Erick Dan Ellen
"Bu, aku berangkat dulu! Assalamualaikum!" teriak Erick dari ruang tamu.
Dengan mulut mengapit setangkup roti, Erick menalikan sepatunya kemudian bergegas mengambil sepedanya, yang telah menjadi alat transportasinya selama di SMP.
Sang bunda pun berjalan cepat menemui putra sulungnya, sambil membawa sebuah kotak bekal.
"Hari pertama kembali ke sekolah, kok buru-buru. Memangnya mau ada apa? Ini bekal kamu, kok ditinggal," ucap sang bunda.
"Ini kan hari pertama masuk sekolah, aku harus siap di sekolah sebelum anak baru pada datang," jawab Erick sambil memasukkan kotak bekalnya ke dalam tas.
"Oiya, anak ibu sudah jadi senior. Yowes, hati-hati dan jangan ngebut," ucap sang bunda.
"Iya, Bu. Assalamualaikum," pamit Erick.
"Wa'alaikumsalam. Jangan lupa jemput Ratri!"
Sambil mengayuh sepeda, Erick menjawab, "Iya, Bu!"
Erick Yusuf adalah siswa kelas sembilan di SMPN Doremi, yang terletak di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Di tahun terakhirnya ini, ia didaulat untuk menjadi ketua panitia orientasi murid baru. Untuk itu ia harus datang lebih awal dari biasanya.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, juga tampak kesibukan di hari kembalinya ke sekolah, setelah sebulan penuh libur.
"Len, ayo buruan! Ntar aku telat kalau kamu kelamaan makannya!" seru Emir kakak semata wayang dari seorang gadis bernama Ellen Qonita.
"Ih sabar atuh, menunggu tuan putri untuk siap itu harus penuh dengan kesabaran yang super ekstra," sahut Ellen dengan santai.
Tanpa sedikitpun mempercepat gerakannya, Ellen menikmati setiap suapan bubur ayam ke dalam mulutnya. Hal ini tentu saja membuat gemas sang kakak tercinta.
"Hmm kayaknya harus pakai cara militer. Dalam lima menit, kalau kamu nggak selesai juga, Abang tinggalin!"
"Eh mana bisa begitu? Aku cepet kok, beneran cepet!" jawab Ellen setengah panik sambil mempercepat sarapannya.
Dan beberapa saat kemudian, Ellen telah berada di SMP Doremi, dimana ia menjadi salah satu dari tiga ratus siswa baru.
Ellen berjalan memasuki gerbang sekolah dengan langkah panjang dan penuh semangat, bersama dengan Nisa sahabat dari taman kanak-kanaknya.
"Len, akhirnya kita jadi anak SMP juga ya dan akhirnya kita ganti seragam, nggak pakai putih merah lagi!" seru Nisa.
"Betul itu betul, tapi kok aku deg-degan ya," ucap Ellen.
"Kenapa? Bukan serangan jantung, kan?"
Langkah Ellen pun terhenti dan ia memandang ke arah sahabatnya itu dengan pandangan menusuk, setajam pisau.
"Lah, dia mulai adegan membunuh dengan mata lagi!"
"Len, udah buruan, aktingnya ntar aja. Sekarang kita cari kelas kita dulu," ucap Nisa sambil menarik tangan Ellen.
"Emang kelasnya hilang? Kok harus dicari," celetuk Ellen.
"Pasti belum minum obatnya, pagi begini kok udah kambuh. Buruan lihat papan pengumuman!" ajak Nis setengah berlari sambil menarik tangan Ellen.
Keduanya pun menuju papan pengumuman, untuk mencari letak kelas mereka dan setelahnya mereka bersegera menuju kelasnya untuk meletakkan tas mereka dan segera kembali ke tengah lapangan untuk mengikuti upacara bendera.
Upacara bendera pertama setelah sebulan penuh beristirahat dari kegiatan sekolah. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan penyambutan siswa baru oleh guru olahraga yang dipercaya untuk menjadi guru penanggung jawab penyambutan siswa-siswi baru.
"Selamat pagi semuanya! Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!"
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi, Pak!"
"Alhamdulillah, sepertinya kalian semua sangat bersemangat di hari Senin yang cerah ini. Semoga semangat ini bertahan hingga kalian menyelesaikan studi kalian."
"Baiklah, bapak akan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Fauzan Nasrul, kalian akan bertemu saya di mata pelajaran olahraga dan saya juga bertugas sebagai pembina PMR. Jadi, buat kalian yang nantinya akan mengikuti ekstrakulikuler PMR, kalian akan bertemu saya."
"Seperti yang kalian lihat, di samping bapak sudah berdiri dengan rapi senior-senior kalian, yang akan bertanggung jawab dalam kegiatan siswa kali ini."
