The Invincible Hero : Reincarnation
#1 Kematian
Dimana aku?? Tubuhku terasa ringan dan melayang-layang aka tidak tahu apa yang terjad. ah iya ala telah mati. Aku ingat, beberapa waktu yang lalu aku telah mati. Beberapa tusukan pisau mengenai ku.
**********************************************************
Saat itu aku mendengar suara ribut di rumah sebelah, rumah nenek Mio yang yang tinggal sendirian. Dia sangat baik padaku. Mungkin karena dia hanya tinggal sendirian jadi dia menganggapku seperti cucunya atau mungkin anaknya.
Aku mengintip dari balik pintu masuk. Kulihat di dalam rumah, nenek Mio gemeter menghadapi dua orang dengan pisau yang berkilauan ditangan mereka.
"Serahkan!!! Serahkan harta peninggalan suamimu!!" Salah satunya membentak nenek Mio sambil mencekik leher dan mendorongkannya ke arah dinding.
Nenek yang ketakutan tidak dapat berkata apa-apa.
"Hai nenek tua, dimana kau simpan uangmu??? Serahkan padaku jika kau masih ingin hidup!!"
Salah satu penjahat mengintimidasi si nenek dengan wajah yang mengerikan. Dengan tampang licik dan seringai jahat.
Apa yang harus kulakukan???
Tanpa aku sadari, tubuhku bergerak dengan sendirinya. Aku menerobos masuk.
Dengan tubuh gemetar aku berteriak.
"Hentikan!!! Jangan sakiti nenek. Jika kau ingin uang akan aku berikan. Tapi lepaskan dia!" Aku mengerahkan segala keberanianku.
Aku melihat nenek menggerakkan kepalanya kepadaku.
"Oh oh oh, ternyata ada pahlawan disini. Hei kau lihat, kakinya gemetar. Mungkin sebentar lagi dia akan mengompol."
Salah satu penjahat berbalik menatapku dan melemparkan olok-oloknya padaku.
Sementara aku masih dalam keadaaan gemetar.
"Aahh benar, ada seorang pahlawan"
"Bagaimana? Kita habisi saja dia?"
Penjahat yang mengolok-olok ku bertanya kepada penjahat satunya.
"Nanti saja, setelah dia memberikan uang nya. Hahahaha"
Dia tertawa dengan puas. Begitupun temannya.
"Lepaskan dia!!!" Dengan suara yang berat nenek memohon untuk keselamatan ku.
"Haaahhh!!!" Si penjahat memperkuat cengkramannya. Terlihat nenek sangat kesakitan.
"Hentikan!!!" Kataku.
"Akan ku berikan." Tiba-tiba nenek mio memecah situasi.
"Hahahaha." Kedua penjahat itu tertawa puas kemudian mendorong nenek ke lantai. Dorongannya cukup kuat hingga menyebabkan kepala nenek membentur lantai dan mengeluarkan darah. Kemudian terkulai lemas.
Tanpa ku sadari aku berlari menuju nenek. Namun, 'bukk' sebuah tinju mendarat di perutku. Pandanganku langsung berkunang-kunang, rasa sakit menjalar di tubuhku.
Aku pun terjatuh.
"Hei kau, jangan melakukan tindakan tak perlu" salah satu penjahat mengingatkan temannya.
"Kalau mereka berdua mati kita akan dalam masalah."
"Baiklah. Aku mengerti."
Entah sudah berapa lama aku terjatuh dalam keadaan sakit di sekujur tubuhku. Aku melihat nenek tak bergerak. Aku pikir nenek sudah mati. Perlahan aku mengangkat tubuhku. Berusaha berdiri sekuat tenaga.
Aku berjalan sempoyongan menuju ke arah mereka yang sedang membongkar isi lemari. Dengan rasa kesal dan marah, aku mengambil langkah dan mencoba berlari ke arah salah satunya sambil mengarahkan tinjuku ke wajahnya.
"Bukkk" tinjuku mendarat. Namun sepertinya itu tidak berakibat apa-apa selain kemarahan darinya.
