She

Bryan Alexander adalah seorang lelaki yang sudah berkepala tiga dan terlihat sangat dewasa juga tampan dengan bulu tipis di sekitar rahangnya. Ia mendengus kesal saat gadis yang berada di depannya itu pura-pura tidak tau apa yang di perintahkan.

"Jangan ganggu dia Bryan, dialah yang membantu papa selamat dari kematian."

Tuan Freddy menghampiri dan memberikan tatapan tajam kepada putra tunggalnya yang akan mewarisi semua bisnisnya kelak tetapi walaupun Bryan sudah berkepala tiga nyatanya hobi bergonta-ganti wanita membuat tuan Freddy kesal karena Bryan seolah menyepelekan tanggung jawab yang harusnya segera ia emban bukannya malah sibuk bermain dengan wanita.

Bryan kemudian memperhatikan penampilan Laura dari atas sampai bawah, tidak ada yang spesial dari gadis dengan tubuh yang lebih pendek di atas rata-rata gadis seumurannya. Bahkan kata-kata papanya yang mengatakan bahwa Laura telah menyelamatkannya seolah tidak dipercayai oleh Bryan. Tidak mungkin gadis yang begitu muda dan terlihat tidak mempunyai kemampuan itu bisa menyelamatkan papanya yang terkenal hebat.

"Papa jangan bercanda tidak mungkin dia bisa menyelamatkan papa. "Senyuman remeh Bryan berikan kepada gadis itu dan bahkan seolah-olah mengolok-olok Laura yang penampilannya terlihat lusuh tidak seperti gadis yang biasa bermain dengan dia yang terlihat mempesona dengan balutan gaun seksi juga bibir merah merona, Laura terlihat begitu menyedihkan dengan tubuh kecil.

"Terserah kau mau percaya atau tidak yang pasti itulah nyatanya, kau bisa bermain dengan wanita manapun tapi jangan sentuh dia, pelayan antarkan Laura ke kamarnya. "

Salah seorang pelayan itu mengajak Laura ke sebuah tempat dengan menelusuri beberapa lorong untuk sampai di kamarnya, rumah yang begitu luas membuat Laura bingung di mana letaknya dan harus mengingat-ingat dengan benar siapa tahu ia bisa tersesat dalam rumah yang besar tersebut.

"Namaku Sena kau bisa memanggilku jika ada perlu apapun, tuan Freddy telah memerintahkan kami untuk memperlakukanmu dengan baik. "

Kebingungan Laura semakin menjadi-jadi karena pada mulanya ia hanya ingin bekerja untuk mendapatkan uang dengan menjadi pelayan tuan Freddy tapi sepertinya ia mendapat keistimewaan atau mungkin pelayan yang ada di depannya ini tidak mengetahui bahwa ia juga akan bekerja menjadi pelayan.

"Tolong jangan memperlakukanku seperti tuan putri, aku juga akan bekerja seperti dirimu untuk mendapatkan uang jadi kita bisa lebih akrab kan ?." Laura berharap dengan keistimewaan yang di dapatnya tidak membuat orang lain merasa iri ataupun dengki meski ia tidak minat untuk mendapatkan keistimewaan tersebut.

"Aku tahu tapi asisten tuan Fredy telah memerintahkan untuk berhati-hati terhadapmu jadi kami semua menurutinya, tapi yang kulihat kau sepertinya tidak suka diistimewakan jadi aku akan menganggap teman jika kau tidak keberatan. "

"Iya aku lebih suka seperti itu. "Laura tersenyum, dia mendapatkan teman di hari pertamanya berada di sini dan seterusnya Laura berharap dia akan mendapatkan lebih banyak teman bukannya musuh karena Laura lebih suka kedamaian daripada kebencian yang menyerang dirinya.

Sena meninggalkan dirinya untuk merapikan barang dan memasukkan ke dalam lemari juga Laura akan beristirahat karena ia akan mulai pekerjaannya besok dan Laura senang karena kamar Sena berada di sebelah kamar Laura hanya saja Sena berada satu kamar dengan para pelayan yang lain sedangkan Sena mendapatkan keistimewaan yaitu satu kamar untuk satu orang dan hanya dirinya sendiri yang berada di sana.

Padahal ia sudah terbiasa tinggal beramai- ramai dalam satu kamar bersama beberapa orang, seperti di panti asuhan tapi setelah Laura merasakan tidur sendiri baru kini ia alami bahwa ternyata sangat kesepian tapi mau bagaimana lagi ia harus menikmatinya dan anggap saja ini sebagai suatu hadiah untuknya yang tidak pernah mendapatkan kamar sendiri dan privasi.

Setelah selesai merapikan barangnya yang tidak terlalu banyak Laura merebahkan dirinya di atas kasur empuk dengan lebar yang muat untuk dua orang dan Sena hanya tidur sendiri ditemani lampu yang temaram. Keesokan paginya Laura merasa ada yang mengetuk pintu cukup keras untuk membangunkannya di pagi buta atau bahkan mungkin ini masih fajar karena saat itu masih jam 05.00 pagi.

