#1 Kematian
Dimana aku?? Tubuhku terasa ringan dan melayang-layang aka tidak tahu apa yang terjad. ah iya ala telah mati. Aku ingat, beberapa waktu yang lalu aku telah mati. Beberapa tusukan pisau mengenai ku.
**********************************************************
Saat itu aku mendengar suara ribut di rumah sebelah, rumah nenek Mio yang yang tinggal sendirian. Dia sangat baik padaku. Mungkin karena dia hanya tinggal sendirian jadi dia menganggapku seperti cucunya atau mungkin anaknya.
Aku mengintip dari balik pintu masuk. Kulihat di dalam rumah, nenek Mio gemeter menghadapi dua orang dengan pisau yang berkilauan ditangan mereka.
"Serahkan!!! Serahkan harta peninggalan suamimu!!" Salah satunya membentak nenek Mio sambil mencekik leher dan mendorongkannya ke arah dinding.
Nenek yang ketakutan tidak dapat berkata apa-apa.
"Hai nenek tua, dimana kau simpan uangmu??? Serahkan padaku jika kau masih ingin hidup!!"
Salah satu penjahat mengintimidasi si nenek dengan wajah yang mengerikan. Dengan tampang licik dan seringai jahat.
Apa yang harus kulakukan???
Tanpa aku sadari, tubuhku bergerak dengan sendirinya. Aku menerobos masuk.
Dengan tubuh gemetar aku berteriak.
"Hentikan!!! Jangan sakiti nenek. Jika kau ingin uang akan aku berikan. Tapi lepaskan dia!" Aku mengerahkan segala keberanianku.
Aku melihat nenek menggerakkan kepalanya kepadaku.
"Oh oh oh, ternyata ada pahlawan disini. Hei kau lihat, kakinya gemetar. Mungkin sebentar lagi dia akan mengompol."
Salah satu penjahat berbalik menatapku dan melemparkan olok-oloknya padaku.
Sementara aku masih dalam keadaaan gemetar.
"Aahh benar, ada seorang pahlawan"
"Bagaimana? Kita habisi saja dia?"
Penjahat yang mengolok-olok ku bertanya kepada penjahat satunya.
"Nanti saja, setelah dia memberikan uang nya. Hahahaha"
Dia tertawa dengan puas. Begitupun temannya.
"Lepaskan dia!!!" Dengan suara yang berat nenek memohon untuk keselamatan ku.
"Haaahhh!!!" Si penjahat memperkuat cengkramannya. Terlihat nenek sangat kesakitan.
"Hentikan!!!" Kataku.
"Akan ku berikan." Tiba-tiba nenek mio memecah situasi.
"Hahahaha." Kedua penjahat itu tertawa puas kemudian mendorong nenek ke lantai. Dorongannya cukup kuat hingga menyebabkan kepala nenek membentur lantai dan mengeluarkan darah. Kemudian terkulai lemas.
Tanpa ku sadari aku berlari menuju nenek. Namun, 'bukk' sebuah tinju mendarat di perutku. Pandanganku langsung berkunang-kunang, rasa sakit menjalar di tubuhku.
Aku pun terjatuh.
"Hei kau, jangan melakukan tindakan tak perlu" salah satu penjahat mengingatkan temannya.
"Kalau mereka berdua mati kita akan dalam masalah."
"Baiklah. Aku mengerti."
Entah sudah berapa lama aku terjatuh dalam keadaan sakit di sekujur tubuhku. Aku melihat nenek tak bergerak. Aku pikir nenek sudah mati. Perlahan aku mengangkat tubuhku. Berusaha berdiri sekuat tenaga.
Aku berjalan sempoyongan menuju ke arah mereka yang sedang membongkar isi lemari. Dengan rasa kesal dan marah, aku mengambil langkah dan mencoba berlari ke arah salah satunya sambil mengarahkan tinjuku ke wajahnya.
"Bukkk" tinjuku mendarat. Namun sepertinya itu tidak berakibat apa-apa selain kemarahan darinya.
"Buk,,,buk,,bukk.." beberapa pukulan mengenai wajahku. Aku terjatuh diikuti dengan beberapa tendangan bertubi-tubi ke arah perut dan kepalaku.
**********************************************************
Apakah aku sudah mati??? Bagaimana dengan nenek. Apakah dia baik-baik saja.
"Maafkan aku, aku lemah, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Seandainya saja aku lebih kuat,,,"
Sebelum suara dalam pikiranku selesai tiba-tiba aku merasa seperti tersedot oleh sesuatu. Dan,,,.
"Gedebuk,,," aku terjatuh.