"Buk,,,buk,,bukk.." beberapa pukulan mengenai wajahku. Aku terjatuh diikuti dengan beberapa tendangan bertubi-tubi ke arah perut dan kepalaku.
**********************************************************
Apakah aku sudah mati??? Bagaimana dengan nenek. Apakah dia baik-baik saja.
"Maafkan aku, aku lemah, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Seandainya saja aku lebih kuat,,,"
Sebelum suara dalam pikiranku selesai tiba-tiba aku merasa seperti tersedot oleh sesuatu. Dan,,,.
"Gedebuk,,," aku terjatuh.
Dengan cepat aku berdiri. Anehnya, aku tidak merasakan sakit setelah jatuh seperti itu.
Aku menatap sekeliling. Ini seperti sebuah aula serba putih. Sebuah tempat tanpa ujung. Hingga kemanapun aku melihat, aku hanya bisa melihat warna putih.
Perasaan ku masih bingung, aku terus melihat sekitarku, tak ada apapun. Hanya ada aku seorang diri di dalam ruangan putih ini.
Tiba-tiba.
"Selamat datang anak muda!"
Sebuah suara datang dari belakang tubuhku. Akupun segera menoleh dan kulihat seorang kakek tua dengan perawakan sedikit gendut, dengan wajah yang terlihat lucu, berjanggut putih yang panjang serta alisnya juga putih. Yah tentu saja, dia botak. Hingga terlihat seperti ada kilauan di atas kepalanya itu. Dengan perawakannya itu, dia sepertinya sosok kakek yang akan datang pada waktu natal tiba, hanya saja dengan perawakan sedikit cebol.
"Si,,si,,siapa anda? Dimana aku?"
Tanpa disedari aku langsung bertanya tanpa menjawab salamnya.
"Hohohoho, aku adalah dewa"
"Dewa??? Apakah itu benar??" Aku sedikit masih tidak percaya, tapi yah, mengingat apa yang terjadi sebelumnya aku perlahan bisa menerima.
"Hohoho,, tentu saja anak muda. Aku adalah dewa" dengan tenang dia mendorong cangkir teh ke mulutnya.
Entah mengapa tanpa sadar aku kemudian menjatuhkan tubuhku pada posisi duduk bersila.
"Anu,,, dewa, dinana ini!??"
"Ini? Ini adalah dunia gaib, dunia roh, dunia tempat aku tinggal, dan dunia tempat roh sepertimu tinggal"
Tunggu, dia bilang 'roh seperti mu' itu artinya aku memang telah mati. Aah tentu saja begitu.
Aku terdiam.
"Aaahhh, teh ini nikmat sekali!" Dengan ekspresi penuh kepuasan dia bergumam. Aku yang melihatnya hanya bisa menatap tanpa bisa berkata-kata.
"Anak muda." Tiba-tiba dia beralih ke mode serius.
"Iya dewa." Segera aku menjawab nya.
"Tentu saja banyak yang ingin kau tanyakan padaku bukan?"
Aku menganggukkan kepalaku.
"Kalau begitu asisten ku Gabriel akan menjelaskan semua nya padamu. Sementara aku akan melanjutkan tidur siang ku."
Haahhh,,, aku sedikit kaget mendengarnya.
Tiba-tiba saja.
Flooffff,,,buuummm
Sebuah asap seperti ledakan kecil muncul, setelahnya sesosok wanita berpakaian anggun dengan lingkaran berwarna keemasan di atas kepalanya muncul. Dengan sayap berwarna putih, namun sedikit aneh karena tubuhnya hanya sebesar boneka beruang adikku.
"Aku serahkan padamu Gabriel!"
Sebelum sosok itu sempat berbicara, Dewa terlebih dahulu berkata padanya.
"Baik! Serahkan padaku!"
Sambil membungkukkan tubuhnya, mahluk mini itu menjawab perintah sang dewa.
"Baiklah anak muda, aku pergi dulu."
