinya. sembari melihat sekeliling celingukan.

Terpopuler

Comments

Yuni Verro

Yuni Verro

sok banget sintya anak. manja

2023-05-06

0

Eva Novianti

Eva Novianti

pasar kali bi inah bukan supermarkett...mna ada supermarket buka ny jm 4 subuhhh....aya aya waee haha

2023-01-03

0

Monica Agustina

Monica Agustina

untung ibu tirinya baik 🤗

2021-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!