Akhirnya tibalah hari Senin, hari dimana Ellen kembali masuk sekolah setelah sepekan absen dan seperti biasanya, Ellen akan diantar dan dijemput oleh supir pribadi keluarganya.
Tetapi ada yang berbeda dengan penampilannya, mulai hari ini, Ellen mengunakan pakaian yang menutup auratnya dengan sempurna. Ellen memakai jilbab yang menjuntai hingga pinggangnya dan tentunya dengan seragam sekolah yang serba panjang, yang hanya memperlihatkan wajah dan punggung tangannya saja.
Di awal pekan, dengan penampilan barunya ini, Ellen nampak ceria menyambut hari bersekolah yang baru. Ellen pun berjalan santai memasuki halaman dan lapangan sekolahnya, tetapi dengan penampilan baru ini, ia menjadi tidak dikenali oleh teman-temannya, sehingga ia pun dikira murid baru karena penampilannya itu.
Beberapa mata mengiringi langkah Ellen menuju ke kelasnya, untuk mencari tahu siapakah murid baru yang menggunakan hijab. Sesampainya di kelas, Ellen memberikan salam sebelum ia memasuki kelas.
Semua mata menuju ke arah suara dengan penuh tanda tanya, hingga akhirnya Nisa berjalan cepat lalu menggenggam kedua tangan Ellen, sembari bertanya dengan pertanyaan tanpa henti yang cukup mewakili seluruh pertanyaan teman-temannya, "Seriuskah ini? beneran, yakin? dari kapan? kok nggak ngomong-ngomong sama aku? tega yee bikin temen sendiri terkejut!"
"Serius lah, bener dong, yakin laa, Rudi aja yakin, dari tadi, nih aku ngomong, maaf ya, kaget ya, kassiiiaaan," jawab Ellen santai.
"Seriusan ini, Len?" tanya Nisa masih dengan pandangan tidak percaya.
"Iya sayang Nisa manis cintah, in syaaAllah," jawab Ellen yang mengakhiri percakapan di pagi itu.
Tak lama, bel tanda masuk sekolah pun berbunyi dan seperti biasa, semua murid mulai berbaris rapi di lapangan untuk mengikuti upacara bendera.
Pagi yang cerah itu, matahari bersinar dengan terangnya, membuat Ellen harus bersembunyi di balik punggung-punggung temannya yang memiliki tinggi badan jauh diatasnya, karena panas matahari akan membuat wajahnya kemerahan dan kelamaan pipinya akan terasa panas.
Empat puluh menit kemudian, rutinitas upacara bendera pun berakhir dan ratusan siswa bergerak bersamaan untuk menuju ke kelasnya masing-masing. Termasuk Erick, yang berjalan menuju kelasnya sambil mencari Ellen diantara kumpulan siswa-siswi yang sebagian berlarian, tetapi sayangnya ia tidak menemukannya, ia hanya melihat seorang gadis dengan jilbab panjangnya melewati tangga dengan berjalan menunduk.
Dengan matanya yang terus mencari keberadaan Ellen, pikiran Erick mulai dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan, kemanakah Ellen? mengapa ia tidak terlihat dan separah apakah sakitnya? dan pada akhirnya ia menyerah agar dapat fokus mengikuti pelajaran hari ini.
Sementara itu, wali kelas 7B, yang juga guru pengampu mata pelajaran bahasa Inggris memasuki ruang kelas. Tanpa menunggu lagi, Ellen menghampiri wali kelasnya itu untuk menyerahkan surat keterangan sakit.
"Maaf Bu, sepekan yang lalu saya tidak masuk, karena sakit. Ini surat keterangan sakit dari dokter," ucap Ellen.
"Iya, ibu sudah diberitahu oleh ibumu kalau kamu sakit. Jadi kamu sakit apa? sekarang sudah sehat?" tanya Bu Irma khawatir.
"Saya terkena hipertiroid, karena autoimun saya kambuh. Jadi saya minta izin untuk tidak mengikuti kegiatan olahraga dan PMR atau kegiatan fisik lainnya," jawab Ellen.
"Sekarang saya masih dalam pengobatan, walaupun sudah diperbolehkan kembali ke sekolah, karena keluhannya sudah mulai berkurang," jelas Ellen kembali.
"Ya sudah, semoga kamu cepat sehat ya, untuk tugas-tugas sepekan kemarin, kamu bisa minta ke Rio dan untuk olahraga dan PMR, nanti ibu akan sampaikan ke pembinanya," ucap Bu Irma.
Perubahan penampilan Ellen pun mengundang tanya dari sang wali kelas.
"Oiya, dari kapan kamu pakai jilbab? tadi ramai murid-murid mengira ada siswi baru," tanya Bu Irma.
"Alhamdulillah, mulai hari ini Bu," jawab Ellen.
