Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Pintu kamar Kalia diketuk pelan, mama menyuruhnya shalat subuh.
Kalia membuka matanya tapi masih enggan beranjak. Dia masih bergulung dalam selimut.
Hari ini hari Minggu, dia libur kerja tapi dia ingat bahwa hari ini adalah acara pernikahan sahabatnya. Sahabat yang sedang dia benci.
Hampir 15 menit, Kalia masih tak mau bangun dari tempat tidurnya yang hangat dan nyaman. Tapi suara ketukan pintu kamar lagi-lagi terdengar, kali ini lebih kencang dari yang pertama.
" Iya ma..Kalia udah bangun." ucap Kalia agar mama nya menghentikan aksinya mengetuk pintu.
Dengan secepat kilat, Kalia menunaikan shalat shubuh. Macam dikejar maling. Sejurus kemudian bergumul lagi dengan selimutnya.
Tiba-tiba handphone nya berdering. Dia meraih handphone tersebut dari atas nakas di samping tempat tidurnya. Panggilan dari Ira. Kalia mengabaikannya.
Sekali..dua kali..tiga kali. Masih tak mau dijawab. Kalia lalu mematikan handphone nya dan kembali tidur. Sekeras apapun Ira memaksanya, ia tetap tak akan pergi ke acara pernikahan Amel.
Jam 8 pagi, Kalia baru mau beranjak dari kamarnya. Dia menuju meja makan masih dengan muka bantal dan rambut yang dikuncir asal.
Baru saja Kalia mendudukan dirinya di kursi ruang makan, mama Rani tergopoh-gopoh menghampirinya.
" Lia, mama dapet telepon ini dari Ira. Nih kamu aja yang bicara."
" Nggak ah mah..bilang aja aku lagi sakit. Aku gak akan datang ke nikahannya Amel."
" Lho kok gitu, kan Amel temen kamu."
" Bilang aja aku sakit, mah. Please.." pinta Kalia memelas. Mama nya menghela nafas kemudian menyampaikan pesan anaknya itu pada Ira.
" Kamu kenapa sih, sayang? Mama perhatiin udah seminggu ini kok kamu kayak kacau banget. Lagi banyak pikiran?"
" Lagi banyak kerjaan aja, Ma." jawab Kalia singkat sambil meraih sekerat roti dan mengolesinya dengan selai coklat.
" Tapi kok sampai gak mau datang ke nikahan Amel segala, kan dia temennya Lia dari kuliah. Udah deket banget juga."
" Aku gak mau pergi ah. Jakarta jauh, Lia capek. Mau istirahat aja. Besok senin harus kerja lagi, badan Lia juga sakit-sakit semua ini Ma." jelas Lia panjang lebar sambil menggigit ujung rotinya sedikit.
" Bener begitu?"
Kalia mengangguk lemah tanpa menatap mama nya. Dia tahu betul, bila mama nya bisa tahu kalau dia berbohong hanya dari sekilas pandangan mata saja. Maklum, Kalia hanya dibesarkan oleh mama nya. Dia sudah yatim sejak usia 11 tahun. Papa nya meninggal karena sakit diabetes melitus. Sejak saat itu, mama lah tulang punggung keluarga. Dia membesarkan Kalia seorang diri tanpa berpikir untuk menikah lagi. Jadi wajar saja bila beliau sangat mengetahui sifat anak semata wayangnya.
Selesai sarapan, Kalia membantu mama nya membersihkan rumah. Di kantor, Kalia adalah seorang manager muda yang handal. Tetapi di rumah, Kalia akan berubah menjadi anak penurut yang selalu membantu mama nya dalam mengurus rumah.
" Kamu jadi kurusan deh, Li.." ucap mamanya ketika mereka sedang sibuk membersihkan halaman.
" Iya gitu Ma? Enggak ah..perasaan mama aja itu sih."
" Kamu tuh jadi sering lupa sarapan seminggu ini, pulang kerja juga langsung ngurung diri aja di kamar. Mama teh khawatir tau."
Kalia merangkul pundak mamanya lembut.
" Suka baper mamah mah. Lia gak apa-apa. Lagi banyak kerjaan aja di kantor, beberapa kali Lia kena tegur atasan gara-gara hasil kerja yang gak sesuai target. Makanya kepikiran terus. Don't worry be happy atuh Ibu Raniiii..." goda Kalia sambil menjawil pipi mama nya.
" Bener ya..kalau ada apa-apa tuh harus cerita sama mama. Soalnya kalau Lia kayak gitu teh, Mama suka sedih lihatnya. Anak mama yang cantik murung terus..Uuuh...gak tega rasanya." ucap mamanya dengan mata berkaca-kaca.
