Rania tidak pernah tidur se nyenyak saat ini. Mengendus aroma yang menenangkan semakin membuat Rania malas untuk bangun. Ia mengeratkan pelukannya pada badan seseorang.
Hah badan!
Rania perlahan mendongak dan mendapati wajah Damai Dimas. Pelan-pelan Rania melepaskan diri dari pelukannya, tetapi bukan terlepas pelukan terasa semakin erat.
"mas Dim lepas. Aku mau mandi" Rania menyembunyikan diri dipelukan Dimas saat sadar dirinya tidak memakai pakaian
Ia benar-benar malu. Hal seperti ini sangat janggal bagi Rania.
"lima menit lagi" sahut Dimas lalu menghirup aroma tubuh Rania
Aroma bedak khas bayi.
"mas aku mau shalat dulu" seru Rania dengan menggeser lengan Dimas walaupun sulit
"nanti Rania. Mas bilang lima menit lagi. Mas masih lelah!" bentak Dimas
Rania tersenyum pedih, membiarkan tubuhnya menjadi tumpuan laki-laki itu. Masalah akan semakin besar jika ia mengelak. Lebih baik ia diam dan turuti kemauan Dimas.
Dimas mulai mengerjakan mata lima menit kemudian. Laki-laki itu melenguh dan langsung menggeser tubuh, memberi jarak dengan Rania.
"maaf saya khilaf" serunya kemudian bangkit dan berlalu begitu saja kekamar mandi. Tanpa menanyakan bagaimana keadaan perempuan itu
"sudahlah... Aku berharap apa? Dia menanyakan kabarku? Dia peduli padaku" gumam Rania, "hahaha.... Itu semua mustahil terjadi"
~
Dimas dan Rania sudah siap untuk menikmati sisa waktu mereka di Bali. Mereka memutuskan untuk mengunjungi Uluwatu.
Keinginan Ranai untuk melihat tarian kecak akan terpenuhi sebentar lagi.
'dibalik kepedihan yang sedang ia alami ternyata ada juga manfaat dibaliknya' gumam Rania
Tari kecak menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Setelah melihat penampilan tari kecak mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Matahari yang begitu terik membuat mereka sedikit lelah, tetapi tidak menyurutkan semangat Rania.
"mau kemana lagi habis ini?" tanya Dimas
"terserah mas aja" Rania melepas topi dan mulai mengipas-ngipasi wajahnya yang penuh dengan peluh keringat
Dimas yang melihat Rania kepanasan pun mengajak Rania memasuki kafe yang dekat dengan mereka.
"huhh ademnyaa" lega Rania saat memasuki kafe tersebut, hawa ac langsung menyegarkan tubuh Rania begitu saja
Pelayan menghampiri mereka, "ada yang bisa saya bantu" sembari memberikan menu di kafe tersebut
"ice americano satu" Dimas memandang Rania yang masih bingung untuk memilih, "kamu mau apa?"
"ice matcha deh" putus Rania akhirnya
Setelah menyebutkan pesanan pelayan tersebut meninggalkan meja mereka membuat pasangan suami istri tersebut kembali terdiam.
Deringan telpon terdengar. Senyum sumringah terpampang dibibir Dimas saat melihat Salsa menelponnya.
"saya keluar dulu ya mau angkat telepon" ucap Dimas 'dari Salsa' lanjutnya dalam hati
Entah hatinya mengatakan untuk tidak jujur kepada Rania. Dimas tidak mau melihat Rania murung karena kelakuannya. Ada rasa sedikit kasihan dihati Dimas jika melihat raut wajah Rania yang berubah sedih.
Tetapi Dimas berjanji pada dirinya untuk tidak membawa perasaan dalam pernikahannya yang kedua ini. Dia akan terus setia pada istrinya uang pertama, Salsa.
Rania memandang Dimas yang sedang menelepon di luar. Senyum dan tawa terlihat begitu indah dimata Rania.
Seketika senyum miris hinggap dibibirnya, 'sepertinya Dimas sedang ber teleponan dengan Salsa. Lihat dia begitu bahagia saat berbicara dengan Salsa, tapi saat dengan aku dia begitu datar' gumam Rania, 'ah ngapain sih aku sedih. Aku tidak boleh bawa perasaan dalam pernikahan ini toh setelah aku melahirkan seorang anak aku akan ditendang' lanjutnya
"makasihh" ucap Rania saat pelayan mengantarkan pesanan mereka
Sudah setengah jam, tetapi Dimas masih asyik ber teleponan diluar. Rania meminum terlebih dahulu, "hmm enak banget" seru Rania.
