MENIKAHI DOSEN CANTIK
...🌺🌺🌺🌺🌺...
Seorang gadis menangis di pemakaman ibunya. Habis sudah harapan untuk membahagiakan sang ibu. Di saat umur 22 tahun Bella harus hidup sebatang kara tanpa ada kerabat yang mau membantunya.
"Bella." panggil lelaki berjas hitam dari arah belakang.
'Ah... siapa sih om-om ini? Mengapa ia tau namaku dan aku merasa juga tidak pernah bertemu dengannya selama ini?' gumam Bella dalam hatinya.
"Perkenalkan saya Rahman. Pengacara kakek kamu pak Arya Wijaya pemilik perusahaan B.A Grub." Bella mengerutkan dahinya.
'Kakek? ah... bohong nih orang, jelas-jelas kakek sudah lama meninggal! apa lagi B.A grub itu kan perusahaan no.1 di kota ini, ngaur sekali!' pikir Bella dengan logikanya. Bella berdiri menantang tatapan lelaki setengah baya dihadapannya.
"Jangan becanda ya om! saya lagi berduka nggak usah ngeprank-prank segala!" Bella menyeka air matanya. 'Apa aku tengah masuk acara TV yang ngeprank-prank gitu, mana ya kameranya? pasti di sembunyikan nih!' pikir Bella yang masih tidak percaya. Bella celingak-celinguk mencari kamera yang mungkin saja tengah disembunyikan.
"Cari apa Bel?" Rahman, lelaki setengah baya itu ikut bingung melihat Bella yang celingak-celinguk tidak jelas.
"Cari kamera om, om mau prank saya kan? om dari acara TV mana?" Lelaki itu malah menahan tawanya.
"Saya ngak dari TV mana-mana Bel. Saya kesini mau bawa kamu pulang ke rumah Ayah kamu!" Bella semakin geram dibuatnya. Karena semua ucapan lelaki setengah baya dihadapannya ini, terdengar omong kosong di telinga Bella.
"Hahaha... om lucu sekali, orang tua saya udah meninggal om. Ayah saya pun bahkan sudah meninggal semenjak saya belum lahir!" tegas Bella pada Rahman.
"Siapa bilang, Ayah kamu masih hidup kok. Ayo ikut saya!" Rahman refleks menarik tangan Bella, memintanya segera untuk ikut.
"Ih... lepasin, Bella ngak mau! Tolong ada orang mau culik saya. Tolonggggg!" Seketika orang-orang di sekitar pemakan pun berkumpul mengelilingi Bella dan Rahman.
'Mampus kamu om-om penculik!! Rasain itu!' senyum Devil Bella melihat beberapa orang ikut berbondong-bondong mendatangi nya.
"Lepasin anak itu. Dasar penculik! Bantu saya tangkap pak, buk!" Penjaga TPU dan beberapa orang lansung main hakim sendiri dengan menggebuki Rahman yang mengaku sebagai pengacara itu.
"Ehh.. kalian salah orang! saya ini pengacara pak, buk!!" Rahman pun mencoba untuk membela diri meski lawannya kala banyak.
'Ah... sadis juga orang-orang di sini, bisa mati om itu! kalau om itu benar pengacara, yang ada nanti aku yang salah dong! nanti aku masuk penjara, gimana nih nasib ku? kan aku belum punya cowok, belum nikah juga! tolong hamba ya allah. aku harus menengahi ini segera!' dengan sedikit berpikir akhirnya Bella memutuskan untuk menolong Rahman.
"Udah pak, buk bawa ke polisi aja!" Teriak Bella dengan suara keras yang mampu membuat orang-orang tersebut menghentikan aksinya. Akhirnya Rahman di bawa ke pos polisi untuk ditanyai. Sedikit meringis menahan perih luka di bibirnya. Ia pun menjelaskan dengan rinci apa yang sebenarnya terjadi pada polisi, sedangkan Bella selalu menentang setiap ucapan nya.
"Itu nggak benar pak polisi, Kakek Bella udah lama meninggal. om ini ngaur sekali pak, Bella ngak mau ikut om ini. Om ini mau culik Bella pak, Bella ngak mau!" Tegas Bella yang tidak mau di salahkan. 'Nanti kalau om ini mesum, terus perkosa aku gimana? habis itu kalau om ini mau mutilasi aku gimana? atau nggak kalau om ini mau nikah sama aku gimana?! ih... amit-amit. pokoknya aku ngk boleh percaya sama om ini.' pikir Bella yang dramatis.
"ini kartu nama saya pak, jelas di sini tertulis kalau saya ini pengacara" Rahman pun mengeluarkan bukti yang sangat jelas. 'Dasar anak kecil keras kepala. kenapa ngak nurut aja sih! sangat membuat saya sebal!' gumam Rahman dalam hatinya.
"ih... penipuan tu pak, kan bisa aja dibuat-buat! kalau maling ngaku aja om!" Polisi malah pusing mendengar ocehan mereka berdua yang tiada hentinya.