Dengan cepat aku berdiri. Anehnya, aku tidak merasakan sakit setelah jatuh seperti itu.
Aku menatap sekeliling. Ini seperti sebuah aula serba putih. Sebuah tempat tanpa ujung. Hingga kemanapun aku melihat, aku hanya bisa melihat warna putih.
Perasaan ku masih bingung, aku terus melihat sekitarku, tak ada apapun. Hanya ada aku seorang diri di dalam ruangan putih ini.
Tiba-tiba.
"Selamat datang anak muda!"
Sebuah suara datang dari belakang tubuhku. Akupun segera menoleh dan kulihat seorang kakek tua dengan perawakan sedikit gendut, dengan wajah yang terlihat lucu, berjanggut putih yang panjang serta alisnya juga putih. Yah tentu saja, dia botak. Hingga terlihat seperti ada kilauan di atas kepalanya itu. Dengan perawakannya itu, dia sepertinya sosok kakek yang akan datang pada waktu natal tiba, hanya saja dengan perawakan sedikit cebol.
"Si,,si,,siapa anda? Dimana aku?"
Tanpa disedari aku langsung bertanya tanpa menjawab salamnya.
"Hohohoho, aku adalah dewa"
"Dewa??? Apakah itu benar??" Aku sedikit masih tidak percaya, tapi yah, mengingat apa yang terjadi sebelumnya aku perlahan bisa menerima.
"Hohoho,, tentu saja anak muda. Aku adalah dewa" dengan tenang dia mendorong cangkir teh ke mulutnya.
Entah mengapa tanpa sadar aku kemudian menjatuhkan tubuhku pada posisi duduk bersila.
"Anu,,, dewa, dinana ini!??"
"Ini? Ini adalah dunia gaib, dunia roh, dunia tempat aku tinggal, dan dunia tempat roh sepertimu tinggal"
Tunggu, dia bilang 'roh seperti mu' itu artinya aku memang telah mati. Aah tentu saja begitu.
Aku terdiam.
"Aaahhh, teh ini nikmat sekali!" Dengan ekspresi penuh kepuasan dia bergumam. Aku yang melihatnya hanya bisa menatap tanpa bisa berkata-kata.
"Anak muda." Tiba-tiba dia beralih ke mode serius.
"Iya dewa." Segera aku menjawab nya.
"Tentu saja banyak yang ingin kau tanyakan padaku bukan?"
Aku menganggukkan kepalaku.
"Kalau begitu asisten ku Gabriel akan menjelaskan semua nya padamu. Sementara aku akan melanjutkan tidur siang ku."
Haahhh,,, aku sedikit kaget mendengarnya.
Tiba-tiba saja.
Flooffff,,,buuummm
Sebuah asap seperti ledakan kecil muncul, setelahnya sesosok wanita berpakaian anggun dengan lingkaran berwarna keemasan di atas kepalanya muncul. Dengan sayap berwarna putih, namun sedikit aneh karena tubuhnya hanya sebesar boneka beruang adikku.
"Aku serahkan padamu Gabriel!"
Sebelum sosok itu sempat berbicara, Dewa terlebih dahulu berkata padanya.
"Baik! Serahkan padaku!"
Sambil membungkukkan tubuhnya, mahluk mini itu menjawab perintah sang dewa.
"Baiklah anak muda, aku pergi dulu."
Tanpa menunggu jawabanku, sebuah sinar menyilaukan menerpa wajahku dan setelahnya setelah sinar itu menghilang, sosok Dewa pun ikut menghilang.
Aku masih terduduk dalam segala hal yang membuat ku bingung.
"Baiklah anak muda, namaku Gabriel. Mulai sekarang aku akan melanjutkan"
Aku menganggukkan kepala.
Dengan anggun dia melayang-layang di hadapanku.
"Anak muda, apakah kau tahu kenapa kamu ada disini?"
"Karena aku sudah mati?"
"Tepat sekali. Kau sudah mati"
Mendengarnya aku menghela nafas, ada sedikit rasa lega didalam hati ku. Sepertinya sedikit beban ku telah berkurang.
"Ada alasan lain kenapa kau ada disini."
Mendengar itu aku sedikit terkejut.
"Alasan lain?"
"Ya."
"Apa itu?"
"Kau adalah yang kami sebut dengan 'domba yang tersesat'."
"Haaahhhh???"
Aku terkejut.
"Ya, kau adalah domba yang tersesat. Beberapa kasus seperti mu telah beberapa kali terjadi di masa kali. Ratusan bahkan mungkin ribuan kasus domba tersesat seperti mu."
"Lantas apa yang terjadi?"
