Rutinitas sebagai pelajar SMP, akhirnya mulai Ellen jalani. Ellen yang selalu ceria, bersemangat dan murah senyum membuatnya mudah untuk mendapatkan teman baru dan bahkan tak sedikit senior yang mengajaknya untuk berteman.
Semua itu juga ditunjang dengan penampilannya yang menarik. Wajah berbentuk bulat telur dengan pipi chubby yang sering terlihat kemerahan jika terkena cahaya matahari, membuat banyak mata yang tertarik untuk memandangnya. Berkulit putih kemerahan, serta memiliki bentuk mata yang indah seperti mata kucing, membuat Ellen dijuluki si mata kucing di kelasnya. Rambut ikalnya selalu diikat ekor kuda dan meninggalkan banyak helaian anak rambut yang tipis disekitar pangkal leher dan dahi.
Tibalah di hari Sabtu, hari dimana semua kegiatan ekstrakokulikuler dilaksanakan di sekolah, termasuk kegiatan PMR, dimana semua anggotanya telah berkumpul menjalani berbagai macam kegiatan pelatihan.
Pelatihan yang nantinya akan mereka jalani dalam satu tahun ke depan, seperti membuat tandu, memasang bidai, menggunakan mitela dan lain sebagainya pun sudah terjadwal dengan rapi.
Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu dan tibalah saatnya untuk diadakannya pemilihan ketua baru. Untuk itu, semua anggota PMR berkumpul di tengah lapangan.
Ditengah terik panas matahari, para anggota PMR ini duduk bersila sambil berdiskusi akan siapa calon kandidat ketua PMR yang akan mereka pilih. Tak terkecuali Ellen dan Nisa, yang asyik berdiskusi tentang siapakah nama yang akan mereka pilih sebagai ketua PMR yang baru.
"Pilih siapa, Len?" tanya Nisa.
"Kak Riga kali yaa, kan dia yang paling error diantara kelas delapan, biar tambah seru kegiatan kita," jawab Ellen santai.
Riga adalah siswa kelas delapan, yang terkenal iseng dan memiliki selera humor yang tinggi tetapi jika sudah serius, hawa dingin puncak gunung Everest pun akan datang.
"Hooo jadi kriterianya adalah yang paling error. Baiklah kalau begitu, aku juga akan milih kak Riga. Eh tapi, apakah alasan ini adalah alasan yang digunakan untuk menutupi alasan sebenarnya?" tanya Nisa sambil menarik-turunkan alisnya.
Kini giliran hawa dingin yang menusuk melalui tatapan mata yang Ellen tujukan ke arah Nisa, tetapi sesuatu yang tak terduga, membuat tatapan dingin itu meleleh seketika oleh kehadiran Erick dan Riga.
Ada hal yang kedua makhluk manis ini tidak sadari, yaitu di saat para yunior sibuk menentukan pilihannya, Riga dan Erick mengamati adik kelas mereka dengan berjalan mengitari junior-juniornya. Tetapi, kedua berhenti melangkah ketika melewati Ellen dan Nisa, karena mereka mendengar sepintas lalu, alasan Ellen memilih Riga.
Seketika itupun, Erick meletakkan tangannya di bahu Riga, sembari berucap, "Aku nggak tahu harus berkata apa, tetapi ketika dirimu dipilih ternyata gara-gara error, disitu aku ingin tertawa. Sungguh sebuah alasan yang out of the box!"
Ellen yang sedang melipat kertas votingnya pun langsung salah tingkah sambil menunduk dan menutup wajahnya yang menahan malu.
"Ya nasib Bang, tapi minimal gue dipilih sama Neng Ellen si kembang es, yang artinya diriku sudah mulai memasuki hatinya," jawab Riga santai yang sengaja dikeraskan sehingga seluruh anggota PMR pun mendengarnya.
Lalu dengan santainya ia berjalan ke depan barisan dan diikuti oleh Erick yang tersenyum kecut setelah mendengar jawaban Riga.
Suasana pun mendadak menjadi ramai, dikarenakan ucapan Riga. Ellen yang menahan malu pun segera menyembunyikan kepalanya diantara kedua lututnya.
Erick yang melihatnya pun tersenyum geli, lalu ia berjalan cepat ke depan barisan untuk mengatasi keramaian itu dengan suaranya yang lantang.
"Sudah semua votingnya? Kalau sudah, kita akan segera melakukan perhitungan suara. Ayo, segera dan nggak pakai berisik votingnya!" seru Erick yang membuat suasana kembali tenang.