Ellen yang berdiri pada baris ke-tiga dapat melihat jelas satu persatu wajah seniornya dan matanya terhenti pada senior laki-laki bertubuh tinggi dan tegap, berambut lurus yang sangat rapi. Wajahnya tegas dengan alis tebal dan kulitnya yang bersih.
Lalu, pak Fauzan mulai memperkenalkan satu-persatu, para senior yang bertanggung jawab dalam orientasi siswa kali ini.
"Yang pertama, ada kak Reza Ardiansyah yang menjabat sebagai Ketua OSIS dambaan hati para siswi, bukan begitu bukan?"
Dengan kompak semua murid baru menjawab, "Bukan!"
"Sip, kalian sangat kompak!"
"Lalu, yang kedua tapi tidak mendua pastinya, yaitu wakil ketua OSIS, Ahmad Raditya dengan panggilan sayangnya, kak Adit!"
"Yang ketiga, persatuan Indonesia!"
Sontak saja, suara tawa bergemuruh dari para siswa baru memecahkan suasana di lapangan upacara.
Lalu, Pak Taufiq mengendalikannya dengan gerakan kedua tangan. Suasana pun kembali tenang dan pak Taufiq melanjutkan perkenalan para senior.
"Yang ketiga adalah yang terpenting dalam kegiatan orientasi siswa tahun ini, yaitu ketua Orientasi Siswa dan juga ketua PMR, siapa lagi jika bukan babang rasa oppa, Erick Yusuf!
Semua mata pun menuju ke arah Erick yang berdiri tegap dan berjajar dengan para senior lainnya. Wajah tampannya yang kharismatik dan berkarakter, membuat semua yang memandangnya terpesona. Ditambah dengan postur tubuhnya yang tampak lebih tinggi dari senior lainnya, membuat Erick sangat mudah dikenali dan mendapat perhatian lebih dari siswi baru.
"Yang keempat, ketua Pramuka Ricky Pahlevi. Kak Ricky ini juga merupakan anggota Paskibra pada setiap upacara bendera hari besar nasional."
"Nah, yang cantik-cantik ini, mereka adalah mewakili anggota paduan suara. Paduan suara ini bertugas pada upacara-upacara hari besar nasional dan juga dipersiapkan untuk mengikuti lomba."
Pak Taufiq pun melanjutkan perkenalan senior yang akan mengospek murid-murid baru dan setelahnya, kegiatan orientasi pun dimulai di kelas masing-masing.
Tiga puluh menit sebelum istirahat pertama, para ketua dan anggota terbaik dari setiap ekskul bergantian memasuki kelas tujuh, untuk memperkenalkan diri dan mempromosikan kegiatan, karena setiap siswa-siswi baru nantinya harus memilih kegiatan ekskul mana yang mereka inginkan.
Seorang gadis manis, berwajah oval, berkulit putih kemerahan dan terlihat sedikit oriental karena memiliki lipatan mata yang kecil, bernama Ellen duduk di kelas tujuh B. Ia terlihat antusias mendengarkan penjelasan mengenai kegiatan ekstrakurikuler dari para seniornya, karena dia masih belum menentukan kegiatan ekskul yang akan dijalaninya selama tiga tahun ke depan.
Sampai akhirnya, Erick si ketua PMR dan ospek, memasuki kelas tujuh B bersama anggotanya untuk memperkenalkan diri.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!" sapa Erick yang berdiri di depan kelas.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh!" jawab siswa kelas 7B dengan kompak dan penuh antusias.
"Seperti yang sudah diperkenalkan tadi oleh Pak Taufiq, nama saya Erick, ketua orientasi siswa tahun ini dan juga ketua PMR," ucap Erick.
Selanjutnya Erick pun memperkenalkan anggota PMR lainnya. Sembari perkenalan, Erick pun memperhatikan adik kelasnya satu persatu agar dapat lebih berinteraksi dengan baik.
"Untuk program dari PMR sendiri, akan dijelaskan oleh Ratri, sebagai humas PMR," ucap Erick yang berhasil membuat seluruh anggota PMR dalam kelas 7B saling berpandangan, karena mereka tidak pernah mengetahui jikalau ekskul mereka mempunyai humas.
Erick pun dengan santai berjalan ke belakang kelas dan menunggu penjelasan dari humas dadakannya.
Untung saja Ratri, yang sudah hafal dengan tingkah sepupunya ini, cukup cerdas dan sigap untuk menjelaskan tentang kegiatan PMR yang pernah dan akan diadakan atau diikuti oleh sekolah mereka.
Di saat semua mata fokus pada Ratri, mata Erick akhirnya tertuju pada punggung seorang gadis berambut panjang berkepang dua yang tampak familiar.
Kok kayak pernah lihat, tapi dimana ya, gumam Erick dalam hati.