"Kau adalah kondisi khusus."
"Kondisi khusus?"
"Yah, benar sekali. Kondisi dimana kau sebagai roh tidak bisa masuk neraka ataupun surga."
"Haaahhh??"
Aku tersentak dengan kenyataan aku tidak bisa hidup nyaman di surga setelah meninggal membuatku kecewa.
"Untuk itu lah kita ada disini sekarang. Untuk membahas itu. Karena beberapa alasan, kau tidak bisa masuk surga ataupun neraka. Maka kau akan dihidupkan kembali kedunia."
Ah jadi begitu. Apakah aku harus merasa lega? Entahlah.
"Sebagai kompensasi, kau akan diberi tiga gulungan. Tulislah apa yang menjadi keinginanmu sebagai bekal menuju reinkarnasi mu. Apapun yang kau tuliskan, kami akan mengabulkannya."
"Apapun?"
"Yah, selama itu tidak menentang hukum akhirat."
"Contohnya?"
"Seperti kau memohon menjadi dewa, atau memohon kehancuran dunia."
"Ahh aku mengerti."
"Seperti kasus-kasus sebelumnya, ada yang meminta menjadi pahlawan, kekayaan, kekuatan, ketampanan, senjata terkuat, pedang keramat,menjadi raja, bahkan ada yang meminta menjadi raja iblis, apapun itu selama tidak melanggar hukum surga"
Mendengar kalimat terakhir membuat bulu kuduk ku sedikit berdiri.
Flooffff
Tiba-tiba tiga gulungan muncul dihadapanku lengkap dengan pena dari bulu yang terletak diatas meja kecil.
"Sekarang ambilah pena itu kemudian tusukan ke ibu jarimu."
Aku memiringkan kepala.
"Itu untuk membuat kontrak darah. Gulungan yang ditulis dengan tinta darah memiliki hukum absolut."
Baiklah aku mengerti.
Segera aku meraih pena tersebut kemudian menusukkan ujungnya pada ibu jariku. Tiba-tiba saja pena tersebut berubah warna menjadi keemasan.
"Baiklah, kontrak nya sudah terpenuhi. Sekarang tulislah permohonanmu!"
"Baik!"
Aku mengambil gulungan pertama. Dengan hati hati aku memikirkan apa yang aku inginkan untuk bekal ku di dunia berikutnya.
#2 Dunia ghaib | Gulungan ajaib | permohonan konyol
Aku mengambil gulungan pertama. Dengan hati hati aku memikirkan apa yang aku inginkan untuk bekal ku di dunia berikutnya.
Aku berfikir keras, begitu banyak keinginan dengan hanya 3 gulungan ajaib sebagai batasannya. Demi kehidupan ku yang menyenangkan di kehidupan ku yang berikutnya, aku harus menentukan pilihan dengan bijak. Sebuah kesalahan tidak bisa di tolerir.
Di gulungan pertama, aku menulis permohonan ku untuk hidup dalam kemakmuran sampai akhir hayat ku. Memiliki banyak uang tentu akan memberikan kedamaian dalam hidup. Namun aku tidak ingin menjadi orang yang terkaya, aku hanya menginginkan kehidupan ku yang berkecukupan. Sebuah kehidupan yang santai.
Sedangkan untuk gulungan selanjutnya, aku menulis atar diberikan tubuh yang kuat dan sehat. Tentu saja dua permintaan ini terdengar klise. Tapi yaah itulah yang kita butuhkan dalam hidup bukan?
Lalu untuk gulungan terakhir, aku sedikit mengerutkan keningku. Ini adalah gulungan terakhir. Kesempatan terakhir. Aku tidak bisa main-main, kesalahan menulis permintaan pada gulungan ini akan berakibat buruk selama kehidupan ku selanjutnya.
Setelah beberapa lama aku masih belum bisa memutuskan apa yang aku inginkan.
Sementara itu, Gabriel, tetap tenang menungguku menyelesaikan gulungan-gulungan tersebut.
Beragam pilihan muncul di kepala ku. Mulai dari menjadi seorang jenius, menjadi raja, memiliki kekuatan super yang oper power, namun semuanya tak bisa memuaskan pikiranku.
Setelah berkutat dengan pemikiranku, tiba-tiba saja, seperti kilatan petir yang menyambar. Sebuah ide muncul di kepala ku.
"Anuuuu, permisi. Bolehkah saya bertanya?"
"Yah tentu saja anak muda, tanyakan lah padaku apa yang ingin kau tahu."
"Begini, saya ingin menegaskan kembali bahwa apapun yang saya tuliskan di gulungan ini akan dewa kabulkan bukan?"
"Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, selama itu tidak bertentangan dengan hukum surgawi."
"Terimakasih, saya mengerti."
Aku tersenyum lega. Sementara dia hanya melihatku dengan tatapan biasa.
Flooffff,,, flooffff,,, Flooffff,,, ketiga gulungan itu menghilang dari hadapan ku ketika aku menyelesaikan gulungan yang terakhir.
"Aahh,,, kau sudah selesai rupanya anak muda."
"Begitulah."
Aku tersenyum ringan.
"Baiklah, sekarang selanjutnya aku akan mengirimmu ke dunia baru."
Aku terkejut dengan perkataan nya, namun keyakinan dalam diriku menguatkan ku.
Dia mengangkat tangannya dan membuat gerakan kecil. Namun.
"Ehhh,,,!!!"
Kemudian dia mengulanginya beberapa kali. Hingga tampak raut wajah kaget yang kulihat di wajahnya.
"Aneh,,ini???"
Sebelum dia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba cahaya putih yang menyilaukan kembali memenuhi ruangan. Aku menghalangi mataku dengan tangan.
"Dewa, selamat datang kembali."
"Hahahaha,,,,. Terima Kasih Gabriel."
Aku menundukkan kepalaku tanda memberi hormat.
"Anak muda, kau benar-benar licik. Hahahaha."
Kulihat ekspresi Gabriel yang bertambah keheranan.
"Maafkan saya."
Aku kembali menundukkan kepalaku.
"Baiklah, karena ini adalah kesepakatan nya, aturannya seperti itu, maka aku akan mengabulkan permintaanmu."
"Terimakasih dewa."
Dengan rasa senang dan hati yang lega aku menundukkan kembali kepalaku sebagai ungkapan terimakasih.
"Maafkan dewa, sebenarnya apa yang terjadi?"
Gabriel yang masih belum memahami keadaan nya bertanya pada dewa.
"Aah ya, anak muda ini, hahahaha, dia ternyata sangat pintar dan juga licik. Dia telah meminta 99 gulungan ajaib dalam permintaan terakhir nya, gulungan yang sama dengan tiga gulungan yang kita berikan padanya. Dengan kata lain, dia mendapatkan 99 permohonan tambahan untuk dikabulkan. Hahahaha."
"Oohh begitu, pantas saja."
Sepertinya Gabriel mulai memahami apa yang terjadi.
"Hahahaha, ini yang pertama kali nya, aku bertemu dengan pria seperti mu."
Dewa kembali tertawa lebar dan aku hanya bisa tersenyum kecil dengan pose berhasil di dalam pikiranku.
"Baiklah, selanjutnya aku serahkan kembali pada mu Gabriel."
"Baik!, Serahkan padaku."
Dan seperti kehadirannya, sebuah cahaya terang mengikuti kepergian nya.
"Kau, dasar manusia."
Gabriel tampak sedikit kesal padaku.
"Cepat selesaikan gulungan-gulungan itu!"
Setelah berkata seperti itu, dengan gerakan kecil dari tangannya, 99 gulungan muncul di hadapan ku.
"Baik!"
Dengan semangat aku memulai menulis satu demi satu. Kali ini aku sedikit lega, karena aku memiliki banyak gulungan. Dan seandainya ada yang terlewat, aku tinggal memohon untuk gulungan tambahan. Kupikir seperti itu nantinya.
"Selain menjadi kuat aku harus menjadi yang terkuat." Begitu yang kupikirkan, dan aku menuliskannya dalam salah satu gulungan tersebut. Dengan begitu aku bisa melindungi siapapun yang harus ku lindungi. Aku tidak ingin ada lagi orang yang menderita dihadapanku tanpa aku bisa berbuat apa-apa. Aku harus menjadi yang terkuat agar bisa melindungi diri sendiri dan orang lain. Itulah tekadku.
Selanjutnya, setelah berhenti sejenak dan mencoba merenungkan kembali apa yang terbaik untukku nanti. Aku menghela nafas. Tetap saja, dengan gulungan sebanyak ini. Aku tetap merasa kesulitan dengan apa yang harus ku tuliskan. Rasanya pundakku menjadi berat, mengingat aku harus memilih jalan takdirku sendiri dalam gulungan ini.
Kemudian aku teringat dengan kehidupanku sebelumnya. Aku yang selalu sendiri tanpa pernah merasakan kehangatan suasana kasih sayang dari lawan jenis. Aku menghabiskan hari-hariku di depan komputer. Ah, sebuah hari-hari yang kelam.
