Demi Kakak Tiriku
"Rania kakak mohon untuk terakhir kalinya, biarlah kali ini kamu menolong kakak. Kamu tidak mau berterima kasih kepada keluarga kakak karena telah mengurus kamu sejak kecil" Salsa yang biasa memperlakukan buruk kepada Rania kini bersimpuh dihadapannya.
Rania yang sering dianggap seorang ‘pembantu’ di keluarga Salsa kini diperlakukan layaknya ‘ratu’ karena permintaan tidak masuk akal Salsa.
Rania menangis mendengar omongan kakak nya, Apa kali ini ia harus mementingkan kebahagiaan kakak nya lagi?
Bahkan ia tidak meminta keluarga tersebut untuk mengambilnya di panti asuhan saat kecil. Bukan ia tidak tahu terima kasih, tetapi untuk apa Rnia diasuh jika hanya diperlukan untuk membersihkan seisi rumah. Ia hanya diperlukan dan dianggap keluarga tersebut hanya untuk menutupi segala kesalahan yang Salsa perbuat, kecuali ayahnya yang selalu sayang kepada dirinya.
Tetapi untuk menikah dengan suami kakak nya hanya untuk menghasilkan seorang keturunan dan setelah itu ia akan diceraikan ia benar- benar tidak bisa. Menurut Rania pernikahan sangat lah sakral, satu kali seumur hidup.
Gila!
"mamah mohon nak, kamu tidak kasian sama kakak kamu" kali ini mamah Salsa memohon, seorang ibu yang selalu memperlakukan buruk pada anaknya
'Mamah hanya mementingkan kebahagiaan kakak saja. Lagipula mamah hanya menganggap aku anak saat seperti ini, disaat aku susah mamah tidak pernah sekalipun menoleh kepadaku!' bisakah Rania berteriak seperti itu, tetapi berkata seperti itu hanya semakin bikin runyam keadaan.
Rania menoleh kepada Dimas suami dari kakaknya tersebut. Laki-laki tersebut hanya memandangnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, seperti tatapan yang meremehkan dirinya.
"aku gak bisa" ucap Rania pelan
"Benar-benar anak yang tidak tahu diuntung! sudah berapa biaya yang saya keluarkan hanya untuk menghidupi kamu, ini balasannya! jika kamu tidak mau, maka bayar saya 500 juta untuk membayar semua keuangan yang telah saya keluarkan untuk kamu"
Rania terisak, disaat seperti ini ia sangat merindukan ayahnya. Keinginan ayahnya lah untuk mengadopsi dirinya. Mamah dan kakaknya akan berbuat baik hanya didepan ayahnya, tetapi dibelakang ayahnya ia diperlakukan layaknya seorang pembantu.
Tetapi semenjak ayahnya meninggal dua tahun yang lalu, semua berubah. Tidak hanya disiksa secara fisik ia juga semakin disiksa secara batin. Semuanya semakin terkoyak. Seakan awan kelabu selalu menghantui hidup tiap detiknya.
"bagaimana bisa 500 juta ada ditangan saya malam ini juga?"
Kenyataan semakin menyudutkan Rania. Seakan- akan ia dihadapkan oleh kematian didepan mata, tetapi Rania tidak bisa apa-apa. Ia hanyalah anak angkat yang harus selalu tahu akan kedudukannya.
"baik aku mau" final Rania
"baguslah jadi anak angkat tuh seharusnya tahu diri. Oh iya selama lu nikah sama Dimas, lu hanya diperbolehkan untuk menghasilkan seorang anak, setelah itu lu silahkan pergi dari kehidupan kami" ingat Salsa
Sebelum beranjak pergi Salsa membalikkan badannya dan menatap tajam Rania, "dan satu lagi lu gak boleh jatuh cinta sama suami gue. Ingat itu! dan persiapkan diri lu besok"
"Hah besok ka?" Rania sangat terkejut, apa secepat ini takdir mempermainkannya? apa keinginan ia untuk menikahi laki-laki yang mencintai dirinya akan pupus begitu saja?
"yaps besok, lebih cepat lebih baik. Gak usah pakai drama nangis segala, awas lu kalau besok gue liat kantong mata lu hitam" ancam Salsa
"iya ka. Apa ada yang perlu aku siapkan?" tanya Rania tidak bisa membela diri lagi, kali ini ia membiarkan tubuhnya terlempar kearah jurang yang dipenuhi racun berbisa
Untuk keluar? Maka Rania harus menghadapi ratusan ular tersebut. Dalam artian memang sangat sulit untuk mencari celah keluar. Kecuali jika Tuhan masih sayang pada-nya.
Ya Allah, terima kasih atas cobaan yang engkau berikan. Karena cobaan inilah yang membuat aku semakin kuat.