Tetapi, sayangnya Erick tidak dapat mengingat kapan dan dimana ia pernah melihat gadis itu. Lalu, setelah Ratri selesai menjelaskan program, Erick mengambil alih kembali.
"Baiklah, ada pertanyaan? Nggak ada, kan? Sip deh kalau gitu, ditunggu pilihannya akhir pekan ini, ya. Ingat jangan sampai salah pilih, karena yang lain belum tentu setia," lanjut Erick menutup perkenalannya yang kembali membuat seisi kelas tertawa riuh.
Heran, ini sekolah kenapa sih? Kok pada mode OVJ? batin Ellen.
Akhirnya bel istirahat siang pun berbunyi. Ellen bergegas keluar menuju musholla, untuk menunaikan shalat dzuhur berjama'ah.
"Len, tunggu, kita bareng ya!" panggil Nisa.
"Yuk buruan, biar bisa lanjut maksi nih!" seru Ellen sambil terus berjalan.
Ada kebiasaan Ellen yang sering berbicara dengan kata-kata disingkat yang terkadang hanya Tuhan dan dirinyalah yang paham.
Tidak lama iqamat pun terdengar, menunjukkan shalat akan dimulai. Erick pun melangkah maju karena ia yang ditunjuk menjadi imam shalat dzuhur kali ini.
Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengimami shalat dzuhur di sekolah, bergantian juga dengan delapan siswa lainnya, karena Erick juga merupakan salah satu pengurus musholla sekolah.
Selesai shalat berjamaah Ellen dan Nisa bergegas ke kantin yang sudah ramai oleh para siswa yang sedang menikmati makan siangnya.
Ellen pun segera mengantri bersama Nisa sambil memilih menu makan siangnya. Tak lama kemudian, dia sudah membawa piring berisi lontong sayur menuju meja yang kosong.
"Nis, nanti milih ekskul apa?" tanya Ellen di sela-sela makan siangnya.
Nisa yang sedang asyik mengunyah pun langsung menjawab tanpa menelan makanannya terlebih dahulu, "PMR aja."
"Hmm, kenapa?" tanya Ellen.
"Hmm kenapa yaa. Banyak babang tamvannya, lagian PMR kan berasa deket ama dokter cintah," jawab Nisa santai.
"Idih kamu tuh ya, dari dulu emang suka bener kek gini," celetuk Ellen.
"Itulah kekuatanku," sahut Nisa.
Tanpa keduanya sadari, Ratri yang duduk di belakang mereka mendengar percakapannya dan tergelitik untuk berkenalan. Ia pun berpindah duduk ke samping Ellen dan memperkenalkan dirinya.
"Eh maaf ya, boleh kenalan dulu, aku Ratri dari kelas sembilan A," ucap Ratri sambil mengulurkan tangannya.
Ellen dan Nisa pun setengah terkejut dengan perkenalan Ratri yang tiba-tiba, sehingga keduanya hanya terdiam dan memandang penuh tanya ke arah Ratri.
"Lho kok diam?" tanya Ratri.
Lalu, Ratri menjabat tangan Ellen dan Nisa, sambil berucap, "Sst jangan bengong, aku tau aku cantik, tapi kalian jangan terpukau sampai seperti itu."
Sontak saja, Ellen dan Nisa memundurkan badan mereka dengan pandangan heran ke arah Ratri. Lalu, Ellen pun berucap, "Aku Ellen dan ini Nisa. Tadi mbak Ratri ini yang jadi humas PMR itukan?"
"Iya. Hmmm humas dadakan dari bapak ketua yang aneh," jawab Ratri sambil menikmati makan siangnya.
"Kok aneh?" tanya Nisa.
Belum sempat Ratri menjawab, Erick tiba-tiba berucap dari belakang, "Dosa ngeghibahin orang."
"Idih, denger aja Lu!"
"Kupingku masih normal," jawab Erick santai.
"Nah, sekalian deh kalau gitu," sahut Ratri.
"Sekalian apa, Mbak?" tanya Ellen.
"Sekalian menarik anggota baru. Gimana? Mau kan masuk PMR? Kalian nggak usah malu, nggak usah segan, kalau alasan masuk PMR itu karena babang Erick nan tamvan dan rupawan," jawab Ratri.
"Dia kumat," lirih Erick, mendengar kalimat yang dilontarkan oleh kakak sepupunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Nely Mamahyumna
suka sama cerita yg kaya gini,tata bahasa enak diikuti..sukses terus thor
2022-09-30
1
Nana Shin
wanita bercadar biru mampir thor
yag di FB iti lho si fikri zara😁
2022-08-12
1
vany
ngemeng2 cinta pertama.. dr deskripsi n sinopsisnya.. ini kok nyerempet2 ke kisah aqu dulu dimana my first love juga kakak kelas waktu SMP. adduuuhhh indah beud PD saat itu maakkk...
2021-04-19
2