Beberapa saat kemudian, dimulailah proses perhitungan suara, yang akhirnya dimenangkan oleh Riga dengan perolehan angka yang cukup telak dari lawannya.
Untuk itu, Erick sebagai mantan ketua, memberikan sambutan dan ucapan selamat untuk penggantinya, "Alhamdulillah akhirnya bisa turun tahta tanpa pertumpahan darah dan selamat buat Riga yang akan menjalani kepemimpinan selama satu tahun ke depan.'
"Ayo Rig, kasih kata sambutan sebagai ketua baru," titah Erick kepada penggantinya.
Riga pun berjalan ke depan untuk memberikan ucapan terima kasihnya.
"Alhamdulillah wa syukurillah, saya dipercaya untuk menduduki tahta Bang Erick selama setahun ke depan. Terima kasih buat semua yang sudah memilih saya dan yang tidak memilih saya.... kalian milih siapa? kepo ni, bisikin ntar yak," ucap Riga yang membuat suasana kembali pecah.
Erick pun menepuk keningnya sambil membatin, salah gue apa yak, pengganti gue kok kek gini amat?
Setelah acara pemilihan selesai, kegiatan pun kembali ke jadwal latihan PMR, kali ini mereka akan belajar membuat tandu.
Riga sebagai ketua baru pun memberikan pengumuman.
"Hari ini kita belajar membuat tandu, siapa yang cepat bisa dan tandunya pun kuat, akan dicalonkan untuk mengikuti lomba PMR tingkat SMP di Kantor PMI Jakarta Utara. Jadi, ayo tunjukkan kekuatanmu!" seru Riga penuh semangat.
Dengan cepat dan teratur, para anggota PMR kelas tujuh mulai memisahkan diri untuk bergabung dengan kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok telah dilengkapi dengan dua tali dan dua tongkat, yang nantinya akan disusun menjadi sebuah tandu dan juga dua orang senior untuk membimbing mereka.
Lalu para senior pun mulai membimbing setiap kelompok untuk memasang tali temali pada tongkat yang tersedia.
Erick pun berdiri mengawasi pelatihan tersebut bersama Ratri, tetapi tak lama kemudian terdengar suara rintihan kesakitan.
"Ya Allah Ellen, kenapa tangan Lo?" tanya Nisa setengah panik melihat Ellen berjongkok sambil memegang telapak tangan kanannya yang memerah nyaris berdarah.
Mendengar ucapan Nisa, dengan segera Erick dan Ratri menghampiri Ellen, untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa? kenapa tanganmu?" tanya Erick sambil mencoba meraih telapak tangan Ellen.
Tetapi dengan refleknya, Ellen langsung menjauhkan tangannya dari jangkauan Erick.
Erick yang sadar akan hal itu pun segera menarik tangannya dan berdiri mundur, lalu digantikan oleh Ratri.
"Coba sini aku lihat tangannya," pinta Ratri kepada Ellen.
Ellen pun menunjukkan telapak tangannya yang terluka karena terlalu kencang saat menarik tali. Telapak tangannya terlihat merah dan lecet, bahkan ada kulit yang sedikit terkelupas.
"Kok bisa kayak gini, Len?" tanya Ratri.
Sebelum Ellen sempat menjawabnya, tiba-tiba terdengar suara dari kelompok lain, yang iri dengan perhatian senior kepada Ellen.
"Biasalah anak Sultan, nggak pernah kerja, tangan mulus buat narik tali yaa langsung lecet."
Nisa yang mendengar hal itu tidak terima dan segera bangkit untuk menghampirinya, tetapi tangannya segera ditarik oleh Ellen, menandakan untuk tidak perlu meladeninya.
Tetapi, Ratri tidak tinggal diam begitu saja. Ia pun berucap, "Alhamdulillah ya, kalau ada anggota kita yang beruntung menjadi anak sultan. Dia pasti memiliki banyak hal yang tidak semua orang miliki, salah satunya akhlak dan empati."
Erick pun tersenyum puas dengan apa yang dikatakan oleh Ratri, sembari berseru, "Kita sebagai anggota PMR, harus memiliki rasa empati yang tinggi karena kita adalah petugas kesehatan yang dilatih untuk dapat memberikan pertolongan pertama pada setiap kecelakaan yang terjadi di sekitar kita. Untuk menolong orang lain, kita harus mengesampingkan emosi dan rasa yang ada. Keselamatan adalah yang utama."
"Baiklah, kalian semua lanjutkan memasang tandu," lanjut Erick.