"Alhamdulillah, ibu senang melihatnya, semoga istiqamah dan menjadi contoh untuk teman-teman yang lain agar mengikuti," ucap Bu Irma.
Setelah itu, pelajaran pun dimulai seperti biasa dan di saat istirahat pertama, Ellen tetap di berada di dalam kelasnya, ia tidak ke kantin seperti biasanya.
"Nis, kamu ke kantin aja sana, aku mau di kelas aja," ucap Ellen kepada Nisa.
"Napa? ehm lupa kalau ada yang nyariin atau nggak kangen sama senior kesayangan?" goda Nisa.
"Udah sana, kamu ke kantin aja. Mulai sekarang aku bawa bekal, nggak boleh jajan lagi sama nyonyah di rumah," jelas Ellen sambil mengeluarkan kotak bekalnya.
"Hoo gitu, yowes deh, akyu ngantin dulu yee! jangan rindukan dirikuh cintah," balas Nisa sambil memberikan lambaian tangan sembari berjalan keluar kelas.
Di saat istirahat pertama, teras kelas-kelas ramai dengan para siswa yang berlalu-lalang. Ada yang berlarian, ada pula yang sekedar berdiri memandang ke arah lapangan yang diisi oleh para siswa yang sedang bermain bola.
Sedangkan sebagiannya lagi, memenuhi kantin untuk menikmati kudapan paginya, termasuk Erick yang sedang menikmati jajanan khas Sunda, yaitu cilok. Saat Nisa melihat Erick di dalam kantin, ia pun segera menyapanya.
"Eh, kakak senior kesayangan sudah ngecilok nih!" celetuk Nisa.
Erick yang sudah mengenali suara dan bahasa Nisa pun tidak mempedulikannya dan tetap asyik menikmati ciloknya. Tetapi, bukan Nisa jika tidak melanjutkan kalimatnya.
"Kak, Ellen sudah masuk tuh, nggak nyariin? katanya kangen?" goda Nisa sambil menarik kursi di samping Erick.
Erick yang sudah mulai terbiasa dengan gangguan dari adik kelasnya inipun, meladeninya dengan datar tanpa ekspresi, sembari berucap, "Nis, kamu kan cewek, kalau ngomong tuh yang bener. Lagian siapa juga yang bilang kangen?"
"Iya deh emang nggak bilang, tapi kan emang kangen kaan," goda Nisa lagi.
"Terserah deh apa kata kamu, terus mana Ellen?" tanya Erick.
"Ada tuh di kelas, starting today, dia bawa bekal. Kata nyonyah besar di rumah, Ellen nggak boleh jajan lagi, harus wajib bawa bekal dari rumah," jawab Nisa.
"Tapi kasian, dia makannya jadi sendirian di kelas," tambah Nisa.
"Kalau kasian, kenapa kamu nggak nemenin? malah ke kantin gangguin aku!" jawab Erick.
"Idih Abang GR deh, siapa juga yang gangguin, aku cuma memberikan informasi bermanfaat untuk kebahagiaan hati. Selain itu, aku 'kan juga butuh asupan gizi kantin untuk kebahagiaan lambung ini, Bang," jawab Nisa.
"Sejak kapan aku jadi abang kamu! enak aja manggil-manggil abang. Udah sana gih, jajan, katanya butuh asupan gizi kantin," usir Erick.
Nisa pun segera berdiri dengan bibir manyun, sembari berucap, "Ashiaap!"
Lalu dengan cepat, ia mulai ikut mengambil antrian di depan jajanan yang ia inginkan. Sementara itu,Erick mempercepat makannya, karena ingin segera bertemu Ellen, untuk menanyakan kondisi kesehatannya.
Sesampainya di kelas 7B, Erick tidak menemukan Ellen, ia hanya melihat seorang gadis berjilbab, yang tidak ia perhatikan, tentu saja karena Erick masih belum mengetahui penampilan Ellen yang baru.
Tetapi tak lama kemudian, Ellen berdiri untuk membuang sampah, ia pun melihat Erick yang sedang berdiri di depan pintu, seperti sedang mencari seseorang.
"Eh Kak Erick, nyari siapa? lagi pada jajan semua Kak, kelas kosong," ucap Ellen yang mengejutkan Erick.
Erick yang terkejut, segera menyadari bahwa gadis berjilbab panjang itu adalah Ellen, ia pun segera berlalu dan menuju kelasnya dan meninggalkan Ellen yang kebingungan dengan reaksi dari Erick.
"Lah malah kabur? Emang ada apa? Nggak ada mbak Kunti, kan?" lirih Ellen sambil menengok ke kanan dan ke kiri, sebelum ia kembali ke kursinya.
Sementara itu, Erick berjalan cepat ke kelasnya sambil membatin, astaghfirullah, kenapa aku langsung pergi aja, Ellen kan nanya, bukannya dijawab, kok malah kabur! duh eror macam apa ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments