Malam tampak indah dengan taburan bintang disekitarnya. Besok pagi jadwal Rania dan Dimas Untuk pulang. Mereka menyempatkan diri untuk membeli oleh-oleh terlebih dahulu.
Suasana tampak ramai dengan para turis yang asyik belanja dari satu toko ke toko lainnya. Tidak lupa para pedagang kuliner yang tidak pernah sepi pembeli.
"mau beli yang mana?" tanya Dimas mengalihkan perhatian Rania
"aku gak ngerti kalau soal oleh-oleh begitu. Terserah kamu aja, aku nunggu diluar aja ya. Lagipula kamu harus beli pesanan Salsa kan"
Dimas mengangguk dan meninggalkan Rania sendiri diluar,
Setengah jam kemudian, Rania melihat Dimas yang sudah berada dikasur dengan beberapa totebag yang dibawa nya.
"udah yuk, pesanan Salsa udah saya beli semua" Rania melihat tangan Dimas yang penuh dengan berbagai macam totebag
"oke yuk, habis ini mau kemana lagi?" Rania membawa sebagian totebag tersebut, membantu Dimas dan mereka melanjutkan perjalanan
Dimas mengangkat totebag yang tersisa kedepan muka Rania, "kamu liat kan saya masih bawa banyak totebag, ke villa dulu saja habis itu kita keluar lagi cari makan" sarkasnya
Rania mengangguk lalu mendengus. Mereka jalan berdua tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Walaupun semakin malam rasanya seakan semakin ramai membuat mereka berdua tidak merasa kesepian sama sekali.
Dari jauh Rania melihat seorang wanita sedang berdiri di dekat pintu villa. Semakin dekat ternyata perempuan tersebut Salsa dan kini sedang berlari kearah Dimas.
Dimas yang melihat Salsa mulai menghampirinya memberikan totebag yang ia bawa ke Rania, membuat perempuan itu sedikit terhuyung, kesulitan karena banyak totebag yang ada.
Salsa menghambur kepelukan Dimas dan Dimas membalasnya dengan sangat erat. Pemandangan tersebut membuat Rania mengalihkan pandangannya. Merasa sakit hati.
"buat apa lu masih disini, masuk sana! mau lihat gue mesra-mesraan sama Dimas?" sarkas Salsa mengusir Rania
"sana kamu masuk dulu, nih kuncinya" Dimas merogoh sakunya dan memberi kunci kepada Rania, "kamu makan sendiri saja ya, saya mau jalan-jalan dengan Salsa"
"iya mas"
Salsa menatap nyalang Rania, "jangan lupa rapihin koper gue!" Salsa menghentikan langkahnya, "dan satu lagi jangan sedih ngelihat gue berduaan sama Dimas, lu gak berhak dengan perasaan itu"
"iya aku ngerti" Rania beranjak meninggalkan Dimas dan Salsa yang masih saling melepas rindu
Rania menghela nafasnya, gusar. Begini banget nasib jadi istri kedua. Saat ada istri pertama maka istri kedua akan terlupakan.
Daripada bersedih-sedih Rania memutuskan keluar untuk mencari makanan, setelah merapihkan koper milik Salsa dan menaruhnya dikamar tempat ia dan Dimas tempati. Rania juga merapihkan koper miliknya dan menaruhnya dikamar tepat disebelah kamar Salsa dan Dimas.
"Raniaa" panggil seseorang dari kejauhan
Rania mencari arah panggilan tersebut dan mendapati atasanya yang sedang berjalan kearah Rania. "bapak? bapak ada acara apa di Bali?"
Vino terkekeh, "saya sudah bilang kan kalau diluar kantor panggil aja nama. Saya sedang ingin liburan saja di Bali, kantor gak ada kamu rasanya ada yang kurang"
Rania tersenyum, bossnya memang yang paling top. Vino selalu mencari cara agar Rania merasa bahagia. Ia juga tidak akan sungkan-sungkan jika sedang berdua dengan bossnya.
"iya Vino, maaf aku belum terbiasa. Aneh gitu" lesung pipi Rania terlihat
"oh iya kamu ada apa ke Bali?" tanya Vino
Rania pun menceritakan secara singkat kepada Vino. Vino sudah menganggap Rania seperti adiknya yang sudah meninggal. Maka dari itu, vino sangat ingin menjaga Rania dan berusaha untuk membantunya.
"kamu benar yakin dengan yang kamu lakukan saat ini?" Vino sangat kagum dengan Rania. Belum pernah ia melihat perempuan setegar dan setabah Rania.
"aku tidak bisa gimana-gimana vin, mau menolak pun aku akan dikata tidak tahu diri. Ya mau bagaimana lagi mungkin memang ini benar takdirku"
Vino mengelus punggung Rania memberi kekuatan, "ya sudah, saya akan selalu doakan yang terbaik untuk kamu. Kamu kalau ada apa-apa jangan sungkan bicara dengan saya"
"iya vin, oh iya kamu mau kemana malam-malam keluar?"