Kemudian, Ratri segera membawa Ellen ke UKS untuk diobati dan tentu saja diikuti oleh Erick dan kakak pembina. Sesampainya di UKS, tangan Ellen dibersihkan dengan menggunakan disinfektan kemudian dioleskan salep.
Ellen pun meringis menahan perih ketika lukanya diberi disinfektan.
"Kenapa bisa hampir terkelupas kulitnya?" tanya kak Lia salah satu pembina, sambil mengoleskan salep dengan hati-hati.
"Memang menarik tali tandu itu butuh kekuatan, tapi belum pernah ada yang sampai lecet seperti ini," tambah kak Lia.
"Beberapa hari yang lalu, tangan saya terkena panci yang panas," jawab Ellen, sambil menahan perih.
Sambil mengerutkan keningnya, kak Lia bertanya, "Kok bisa?"
"Saya kurang hati-hati aja sih, Kak. Saya kira pegangan pancinya tidak panas, eh ternyata panas pake banget. Jadilah agak-agak melepuh gimana gitu," jawab Ellen.
Erick yang mendengarkan dari depan pintu UKS langsung menghampiri Ellen dan berucap, "Jangan teledor, kamu harus memperhatikan semuanya. Apalagi yang berhubungan dengan api, kita harus selalu menggunakan alat keamanan, sarung tangan atau kain yang dapat melindungi dari panas."
"Dan satu lagi, praktek memasang tandu itu tidak wajib. Kamu bisa minta ijin untuk tidak mengikuti kegiatan ini, bukannya memaksakan kondisi yang berakibat lukanya semakin parah. Kalau sudah begini, yang rugi adalah kamu sendiri. Jadi ingat, keselamatan dan keamanan untuk diri sendiri harus diutamakan terlebih dahulu, paham?"
"Paham, Kak. Tapi, aku jangan dimarahin dong. Aku tahu aku bikin kegiatan ini terganggu, tapi kan bukan maksudnya begitu," jawab Ellen.
"Pokoknya lain kali, ingat keselamatan diri. Hari ini kamu cukup memperhatikan dari pinggir lapangan, tidak perlu ikut latihan," ucap Erick yang kemudian segera keluar ruangan.
Setelah Erick menghilang, dengan kesal Ellen berucap, "Ih, ganteng-ganteng ternyata galak. Mana nggak ada senyum sama sekali. Prihatin kek, ada dek kelasnya yang sakit. Ini malah ngomel."
"Itu ngomel tanda perhatian," goda Kak Lia sambil mengedipkan satu matanya.
"Idih perhatian! Perhatian dari Hongkong! Kalau orang perhatian itu, ditanya mana yang luka, trus dilihat lukanya, trus diobatin bukan dimarahin!" sungut Ellen yang kesal.
Kak Lia pun terkekeh mendengar kekesalan Ellen. Lalu ia berucap, "Sudah selesai, nanti jangan kena air dulu ya. Dibersihkan pakai lap basah hangat saja, lalu diolesi salep lagi."
"Baik Kak, terima kasih," jawab Ellen sambil beranjak keluar.
Diluar, Erick tengah duduk di pinggir lapangan, sambil memperhatikan adik kelasnya berlatih. Tak lama, Ratri menghampiri sambil membawakan sebotol air mineral.
Sambil menyodorkan air mineral kepada Erick, dengan santainya Ratri bertanya, "Rick, kamu suka sama Ellen ya? nggak boleh bohong, jawab jujur, nggak terima jawaban ambigu. Iya, iya atau nggak, nggak."
Setelah menenggak airnya, Erick pun menjawab, "Heran, kok punya kakak sepupu gini amat nembaknya, napa sih emangnya?"
"Ya kalau kamu suka sama Ellen, ntar aku bantu, pake pamrih," jawab Ratri sambil mengeluarkan senyum maut jahilnya.
"Sudah kuduga bakalan begini. Sorry ye Kakak, adikmu ini nggak mau mikirin yang kayak gitu. Ujian Nasional sudah didepan mata, hanya tinggal beberapa bulan lagi. Aku mau fokus disitu, urusan cinta itu nanti kalau sudah tidak berseragam lagi. Udah ah, nggak mau ngebahas ini, nggak penting juga," ucap Erick.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
leneva
sok baca ampe tamat, trus lanjut ke judul yg lain
ada Daffa dan Shafa
New Chapter of My Life
yg terbaru n masih on going "Cinta yg Hilang"
2022-04-16
0
Ita
Lanjut kak...
2022-04-16
2