Suasana pantai yang memancarkan keindahan membuat Rania sangat bahagia. Ia sampai melupakan niat ia dan Dimas pergi ke Bali.
Bulan madu!
Berlarian kesana-sini tidak membuat Rania lelah. Entah kenapa pantai sangat sepi hanya ada dirinya dengan Dimas yang sedang sibuk berkutat dengan HP miliknya, mungkin sedang memberi kabar Salsa. Rania tidak memperdulikan nya.
Toh Rania sadar akan keberadaan - nya. Tetap diam walau dihina, diinjak bahkan diremehkan asal tidak merugikan orang disekitar.
Ternyata tingkah Rania tidak luput dari tatapan tajam seorang Dimas. Diam-diam Dimas tersenyum, tidak pernah ia melihat tingkah perempuan seperti itu. Setiap perempuan yang sedang bersama dirinya akan selalu menjaga sikap. Tidak seperti Rania yang bahkan sepertinya lupa akan kehadiran Dimas.
Bahkan Salsa sekalipun. Dimas menggeleng cepat, tidak baik membandingkan kedua wanita yang kini sudah sah jadi istrinya. Lagi pula Salsa jauh diatas dibanding Rania.
Mungkin Rania hanya se-potong kuku milik Salsa. Se-jauh itu perbandingan Salsa dan Rania. Ah, Dimas mengendikkan bahu kemudian melihat kembali Rania.
Dimas yang melihat Rania mulai kelelahan memutuskan untuk membeli es kelapa.
"minum dulu" titah Dimas dengan muka datar, ia tidak mau memperlakukan Rania dengan baik. Ada alasan Dimas melakukan buruk Rania, ia tidak ingin membuat Rania jatuh cinta pada dirinya.
Jika Rania jatuh cinta pada dirinya akan membuat Rania susah pergi saat nanti anaknya lahir. Tidak bisa dipungkiri Rania sangat cantik. Pertama kali melihat saja membuat Dimas langsung berdebar. Tetapi ia harus membuat Rania benci pada dirinya agar semuanya lebih mudah.
Rania menarik es kelapanya dan langsung diminumnya sampai habis, "seger nyaaa" pekik Rania bahagia
"seneng deh setelah sekian lama mau jalan-jalan ke Bali akhirnya tercapai juga" gumam Rania seakan lupa akan kehadiran Dimas yang mendengar gumaman nya, "walaupun aku ke Bali bukan untuk senang-senang tetapi untuk honeymoon. Ya ini baru awal permulaan bagiku" lanjut Rania dengan sedih
"tapi tidak apa-apa. Mungkin ini udah takdir seorang Rania" serunya lalu tersenyum bahagia
Hatinya sudah terlalu beku dan terlalu capek untuk menangis kembali.
Dimas menatap Rania dengan sedih, gara-gara perilaku ia dan Salsa membuat Rania yang tidak tahu apa-apa menjadi terlibat dari permasalahannya.
Awalnya Dimas juga tidak mau akan rencana istrinya, Salsa. Dimas lebih memilih mengambil anak di panti asuhan daripada harus melibatkan perempuan lain didalamnya.
Tapi apa daya, Salsa menolak tegas-tegas usalannya. Karena ia tidak bisa menolak permintaan dari perempuan yang ia cintai. Maka dari itu, ia menerima begita saja saran yang diberikan Salsa. Katakan ia sesosok suami takut sama istri, memang kenyataannya seperti itu.
"maafin saya ya, gara-gara permasalahan saya dan Salsa kamu jadi terlibat"
Ucapan Dimas membuat Rania terkejut. Ia sama sekali tidak sadar jika Dimas berada dibelakangnya, "eh tidak apa-apa, ini juga kemauan saya kok"
~
Rania memandang takjub matahari tenggelam. Suasana begitu romantis. Sepertinya Rania akan sangat bahagia jika datang kesini bersama orang yang dicintainya.
Tapi apa bisa? Mungkin satu atau dua tahun lagi aku sudah menjadi seorang janda. Apakah masih ada yang mau sama aku dan menerima perempuan seperti aku?
"mau ke villa apa langsung makan?" ajak Dimas tiba-tiba menghalau lamunan Rania
"aku mau bersih-bersih dulu mas, badan udah lengket banget sekalian mau rapihin koper. Baru habis itu makan"
Dimas mengangguk, "mau makan di villa atau keluar?"
Seketika Rania tersenyum bahagia, " mau makan diluar mau kulineran" riang Rania. Ia pecinta kuliner, ketika ada acara dikantor yang mengharuskan keluar kota ia akan menyempatkan waktu untuk mencicipi makanan khas daerah mereka.