Vino. mengelus perut sixpack nya, "malam-malam begini enaknya nyari makan"
"ih sama, aku juga mau makan bareng aja yuk"
Vino mengangguk dan menggiring Rania ke restauran terdekat, "oh iya by the way suami kamu kemana? bukannya seharusnya orang yang sedang berbulan madu selalu berdua kemanapun"
Rania menunjukkan raut sedih membuat Vino merasa bersalah, "tadi ka Salsa tiba-tiba datang dan mereka entah pergi berdua kemana" Rania mengedarkan pandangan dan mendapati Salsa dan Dimas sedang berada di restauran yang sama dengan mereka.
"vin, tuh suami aku. Arah jam delapan" titah Rania
Vino menengok sesuai dengan yang Rania arahkan dan mendapati Salsa dan suami Rania sedang bermesraan. Melihat itu membuat Vino geram.
Bisa-bisanya mereka melupakan Rania yang notabene nya sedang bersama mereka di Bali. Vino menggandeng tangan Rania dan membawanya kemeja Salsa dan suaminya.
Rania hanya bisa pasrah. Ia sudah tahu sifat Vino yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.
"permisi, kami boleh gabung tidak. Meja yang lain penuh" ucap Vino
Dimas terkejut mendapati Rania sedang bersama laki-laki lain. Dadanya bergemuruh seketika. Ia tidak suka melihat perempuan nya digandeng dengan laki-laki lain.
"permisi" ucap Vino lagi membuat Rania sedikit menekan tangan Vino yang sedang digenggamannya seakan-akan mengajak Vino beranjak meninggalkan mereka
"siapa sih!" ketus Salsa, yang sedari tadi belum sadar akan kehadiran Rania, "eh elu toh, sama siapa tuh. Abis ngegoda laki-laki siapa tuh" lanjut Salsa
Vino mengulurkan tangannya, "perkenalkan saya boss Rania"
Salsa hanya memandang uluran tangan Vino tanpa berniat membalasnya.
"maaf saya bisa tidak gabung disini, meja yang lainnya penuh"
Dimas mempersilahkan Rania dan Vino untuk duduk bersama.
"kamu mau pesan apa?" tanya Vino sembari mem balik-balik buku menu yang telah diberi oleh pelayan, "nih ada nasi goreng seafood kesukaan kamu" lanjut Vino lagi berusaha memanas-manasi Dimas
"ya udah nasi goreng seafood aja, minumnya terserah kamu aja"
Vino mengeluh, "dasar perempuan kata terserah selalu menjadi andalannya" lalu tertawa, "ya udah aku pesan dulu aja, kamu tunggu sini aja ya"
Rania tertawa, "iya Vin"
Dimas yang melihat kejadian tersebut menjadi geram. Bersama dirinya Rania tidak pernah tertawa bahagia seperti tadi. Mau marah juga tidak bisa karena ia sedang bersama Salsa.
Dimas melirik Salsa yang sedang sibuk memainkan hpnya, lalu melirik Rania yang sedang tersenyum menatap Vino yang masih memesan makanan, "siapa laki-laki tadi?" tanya Dimas tiba-tiba menyadarkan Rania
"Tadi kan dia sudah jelaskan, Vino atasan aku dikantor" jelas Rania
Dimas mengangkat satu alisnya, "mana ada atasan dan bawahan begitu dekat, kamu gak ada hubungan gitu sama atasan kamu? sekarang kan lagi marak boss kepincut sekertaris nya sendiri? kamu gak ngerusak hubungan orang kan" ketus Dimas
Salsa menatap Dimas heran, sejak kapan suaminya itu peduli akan hal kecil seperti itu, "kamu gak cemburu kan mas?" Dimas tersentak
"eh, enggak ko"
Salsa pun berdiri, "mas pergi sekarang aja ya, kita juga udah selesai dari tadi. Gue mau lanjut jalan sama Dimas, lu gak usah ganggu lagi. Oh iya besok lu pulang sendiri, gue mau lanjut liburan sama Dimas"
"iya ka"
Dimas menatap tajam Rania, "kamu gak usah dekat-dekat sama laki-laki tersebut, saya tidak suka" Dimas pun mengejar Salsa yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya lau merangkul Salsa dengan mesra
Pemandangan tersebut membuat Rania tersenyum sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nur Ain
aduhhh bulan madu bendanya nih
2021-07-23
1
Lea Octa
idih dasar Dimas aneh...udh Rania cuekin aja g ush di denger omongan dua org itu
2021-07-23
1
Nur Hidayah
gak usah terlalu mikir manfaatkan kesempantan yg positif
2021-06-19
1