Kalia tersenyum getir. Hatinya sakit harus membohongi mama nya. Tapi berkata jujur pun malah akan lebih menyakiti hati mama yang paling dicintainya.
***
" Kalia.." panggil seseorang. Ira tiba-tiba saja mendatangi kantor tempat Kalia bekerja. Dia sengaja menunggu Kalia hingga pulang kerja dan menemuinya ketika Kalia hendak memasuki mobil untuk pulang. Sepertinya dia sudah muak dihindari terus oleh Kalia yang tak memberikan penjelasan apapun.
" Ngapain lu disini?" tanya Kalia kaget.
" Gue minta penjelasan lah dari lu. Hampir dua minggu ini lu menghindar terus dari gue dan Amel. Sampai-sampai ke acara nikahan Amel aja lu tega gak datang. Setiap kali di telepon selalu di reject. Salah kita apaan sih?" Berondong Ira.
" Ayo ikut gue. Gue perlu ngomongin ini semua sampai beres. Udah gak tahan gue sama kelakuan lu." Ira langsung menarik tangan Kalia untuk masuk kedalam mobilnya.
" Mau kemana sih?"
" Gak usah banyak tanya, udah ikut aja. Lu hutang penjelasan sama gue dan Amel."
Dengan terpaksa Kalia masuk kedalam mobil Ira karena takut menarik perhatian orang-orang yang mulai bubar untuk pulang kerja.
Ira melajukan mobilnya ke sebuah apartemen di daerah Cimahi. Amel sudah menunggu mereka disana. Amel memang kini tinggal di apartemen itu bersama suaminya. Kebetulan suaminya sedang bekerja ke luar kota maka dia berinisiatif untuk menculik Kalia agar dapat menyelesaikan masalah mereka.
Amel dan Ira duduk di seberang meja di sebuah ruang tamu minimalis yang didominasi warna pastel. Menghadap Kalia yang tampak seperti pesakitan di meja persidangan.
" Jelasin sama kita, sedetail-detailnya. Apa ada yang terjadi setelah lu pulang dari pestanya Amel beberapa minggu kemarin!?".
Kalia terdiam, malas mendengar perkataan Ira. Dia memalingkan wajahnya.
" Serius, Li. Ada apa? Gue sampai bingung, lu bahkan gak datang ke acara pernikahan gue. Jujur lah Li.." bujuk Amel dengan suara selembut mungkin.
Hening berbahasa.
" Gak ada yang harus gue jelasin. Gue gak mau datang aja, gue sibuk, gue harus kerja." jawab Kalia dengan nada ketus.
" Acara gue itu hari Minggu, Kalia..masa iya lu kerja juga hari Minggu?".
" Iya..gue kerja. Kenapa? Gak dosa kan kerja di hari Minggu." jawab Kalia dengan suara sedikit meninggi.
" Gak..lu bohong. Gue yakin lu pasti bohong." ucap Ira sambil menggoyang-goyangkan tangan Kalia.
" Gak mungkin cuma karena itu lu sampai menghindari kita." Ira menggenggam tangan Kalia.
Dengan kasar, Kalia menarik tangannya dari genggaman Ira.
" Gak usah sok baik deh kalian. Kalau bukan gara-gara ulah kalian, semua gak akan terjadi. Hidup gue pasti masih baik-baik aja. Gue gak akan hancur kayak sekarang. Udah lah, gak usah hubungi gue lagi. Gue mau pulang." Kalia dengan cepat berdiri dari tempat duduknya. Tapi tangan Amel dan Ira menahannya. Kalia sudah tak bisa lagi membendung air matanya. Hatinya sakit.
" Lepas..gue benci sama kalian...huuuaaa.." Kalia semakin tergugu.
" Kalian memaksa gue untuk minum wine laknat itu. Dan kalian bener-bener ingin tahu apa yang terjadi setelah itu hah?" pundak Kalia menggigil. Bayangan kejadian malam itu kembali memenuhi kepalanya.
" Gue..dengan bodohnya menyerahkan keperawanan yang paling berarti buat gue pada laki-laki yang bahkan gak jelas siapa dan gue sama sekali gak kenal. Gue jadi manusia menjijikan. Gue jadi *******, perempuan murahan..!! Dan itu semua terjadi karena wine yang kalian paksa untuk gue minum."
Kalia makin histeris. Badannya berguncang hebat. Amel dan Ira langsung memeluk Kalia dengan kuat. Mereka merasa bersalah. Tak pernah terbayangkan semua hal itu bakal terjadi pada sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Kurnia P150692
Lanjut baca ya kak...
Makin seru 😊
2020-11-08
0
triana 13
semangat kak 😉
nyicil ya kak 🤗
2020-11-06
0