"Bangun cepat kita harus bersiap. "

Laura membuka matanya dan memeriksa siapa yang telah mengetuk pintu tersebut. Ada seorang wanita paruh baya dengan tubuh gempal dan raut wajah yang kurang bersahabat telah menatapnya dengan tajam.

"Cepat bersiap tuan Freddy dan tuan Bryan tidak akan suka dengan pelayannya yang bangun terlambat, pakai ini dan segeralah membantu di dapur untuk membuat sarapan." Wanita itu pergi dengan dengusan dan juga langkah kaki yang cukup keras ke lantai, Laura bingung kenapa wanita itu nampak tak ramah, mungkin ia telat bangun tapi ini masih jam 05.00 pagi dan harusnya ini masih terlalu pagi untuk kedua tuan besar bangun.

Setelah bersiap segera Laura ke dapur dan begitu banyak para pelayan yang lain terlihat sibuk juga ada Sena di sana. Dari sekian banyaknya pelayan hanya Sena yang Laura kenal dan ia mendekati untuk bertanya apa yang harus dilakukannya karena baru pertama kali Laura bekerja selain di panti asuhan.

"Sena Apa yang harus kulakukan?. "

"Ini kau potong-potong sayuran dan juga beberapa bumbu, harus yang gesit ya jangan terlalu lambat karena kita semua yang ada di sini bekerja dengan cepat sebelum kedua tuan besar bangun dan mereka tidak akan suka jika sarapannya terlambat atau kita belum siap dan menerima amukan dari kedua tuan besar.

Banyak sekali masakan yang dihidangkan padahal hanya ada dua tuan yang akan memakan makanan tersebut sedangkan para pelayan memakan makanan yang lain yang tentu saja tidak semewah majikannya.

Tuan Freddy nampaknya belum bangun karena hanya ada tuan Bryan dan seorang wanita cantik dengan rambut pirang yang memakai kemeja lengan panjang tanpa bawahan tersebut duduk bersama tuan Bryan.

"Kenapa nasi gorengnya asin sekali dan ini juga dagingnya tidak enak masakan-masakan ini siapa yang membuat ?." Wanita itu memegang garpu yang di atasnya terdapat daging yang baru saja Laura masak tetapi baru pertama kali bekerja ia sudah mendapat keluhan dan pelayan yang lain menyadarkan dirinya untuk mendapatkan amukan yang tentu saja membuat Laura ketakutan.

"Maaf aku tidak tahu selera anda nona aku baru pertama kali bekerja di sini." Laura menundukkan pandangan seperti para pelayan yang lain, mau tidak mau dan suka tidak suka nampaknya ia membuat kesalahan dan harus menerima konsekuensinya.

"Honey kenapa kau mempekerjakan pelayan seperti ini yang tidak profesional."

Wanita itu melihat Laura dengan tajam dan memperhatikan wajah Laura dengan benar tampak Laura terlihat ada sesuatu yang spesial untuk membuatnya merasa tidak aman." Gadis ini lumayan cantik dan aku baru pertama kali melihatnya gawat jika ia bisa membuat Bryan tertarik maka aku akan tergeser padahal aku sudah bertahan mati-matian untuk bisa berada di samping Bryan, tidak mungkin gadis kecil ini akan menggantikan ku dan aku tidak akan membiarkannya. "

"Aku tidak suka dia di sini kenapa kau tidak memecatnya sekarang ?."

"Tidak bisa karena papa sendiri yang memasukkannya kemari, kalau kau tidak suka masakannya mudah saja kau tinggal mengganti makan yang lain."

Wanita itu sebal dan mengeratkan tangan seolah-olah ingin memukul Laura karena tidak sesuai dengan keinginannya. Tapi ia merasa sebal dan ingin mengerjai Laura sebagai pelampiasan atas kekesalannya karena tidak bisa diusir dengan mudah.

"Buatkan aku lemon tea sekarang."

Laura kebingungan tapi beberapa detik kemudian ia langsung gelagapan ke dapur dan membuatkan apa yang diminta lalu membawanya lagi ke ruang makan yang cukup jauh karena rumah yang terlalu besar itu memiliki banyak tempat.

"Kenapa lemon tea ini rasanya asam sekali, buat lagi."

Laura kembali membuatkannya lagi dengan lemon yang lebih sedikit daripada tadi tapi sekarang wanita itu bilang jika terlalu manis dan ingin menggantinya menjadi hot lemon tea.

Sudah berulang kali Laura bolak-balik ke dapur dan ruang makan hingga merasa lelah bahkan ia sudah kelaparan tapi belum bisa sarapan sebelum majikannya selesai makan, ia sangat menderita tetapi bukanlah Laura jika mudah tertindas.

Laura mengantarkan lemon tea itu dan ia membuat rencana untuk pura-pura tersandung dan menumpahkan lemon tea tersebut di atas paha mulus wanita itu yang terekspos.

"Kau yang meminta ini dan kau harus membayarnya, rasakan ini."

"Ah sangat panas, kau sengaja ya akan kepotong tanganmu."

Terpopuler

Comments

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

Wahyuningsih 🇮🇩🇵🇸

typo bnyk bingit🤭

2022-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!