2

Di kekediaman adipatih, Jangan pernah berharap akan ada sapaan lembut dan penuh kasih sayang karena di rumah kami hanya ucapan umpatan dan suara abstrak yang mungkin sangat menjijikkan jika di dengar.

Awalnya juga aku merasa seperti itu, lalu membanding-bandingkan keluarga orang lain dengan keluargaku tapi setelah sadar kalo di balik layar banyak derita dan hal yang di sembunyikan lalu meneteskan air mata, aku bersyukur dengan apa yang ku miliki.

Banyak orang bertingkah jika dia dan pasangannya baik-baik saja lalu tanpa sebab, tanpa masalah malah terjadi perceraian, perselingkuhan dan paling menyedihkan adalah anak-anak alias teman sebayaku harus menderita karena tindakan orangtuanya.

Orangtua temanku selalu bersikap ramah, murah senyum dan terlihat harmonis tapi tiba-tiba salah satunya bercerai hanya karena diskomunikasi sedangkan di rumahku, jangankan diskomunikasi, harga cabe naik seribu saja di lakukan komprensi di meja makan seandainya bisa, nyamuk mati juga di cari pembunuhnya.

Seperti itulah keluargaku. Orangtuaku tidak bisa dikatakan harmonis karena, anehnya setelah perdebatan panjang itu, kami kembali akur-akur saja bahkan kami bersikap jika adu urat dan adu gulat tidak pernah terjadi.

ati dan api tidak pernah malu memperlihatkan kemesraan mereka pada kami. Sama seperti saat ini, aku dan ati sedang berada di dapur untuk membantu art menyiapkan makan siang, ternyata api datang lalu tanpa aba-aba memeluk ati dari belakang. Itu terkesan romantis menurutku tapi ati paling jago merusak suasana.

Bukannya membalas pelukan, Ati malah menyikut perut api dengan keras sampai-sampai api melepaskan pelukan dan mengaduh sakit.

"heii kau ini" ujar api lalu menggelus perutnya yang terkena sikuatan.

"semua anakmu hampir membuatku gila, tidak danisa, daniel dan fatih beghh rasanya aku akan menjadi kanibal sebentar lagi" ucap ati dengan suara keras dan penekanan seakan-akan siap untuk meremukkan tulang-tulang sumber kekesalannya itu.

"kau kan memang sudah gila" mendengar hal itu ati semakin marah dan siap melayangkan pukulannya pada api, tapi belum juga pukulan itu belayang api sudah bergerak meninggalkan dapur begitu saja.

melihat itu ati segera melemparkan sendok yang ada ditangannya dan sendok itu berhasil menggenai kepala api tapi bukannya kesakitan, api malah menjulurkan lidah dan berkata

"tidak sakit wekkk" ledeknya.

terjadilah aksi kejar-kejaran diantara pasangan suami istri itu. Aku dan art yang melihat adegan  itu hanya bisa menggelengkan kepala mendapati orang tuanya layaknya abg tua yang berada di filem india.

Entah apa yang membuat ati terlihat sangat spesial di mata api, karena sejauh aku mengenal ati, penampilannya tidak pernah secantik wanita sosialita bahkan kalo ada kurir atau seseorang yang baru pertama kali datang di kekediaman kami, orang itu tidak bisa membedakan mana nyonya besar dan Art.

Aku sudah sangat sering menegur penampilan ati, tapi emang atinya yang baru hingga sampai dinasaurus beranak dalam kubur juga dia ngak mau berubah dan anehnya api juga suka-suka aja tuh dengan penampilan ati selama ini.

Hubungnaku dengan ati juga tidak bisa di katakan sangat akrap karena kami sering berdebat. Ati orang yang paling tidak bisa di ajak kompromi tentang waktu apa lagi saat aku berkata nanti. Efek dari kata nanti itu melebihi jus amma tiga kali baca sumpah.

Flashback on.

"ica kuping kamu ngak budek kan? sana tegur kakakmu" ujar wanita bernama caca dengan wajah masam dan tidak lupa bertolak pinggang.

"mmm nanti ti." jawabnya santai.

"ayo dong sebelum apimu pulang." desak caca lagi.

"nanti ati" kata anak gadis yang di panggil ica.