Rania mengeringkan bibirnya. Sampai minuman habis pun Dimas belum kembali. Rania memilih keluar dan menemui Dimas.
"masih lama?" tanya Rania dengan berbisik, ia tidak ingin Salsa mendengarnya dan menimbulkan keributan
Dimas menggeleng lalu mengisyaratkan Rania untuk pergi menjauh, "udah dulu ya sayang, sampai ketemu besok" ucap Dimas ditelepon yang masih terdengar oleh Rania
"ice americano saya gak kamu bawa?" retoris Dimas walau dia melihat dengan matanya jika Rania tidak membawa apapun dikedua tangannya
"enggak, es nya udah pada cair pasti gak enak. Makanya aku tinggalin aja, gak papa kan?"
"ya sudah, saya pesan minum lain kedalam dulu ya. Ada yang ingin kamu pesan lagi?"
"ice matcha lagi!" seru Rania, "sama kalau ada cake rasa matcha aku minta tolong beliin" Rania merogoh tas-nya, "bentar aku cari uang dulu"
"Saya suami kamu, sudah menjadi tugas saya untuk menafkahi kamu lahir batin" Ucap Dimas merasa tersinggung
"eh iya maaf mas, makasih atas traktiran-nya"
"ya sudah. Jadi kamu mau minuman sama cake matcha lagi?" Rania mengangguk cepat
Dimas berdecak kagum, apa wanita itu tidak merasa kembung sedikitpun. Walapun ia tadi sedang ber telepon matanya tidak pernah lepas dari Rania. Padahal minuman yang dipesan Rania bukan minuman yang porsinya sedikit, dan kini perempuan itu ingin meminumnya lagi.
"kamu yakin? gak kembung?"
Rania menggeleng lalu tersenyum, "enggak, aku suka matcha yang dijual dikafe itu. Enak bangettt"
"oke oke, saya pesan dulu kedalam. Kamu disini dulu jangan kemana-mana" ucap Dimas
Rania mengangguk patuh dengan tampang polosnya membuat Dimas diam-diam tersenyum. Bagaimana ia bisa melakukan hal yang buruk pada perempuan yang begitu polos.
Dimas datang dan tangannya terlihat penuh. Buru-buru Rania menghampiri dan membantunya, "sini mas Rania bantu"
"makasih" singkat Dimas
Dimas menatap Rania yang menyimpan minumannya, "ice matcha nya gak diminum? nanti keburu cair es nya"
Rania enggan, "pengen sih minum sekarang, tapi sayang. Aku suka banget jadi irit-irit buat entar malem" jawab Rania
Dimas tertawa dan mengacak-acak rambut Rania, gemas. "minum aja, nanti malam saya belikan lagi. Apa perlu saya beli kafenya sekalian?"
Rania mendengus. Dasar sombong, orang kaya memang beda. Jika ada hal yang disukai tidak perlu menunggu uang terkumpul seperti yang Rania lakukan dulu.
"gak usah mas. Tapi janji ya nanti malem beliin lagi. Aku mau tiga loh, mas harus tepatin janji nya nanti malem!" seru Rania
"iya iya"
"yippieee" Rania berteriak kegirangan seperti anak kecil yang diperbolehkan untuk memakan ice cream setiap harinya
"ya sudah kita balik dulu ke villa" ajak Dimas melihat Rania yang asyik melihat lihat kue matcha nya
"gak jadi beli oleh-oleh buat Salsa? bukannya dia nitip sesuatu ya ke kamu?"
"nanti malam saja sekalian saya mau ajak kamu ke restaurant favorit saya di Bali"
"asyikk kulineran lagi!" teriak Rania yang seketika berlari ketika villa tempat mereka menginap mulai terlihat membuat Dimas tertawa geli
"Rania umur berapa sih!!kelakuan kayak anak kecil banget" gumam Dimas, "tapi saya suka"
eh..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nur Hidayah
rasain emang enak pernikahan buat mainan ingat Alloh maha membolak balikan hati umatnya apalagi yg sering tersakiti do'anya luar biasa
2021-06-19
4
de ndut
kan Dimas mulai suka..
2021-06-07
2
Sabarita
ad rasa tu
2021-03-10
2