"Udah-udah diam!" Tegas polisi dengan sedikit suara tinggi. 'Apa tidak ada masalah yang lebih serius untuk di bawa ke kantor polisi? Saya sangat pusing, istri lagi minta cerai! pacar minta putus! eh... anak-anak pada minta duit juga! Dan mereka berdua cuman pada meributkan masalah sepele. pusing aku pusing!' Gumam pak polisi dengan hati yang penuh amarah.
"Tapi kan pak, pokoknya Bella ngak mau ikut om ini!" tegas Bella dengan wajah yang kesal.
"Kamu itu satu-satunya penerus sah B.A grub Bel. kamu harus ketemu sama kakek kamu!!" Rahman masih berbaik hati untuk menjalankan tugasnya meski Bella sangat sulit untuk ia hadapi.
Bella hanya diam. mencoba berfikir apakah ia sekarang tengah mimpi atau bagaimana. Merasa tidak ditanggapi, membuat Rahman kembali bertanya. "Jadi gimana kamu mau pergi sama saya Bel?"
"Iya mau, eh.. nggak mau! pokok nya ngak mau!" Bella pun mulai goyah. setelah ia pikir-pikir mengapa tidak ia coba saja untuk ikut, bagaimana pun jika itu benar nyata maka ia akan menjadi orang yang kaya.
"Kamu harus pulang Bel, karena kakek ngak mau penerus selain kamu!" Kali ini bukan Rahman yang membujuk Bella, namun seorang lelaki dengan keriput di wajahnya. Ia merupakan kakek dari Bella yang datang menengahi cekcok antara Bella dan Rahman.
"Pokoknya hari ini juga kamu harus pulang ke rumah! Ayuk pulang!" Bella masih melongo atas kedatangan Arya Wijaya pengusaha terkenal di kota nya. Siapa yang tidak mengenal salah satu pengusaha ini, bahkan beberapa surat kabar dan TV pun ikut meliput kejayaan perusahaan nya.
'Mimpi aku kok keterlaluan banget sih. Masa iya tiba-tiba aja pengusaha kaya ini mengaku-ngaku aku cucu nya? Kenapa pengen aku jadi cucunya? Ya tuhan mimpi ini terlalu tinggi!' gumam Bella dalam hatinya. "Awww..." Bella meringis setelah mencubit tangannya sendiri.
"Kamu ngak mimpi kok Bel" pengusaha itu malah berusaha menahan tawanya.
"Udah yuk ikut kakek, nanti kakek jelasin semua nya di mobil.Oh ya, Rahman ke klinik saja ya, biar anak buah saya bawa kamu." titah kakek itu.
'Untung bos, masa ia udah babak belur kayak gini masih aja saya di tinggal. soal uang, soal harta baru telpon-telpon saya!' sarkas Rahman dalam hatinya.
Iman Bella akhirnya goyah melihat mobil Vellfire parkir di hadapannya. Ia pun mengikuti langkah Arya untuk memasuki mobil.
'Ini mobil yang di artikel itu kan? ya tuhan pantatku akan menyentuh mobil miliaran ini! sangat surga dunia! kalau dibeliin jadi ciki-ciki, eskrim terus coklat, bisa beli sama pabrik-pabrik nya ngak ya?' pikir Bella yang selalu tentang makanan. Mobil sudah berjalan sedikit jauh dari pos polisi, sedangkan Bella masih melongo tanpa mau bertanya sedikit pun.
"Kamu pasti bingung ya?" Bella kaget mendengar suara parau orang disebelah nya.
'Masih tanya lagi nih kakek, udah mau hancur pos polisi karena ocehan ku!' gumam Bella dengan kesal
"Terus terang aja bapak mau saya ngapain? kenapa cari-cari saya?" dengan suara yang dibuat-buat jutek. Bella mencoba untuk tidak terpengaruh lagi.
'Hahaha... Bella memang cucuku. sikap To the point ku melekat padanya!' Arya pun tertawa dalam hatinya. "Karena Bella adalah cucu satu-satunya kakek!" ujar nya dengan santai.
'Kan gitu lagi, bikin suasana mobil milliaran ini jadi ngak nyaman aja!' kesal Bella. "Kan udah saya bilang sama pengacara bapak, kalau saya bukan cucu bapak! saya sekarang sebatang kara! Barusan ibu saya meninggal pak!" Tegas Bella dengan air mata yang sedikit berlinang.
"Ini lihat!" Lelaki tua itu memberikan map berisi beberapa foto, surat dan kartu pernikahan.
'Kenapa kakek ini bisa mendapatkan foto Ayah dan ibu?' Bella sangat syok mendapatkan beberapa foto itu dari dalam map. "Ayah." Bella menitikkan air mata memeluk foto ayah bersama ibunya. "Bapak dapat dari mana foto dan surat nikah orang tua saya?" tanya Bella dengan penuh haru.
Arya tersenyum pada Bella. lalu menceritakan hal apa saja yang tidak diketahui Bella selama ini.
BERSAMBUNG.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Norma Yunita
halo kak. aku mampir nih.
salam dari menyusur jejak takdir.
5 like mendarat untuk mu
2021-09-23
0
🌻Ruby Kejora
2 like mendarat
mari qt slg dukung. like balik novel q
the thunder's love
2021-02-15
1
@Ani Nur Meilan
hadir lg
2021-01-24
1