First Meet

"Sekarang bagaimana apa sebaiknya aku membawanya ke panti asuhan saja karena kalau melihat situasi saat ini pasti tuan ini masih dikejar-kejar oleh orang tadi, pasti mereka juga terpikir untuk berjaga di rumah sakit agar tuan ini tidak bisa berobat."

Laura menuju ke arah jalan raya untuk meminta bantuan orang yang ada di sekitar karena jika ia yang membawanya sendiri tidak akan mungkin mengingat badannya yang kecil sementara tuan ini memiliki postur badan yang tinggi besar, tentu ia akan tumbang hanya dengan 1 langkah saja. Setelah dengan kewalahan ia membawa tuan ini dengan bantuan seseorang akhirnya mereka sampai di panti asuhan.

" Terima kasih ya Tuhan atas bantuannya jika tidak ada anda maka saya akan kesulitan membawa bapak ini. "

"Tidak masalah nona tapi alangkah baiknya jika kau membawa ayahmu ke rumah sakit saja, melihat darah yang berada di tubuh ayahmu sepertinya lukanya cukup serius. "

Laura tersenyum miris karena ia sendiri bahkan tidak tahu siapa ayahnya dan tidak tahu siapa orang tua kandungnya tetapi bukan itu yang harus ia permasalahkan saat ini. Karena keselamatan lelaki yang lebih utama maka dari itu akan bersikap bahwa ia adalah anak dari laki-laki yang ia temui ini.

"Aku juga ingat ayahku tapi aku belum ada uang tuan, tidak apa cukup nanti aku saja yang mengobatinya dan jika sudah ada uang aku akan membawa ayahku ke rumah sakit."

"Baiklah aku pamit dulu."

Cassie begitu terkejut saat melihat bahwa di kamarnya terdapat banyak orang yang merupakan penghuni panti asuhan, mereka sedang melihat seorang lelaki paruh baya yang Laura bahwa kemari dalam keadaan penuh dengan darah. Tak jauh berbeda dengan Cassie yang juga ikut terkejut melihat banyaknya darah berceceran dan berbaring di atas ranjang milik Laura.

"Laura ada apa ini dan dia siapa ?."

"Dia lelaki tua yang kutemui dalam keadaan terluka parah, aku membawanya kesini agar dia bisa di periksa soalnya tadi ada yang mengejar lelaki ini tapi kau tenang aku sudah meminta izin ibu Elijah."

Satu persatu yang berada di kamar itu pergi, Cassie menuntut jawaban lebih. Ia tak ingin mendengar setengah-setengah. Hingga Laura menceritakan bagaimana ia tadi bertemu sampai detil hingga akhirnya dimarahi karena tak jadi belanja hingga membuat jam makan menjadi mundur.

"Kau yakin dia bukan orang jahat ?."

"Aku yakin dia bukan orang jahat.....sepertinya."

Laura sendiri ragu dan bimbang apakah orang yang ia tolong adalah orang baik atau justru sebaliknya. Tapi niatannya baik jadi semoga hasilnya juga baik. Waktu berjalan sudah 3 hari lamanya lelaki itu menginap di panti asuhan di ruang khusus karena tidak mungkin berada di kasur Laura terus.

Laura mengunjungi lelaki itu di ruangan, tak lupa ia mengetuk pintu tapi mendapati sedang berdiri membelakanginya dan melihat kearah jendela kamar. Laura yang membawa nampan berisi makanan terkejut akan hal itu.

"Tuan kau sudah sehat ? Jika belum benar-benar sehat jangan bangun dulu."

"Tidak, aku sudah sehat dan sudah bisa beraktivitas, aku tidak sering mengucapkan terimakasih tapi jika bukan tanpamu aku mungkin sudah tidak selamat. Jadi terimakasih atas pertolonganmu."

"Tuan jangan berlebihan aku hanya melakukan itu atas dasar sesama manusia, tolong-menolong bukankah suatu kewajiban bagi seluruh makhluk hidup ?."

"Mungkin kau benar, tapi aku bukan orang yang sudah hutang budi jadi katakan kepadaku jika kau butuh sesuatu apapun itu, katakanlah kau ingin apa ?."