Oh my good, ditawari seperti ini tentu saja membuat Rania akan kalap. Untung saja ia membawa sisa tabungan, jaga-jaga jika ada sesuatu hal terjadi.
"baik, sekarang kamu bersih-bersih dulu saja. Jangan lupa siapkan baju untuk saya"
"iya mas"
~
Semakin malam, semakin ramai juga pengunjung yang datang dan berlalu lalang. Rania sangat riang melihat berbagai macam stan makanan berjejer.
"mau makan yang mana?" Dimas mulai jengah dengan tingkah Rania yang tidak kunjung memesan makanan hanya melihat-lihat sembari tersenyum riang
"sate lilit" Rania mengucapkan makanan khas bali. Berbeda dengan sate pada umumnya. Biasanya potongan dagingnya ditusuk, tapi sate khas Bali ini dibuat dengan cara daging yang sudah dihaluskan, dililitkan pada batang daun serai atau tangkai bambu.
"apa lagi?"
"sama lawar kuwir deh" Rania menatap gambar makanan tersebut yang tampak menggugah selera. Lawar kuwir merupakan perpaduan antara daging cincang dengan aneka sayuran yang dibumbui rempah- rempah pilihan.
Karena tempat yang begitu ramai tidak memungkinkan untuk pelayan mengunjungi satu persatu pembeli. Dimas memutuskan untuk memesannya sendiri.
"biar aku aja mas"
"gak usah, saya saja. Minumnya disamakan saja ya es jeruk"
"iya mas. Terima kasih banyak, maaf merepotkan"
Suasana begitu ramai tetapi tidak untuk meja yang sedang diduduki oleh Rania dan Dimas. Benar-benar canggung. Hanya terdengar alunan musik tanpa ada obrolan sama sekali. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Setelah selesai makan dan membayarnya, mereka berjalan menuju villa tempat mereka menginap.
"mas saya bersih-bersih dulu ya"
"hmm" hanya dehaman yang terdengar. Dimas terlalu malas untuk menjawabnya. Untuk apa hal sekecil itu mesti bilang kepadanya.
Selagi Rania membersihkan diri, Dimas memutuskan untuk menelpon istrinya, Salsa.
"Halo sayang, sedang apa?" tanya Dimas ketika Salsa langsung mengangkatnya
"lagi tiduran aja nih, bosen gak ada kamu. Kamu lagi ngapain?"
"lagi mikirin kamu nih" gombal Dimas. Hanya seorang Salsa yang dapat mengubah sifat Dimas 180 derajat. Dimas yang terkenal dingin akan langsung meleleh saat bersama Salsa.
"apaan sih sayang. Bosen banget ya gak ada kamu gak ada yang diajak ndusel-ndusel. Pokoknya lusa aku mau puas-puasin kangen-kangenan sama kamu. Gak mau tau pokoknya harus!"
Dimas tertawa mendengar celotehan Salsa, "iya sayang sabar ya lusa aku pulang kok"
"jangan lupa oleh-oleh ya sayang"
"iyaa, aku tutup dulu ya. Selamat tidur istriku, semoga mimpi indah"
"iya sayang, kamu juga. Ingat jangan sampai kamu jatuh cinta sama perempuan kampung itu" perintah Salsa
"iya sayang iya, aku tutup dulu ya"
Dimas menutup telepon meninggalkan senyuman dibibir laki-laki tersebut. Dimas sangat mencintai istrinya tersebut. Dimas rasa Salsa sangat sempurna dimatanya, sayang Salsa tidak bisa hamil.
Rania yang melihat Dimas tersenyum bahagia memandang foto Salsa tersenyum pedih. Rasanya Rania juga menginginkan sesosok laki-laki yang mencintai dirinya, tapi ya sudahlah mungkin memang ia ditakdirkan untuk selalu membantu kakaknya.
Dimas menatap Rania yang memakai gaun tipis, "saya boleh meminta hak saya saat ini juga? bukankah lebih cepat lebih baik, agar pernikahan ini tidak terlalu membebankan saya"
Rania tertawa sinis, "iya mas saya bersedia"
Dimas yang mendekati Rania mulai merengkuh nya lalu ******* bibir ranum milik Rania. Biarlah sinar bulan menjadi saksi saat Dimas mengambil kehormatan yang Rania telah jaga selama ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nur Hidayah
sesuatu yg sagat sulit tuk dikorbankan bs dibayangkan hancurnya hati rania
2021-06-19
3
Yane Kemal
Laki2 bisa.... Tanpa cinta
2021-02-25
3