Tanpa menunggu jawabanku, sebuah sinar menyilaukan menerpa wajahku dan setelahnya setelah sinar itu menghilang, sosok Dewa pun ikut menghilang.
Aku masih terduduk dalam segala hal yang membuat ku bingung.
"Baiklah anak muda, namaku Gabriel. Mulai sekarang aku akan melanjutkan"
Aku menganggukkan kepala.
Dengan anggun dia melayang-layang di hadapanku.
"Anak muda, apakah kau tahu kenapa kamu ada disini?"
"Karena aku sudah mati?"
"Tepat sekali. Kau sudah mati"
Mendengarnya aku menghela nafas, ada sedikit rasa lega didalam hati ku. Sepertinya sedikit beban ku telah berkurang.
"Ada alasan lain kenapa kau ada disini."
Mendengar itu aku sedikit terkejut.
"Alasan lain?"
"Ya."
"Apa itu?"
"Kau adalah yang kami sebut dengan 'domba yang tersesat'."
"Haaahhhh???"
Aku terkejut.
"Ya, kau adalah domba yang tersesat. Beberapa kasus seperti mu telah beberapa kali terjadi di masa kali. Ratusan bahkan mungkin ribuan kasus domba tersesat seperti mu."
"Lantas apa yang terjadi?"
"Kau adalah kondisi khusus."
"Kondisi khusus?"
"Yah, benar sekali. Kondisi dimana kau sebagai roh tidak bisa masuk neraka ataupun surga."
"Haaahhh??"
Aku tersentak dengan kenyataan aku tidak bisa hidup nyaman di surga setelah meninggal membuatku kecewa.
"Untuk itu lah kita ada disini sekarang. Untuk membahas itu. Karena beberapa alasan, kau tidak bisa masuk surga ataupun neraka. Maka kau akan dihidupkan kembali kedunia."
Ah jadi begitu. Apakah aku harus merasa lega? Entahlah.
"Sebagai kompensasi, kau akan diberi tiga gulungan. Tulislah apa yang menjadi keinginanmu sebagai bekal menuju reinkarnasi mu. Apapun yang kau tuliskan, kami akan mengabulkannya."
"Apapun?"
"Yah, selama itu tidak menentang hukum akhirat."
"Contohnya?"
"Seperti kau memohon menjadi dewa, atau memohon kehancuran dunia."
"Ahh aku mengerti."
"Seperti kasus-kasus sebelumnya, ada yang meminta menjadi pahlawan, kekayaan, kekuatan, ketampanan, senjata terkuat, pedang keramat,menjadi raja, bahkan ada yang meminta menjadi raja iblis, apapun itu selama tidak melanggar hukum surga"
Mendengar kalimat terakhir membuat bulu kuduk ku sedikit berdiri.
Flooffff
Tiba-tiba tiga gulungan muncul dihadapanku lengkap dengan pena dari bulu yang terletak diatas meja kecil.
"Sekarang ambilah pena itu kemudian tusukan ke ibu jarimu."
Aku memiringkan kepala.
"Itu untuk membuat kontrak darah. Gulungan yang ditulis dengan tinta darah memiliki hukum absolut."
Baiklah aku mengerti.
Segera aku meraih pena tersebut kemudian menusukkan ujungnya pada ibu jariku. Tiba-tiba saja pena tersebut berubah warna menjadi keemasan.
"Baiklah, kontrak nya sudah terpenuhi. Sekarang tulislah permohonanmu!"
"Baik!"
Aku mengambil gulungan pertama. Dengan hati hati aku memikirkan apa yang aku inginkan untuk bekal ku di dunia berikutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Anomyus
[ Balik lagi yuk, baca karya Author !
Bagi yg suka novel fantasi & romance mampir yuk,,,,
“That Time One Summoned Class In The Another World”
PREMIS:
Mengenai dunia paralel. Mc dibenci oleh Heroine, tapi si Heroine lama-kelamaan suka sama Mc. ]
2023-02-21
0
Raysonic™
selalu
2023-02-18
0
Dark Knight
pertamaX pantau dulu
2021-02-04
1