"nanti saat gunderuwo pake pembalut?" bentak caca dengan kebasaran kian menipis.

"ngak mungkinlah wong genderumo pake popok" jawab ica acuh tak acuh.

"yang pake popok itu tuyul" semprot caca.

"kan bapaknya jadi harus kembaran"

"kembaran nenekmu giginya masuk gawang?, kamu itu, tegur kakakmu sana" perintahnya sekali lagi namun hanya dibalas

"mmm" gummamnya menjawab.

"Danisa girda adipati" ujarnya sambil berkecak pinggang.

"Aku lagi konsen nonton ati. Lihat tuh baju-bajunya keren dan trendy ngak kayak baju ati yang sebelas dua belas dengan baju preman kompleks depan"

"Kan emang preman punya apimu, apa masalahnya?" Jawabnya acuh.

"Ati ngak ada niat gitu, ubah penampilan biar makin cantik, bohay biar api makin cinta dan ngak lirik wanita lain"

"Ngak cantik aja apimu suka apa lagi cantik. Apimu tuh loyo kalo sama wanita lain"

"Agh?" Tanyaku binggung.

"Makanya cepat tua, tar ati jodohin. Kalo tua ngak nikah-nikah, ati kandangin kamu sama sapi"

"Apaan sih ati" Protesku tidak terima.

"Lagian kamu kerjanya tinggal di rumah aja. Main kek kemana, ke kandang macan atau ke kandang buaya juga boleh"

"Mereka ngak suka aku, buaya dan macan doyannya sama tante jelek kayak ati." Balasku acuh.

"anak siapa sih kamu?" ujarnya dengan rasa putus asa.

"anaknya mama bella" katanya dengan sangat santai tanpa menggalihkan pandangannya dari gadget.

"oghh kamu ya, awas saja kalo sakit minta bantuan sana sama mama bellamu dia alam baka sana."

"ati" mendenggar kalimat ancaman itu seketika anak perempuan menggalihkan tatapannya ke ibu sambung yang begitu baik namun sering berkata kasar itu.

"apa?" ujar sang ibu dengan mata melotot.

Ati tuh, mulutnya saja persis seperti sabda dajjal tapi melihat anak-anaknya lemas saja dia mulai panik apa lagi kalo jatuh sakit. Entah seperti apa sebenarnya ati tapi aku menyukainya. Hingga detik ini, tidak tahu kenapa umpatannya adalah hal yang kami nantikan.

Kalo ati sudah mode diam, acuh dan santai, rumah jadi tenang, saking tenangnya kami merasa sedang di intay untuk di lemparkan bom nuklir.

Ati itu tipe orang susah untuk tersinggung lalu merajuk tapi kalo sudah kesal, emosinya itu bertahan lama. Kalo sudah dalam mode merajuk, ati pasti jawabnya singkat-singkat. Misalnya,

"Kamu kenapa?" Tegur api yang melihat ati menatap tv dengan pandangan kosong.

"tidak ada apa-apa"

"aku sehat kok" ujarnya meyakinkan namun tak seorangpun yang percaya itu.

"ca jangan kekanan-nakan bilang deh kamu itu kenapa?" Tegur api.

"it's okey Api" jawabnya acuh.

"terus kenapa diam?" tanya dimas lagi.

"Tidak"

"Ca bilang deh, kamu kenapa?"

"Ngak kenapa-napa"

"Kenapa diam?"

"memang harus bicara 24, aku juga capek kali" ujarnya dengan santai dan menutup perdebatan itu.

Gitu aja terus sampai kami ngak tahu gimana caranya minta maaf sedangkan ati sudah kabur dari rumah untuk menenangkan diri. Kebiasaan ati yang suka kabur dari rumah sampai saat ini padahal sudah tua tapi tidak sadar diri.

Terpopuler

Comments

Ririn Santi

Ririn Santi

ngakak bacanya

2022-09-13

0

Mia Kasmiati

Mia Kasmiati

Thor koq Dimas Anggara bukane Dimas Adipati

2020-02-27

3

sukaeni sukaeni

sukaeni sukaeni

Wkwkwk.... biar cuman 5 gopek pun kalo masalah harga dan wanita jagonya menawar

2019-07-04

10

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!