"orang miskin kaya lu bisa siapin apa sih. Udah lu mah siapin diri aja, besok pagi nanti gue jemput. Jangan sampai besok ada drama kesiangan!" ucap Salsa menyadakan dirinya
"oh iya ka, apa aku boleh bicara berdua dengan suami kakak?"
Salsa menoleh kepada suaminya meminta persetujuan. Mendapat persetujuan dari Dimas membuat Salsa menatap sinis Rania, "gak usah bilang macem-macem sama suami gue"
Rania mengangguk patuh,
Dimas mengikuti Rania yang berjalan kehalaman depan kontrakan tempat ia tinggal beberapa tahun belakangan ini. Rania menatap punggung Dimas yang begitu tegap, sampai-sampai ia tidak sadar Dimas sudah menatapnya sejak tadi.
"Apa yang kamu ingin bicarakan dengan saya?" suara berat Dimas mengejutkan Rania
Tatapan tajam Dimas membuat Rania sedikit menciut. Meski sering mendapat tatapan seperti itu dari orang-orang, tetapi entah tatapan Dimas berbeda. Tatapan yang sangat mengancam.
"Kamu setuju dengan rencana kakak aku? Apa kamu tidak keberatan? Aku gak mau kalau kamu nikahin aku secara terpaksa"
Dimas mendengus, "Mana mungkin saya mau nikah dengan perempuan seperti kamu, kalau bukan karena kakak kamu saya juga tidak mau menikah dengan kamu. Saya menikahi kamu hanya untuk menghasilkan seorang anak, setelah itu saya akan menceraikan kamu"
Seperti ada yang menusuk hati Rania. Sakit, sakit sekali. Apa begitu mudah Dimas berkata seperti itu? apa sama sekali tidak ada rasa kasihan terhadap dirinya?
"Apa aku tetap diperbolehkan untuk kerja selama menikah dengan kamu?" Rania hanya bisa berharap untuk terakhir kalinya
"tidak masalah, lagipula itu bukan urusan saya. Silahkan kamu melakukan apapun hal yang mau kamu lakukan, asalkan tidak merepotkan saya. Dan jangan mengganggu saya sedikit pun"
"baik ka Dimas, terima kasih"
"hmm"
Dimas masuk kedalam kontrakan tempat Rania tinggal selama ini, meninggalkan Rania yang termenung menahan tangisannya.
Memang semenjak satu tahun yang lalu Rania memutuskan untuk tidak tinggal bersama dengan keluarganya yang mengasuhnya. Tetapi tetap saja Rania harus memberi uang kepada mamahnya setiap bulan. Tetapi Rania tidak mempermasalahkan itu semua, ia hanya menganggap sebagai bakti seorang anak kepada orangtua.
Salsa, Dimas dan mamahnya pergi meninggalkan Rania yang sedang menahan tangisan sejak tadi. Nasib baik tidak pernah menghampiri Rania. Sejak kecil hanya ada tangisan, kekerasan, pembullyan yang hinggap dikehidupan Rania.
Pikiran untuk pergi keluar kota malam ini juga meninggalkan keluarganya sempat terlintas dipikiran Rania. Tetapi mengingat kebaikan mendiang ayahnya menghentikan niat buruk Rania tersebut.
Biarlah untuk kali ini, Rania mengalah lagi.
Daripada terus menangisi nasibnya yang tak kunjung bahagia, Rania memilih untuk memberi pesan kepada atasannya untuk meminta cuti untuk tiga hari kedepan.
Dengan lulusan SMA, Rania patut membanggakan diri saat diterima kerja menjadi seorang sekretaris. Bukan perusahaan kecil tetapi langsung perusahaan besar yang terkenal diseluruh Indonesia yang menerima dirinya.
Rania hanya menganggap diterimanya Rania di perusahaan tersebut sebagai hasil doanya selama ini.
Handphone berdering menandakan balasan dari atasannya.
"yesss bolehh" Rania girang mengingat sangat susah untuk meminta cuti kepada atasannya kecuali jika sedang sakit, mau tidak mau atasannya akan mengizinkan.
Tetapi senyum diwaja Rania menghilang ketika mengingat jika ia cuti untuk menikah dengan suami dari kakaknya.
Rasanya Rania ingin mempersalahkan nasibnya yang begitu buruk, tetapi mempersalahkan nasib sama saja Rania menyalahkan Tuhannya. Lagipula sama saja Rania tidak bersyukur.
Bukankah apa yang terjadi saat ini sudah kehendak dari Tuhan.
Biarlah untuk saat ini Rania akan mengikuti alur yang akan membawanya. Bukankah setiap kejadian pasti ada hikmahnya. Rania hanya akan menunggu pelangi yang menyambutnya setelah badai yang begitu panjang.
Rania hanya bisa berharap
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Jue
Bodoh dengan Lurus tu beda tipis
2023-01-06
0
Redmi Lima
minta pak arif aj 500 aj,ahahahai
2022-12-17
0
Aliya Winata
mampir dlu. deh😅
2022-11-11
0