Laura ragu, ia berulangkali membuka dan menutup mulutnya ingin berkata apa yang ia inginkan selama ini. Tapi mengharapkan dan juga mengatakan keinginan sama saja ia menolong dengan pamrih.

"Tidak ada yang kuinginkan." Ujarnya dengan raut wajah sedih.

"Kata-kata dan wajahmu sangat tidak kompak, lain kali kau harus pintar berekspresi, katakanlah kau ingin apa dan aku sekejap akan memberikannya."

"Jika-jika tuan tidak keberatan aku ingin sebuah pekerjaan karena aku ingin punya uang sendiri, apa saja pekerjaannya akan kulakukan dengan baik, mau pelayan atau apapun asal aku tak harus menjual diriku."

Laura menunduk, ia malu karena menolong dan kini tergiur akan tawaran yang di berikan. Sama artinya ia menolong dengan mengharapkan pamrih. Mau apa dikata ia sudah terlanjur bilang dan saat menunggu keputusan lelaki paruh baya yang berada di depannya, ia masih menunduk.

"Hanya itu saja ? Baiklah kalau begitu kau akan kuberikan pekerjaan sebagai pelayan, kebetulan di rumahku cukup luas untuk menerima karyawan baru."

____________________________________________

Ada satu buah koper yang sudah persiapkan dengan beberapa baju dan juga barang milik Laura didalamnya. Setelah sekian lama akhirnya Laura mendapatkan pekerjaan dengan cara yang tidak disangka. Kemarin seorang laki-laki yang masih muda lengkap dengan setelan jas datang ke panti asuhan setelah tuan yang ia tolong, bernama Fredy itu meminta untuk menelfon orang kepercayaannya.

"Kau yakin akan pergi ?." Cassie bertanya untuk yang kesekian kalinya saat ia tak menyangka sahabat sejak kecil sekaligus orang yang telah ia anggap kaka sendiri akhirnya akan pergi, rasa kehilangan lebih besar dari apa yang ia rasakan selama ini.

"Iya aku yakin, jika aku sudah mendapatkan uang aku akan membawamu bersamaku. Disini kita semua keluarga tapi ini tetap panti asuhan bukan keluarga yang sebenarnya dan semakin kita dewasa semakin kita harus menentukan nasib kita sendiri nantinya."

"Kau sudah bertekad seperti itu tentu aku tidak bisa menghalangi, jagalah dirimu baik-baik Laura."

"Tentu."

Laura pergi dari panti asuhan, ia menengok ke belakang untuk terakhir kali, masih tidak menyangka tempa yang ia jadikan tempat bernaung akhirnya ia tinggalkan. Masuk ke sebuah mobil yang mewah dengan berlandaskan kepercayaan kepada tuan Fredy. Entah mengapa Laura tidak sedikitpun curiga ia akan di bawa kemana.

Bisa saja ini adalah penculikan dan melihat dari segi usia Laura yang masih belia tentu cocok jika di jual kepada perdagangan gelap yang memperjual belikan remaja. Pikiran itu lenyap saat mobil yang sudah melaju 2 lamanya akhirnya masuk ke sebuah pekarangan rumah lantai 3 dengan banyaknya pelayan yang menyambut.

Kekaguman Laura tak berakhir begitu saja, saat ia masuk ke dalam rumah bak istana itu. Laura yang tidak pernah melihat rumah sebesar dan semewah itu tentu terpana. Dari sekian banyaknya pajangan yang berada di dinding hanya ada dua foto, yang satu foto tuan Fredy dan yang satu laki-laki yang lebih muda, entah siapa Laura tidak tau.

"Apakah kau sudah selesai melihat fotoku, kenapa tidak langsung ke tempat tempat tidurku ?."

Laura berbalik, ia mendelik saat melihat orang yang tadi berucap adalah laki-laki yang ia pandangi fotonya. Ternyata lebih tampan tapi katanya barusan langsung ke kamarnya ?.

"Tunggu apa maksudmu tadi ?."

Terpopuler

Comments

amot amot

amot amot

awal yg menyedihkan😢

2020-02-28

0

Gita Lolita

Gita Lolita

semangattt

2020-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!