Untuk itu aku memutuskan untuk menuliskan dalam gulungan ku agar aku selalu merasakan kehangatan cinta kasih. Aku tak ingin lagi sendiri.
Dan tanpa terasa ada cairan yang terasa hangat di pelupuk mata ku sedikit mengalir menuju pipi. Akupun segera mengusapnya. Dan kembali menguatkan tekad dan hatiku.
Ini adalah kesempatan kedua. Kesempatan untuk kehidupan ku yang bahagia. Aku mengepalkan tinjuku dengan senyum optimis di wajah.
Sedikit demi sedikit gulungan ku selesaikan, semakin lama aku menjadi semakin hati-hati dalam mengisi gulungan nya. Meskipun aku bisa memohon untuk gulungan tambahan, tapi aku ingin memohon yang terbaik untuk kehidupan ku selanjutnya.
**********************************************************
Akhirnya selesai dengan gulungan-gulungan itu. Dengan begitu aku siap menghadapi kehidupan ku selanjutnya.
"Baiklah kita mulai."
Gabriel mengambil tindakan setelah mengetahui bahwa semua Gulungan telah lenyap dari hadapan ku, yang artinya aku sudah selesai dengan permohonan ku.
Setelah mendengar ucapannya tersebut, Dia mulai menggerakkan tangannya dengan perlahan. Kemudian ruangan tersebut mulai dipenuhi sinar putih yang menyilaukan mata. Dengan pose menghalangi mataku, aku mencoba melihat. Namun terlalu terang dan menyakitkan mataku. Aku pun terpaksa memejamkan mataku.
Perasaan damai segera menerpa, berasam perasaan berkecamuk didalam hatiku. Sepertinya aku tak mengerti apa yang kurasakan. Berbagai potongan kejadian di kehidupan ku sebelumnya terpampang dalam kilasan-kilasan cepat. Bahkan aku melihat bagaimana aku dilahirkan. Hal yang tak pernah ku lihat.
Semakin lama semakin aku merasakan rasa kantuk yang luar biasa. Tubuhku pun terasa lemas, aku tidak bisa menggerakkan apa pun. Bahkan aku tak sanggup membuka mataku. Perlahan kesadaran ku mulai menghilang diselingi rasa hangat yang menyelimuti tubuhku. Aku seperti melayang dalam kubangan cairan hangat. Dan aku pun terlelap.
#3 Gulungan ajaib | permohonan konyol | Dunia baru
Semakin lama semakin aku merasakan rasa kantuk yang luar biasa. Tubuhku pun terasa lemas, aku tidak bisa menggerakkan apa pun. Bahkan aku tak sanggup membuka mataku. Perlahan kesadaran ku mulai menghilang diselingi rasa hangat yang menyelimuti tubuhku. Aku seperti melayang dalam kubangan cairan hangat. Dan aku pun terlelap.
Aku terlelap dalam sebuah kedamaian. Entah mengapa, ini terasa sangat nyaman. Begitu nyaman kurasa. Serasa segala beban dan dosaku dihilangkan. Tubuhku disucikan dan pikiranku dikosongkan.
**********************************************************
Ini adalah tahun ke 7 setelah dia dilahirkan kedunia ini. Sampai saat ini dia belum menyadari hal tersebut. Bahkan segala sesuatu seperti kekuatan sihirnya pun sampai saat ini masih tetap tersegel dengan rapat. Dia masih sebagai "bocah biasa".
Hingga pada suatu hari, hari itu datang. Saat dimana petualangan nya berawal. Saat dimana segala sesuatunya menjadi lebih berwarna.
***
Hari itu, ketika hari cerah menyinari tanah. Di Sebuah tempat yang bernama Eastmere, sebuah desa di kaki pegunungan Elmweed, bagian dari kerajaan Rhoaria, beberapa anak berusia sekitar lima sampai sekitar tujuh tahun berlarian di sekitar desa. Sementara itu, seorang anak tampak duduk dengan wajah murung duduk di tangga rumahnya dengan tangan menahan dagu. Terlihat dia sedikit murung.
Tiba-tiba dari jauh seorang anak perempuan berlari menuju ke arahnya.
"Oooiiii,,, !!!" Dengan senyuman di wajahnya dia melambaikan tangan kearah anak laki-laki tersebut.
Seorang anak perempuan berusia enam tahun yang bertubuh mungil. Rambutnya berwarna hitam menjulur sepanjang punggungnya. Dilihat dari wajahnya, dia akan menjadi gadis yang rupawan di masa depan.
Tampak wajah anak laki-laki tersebut berubah, terlihat wajah murungnya hilang seketika dengab kedatangan anak tersebut.
"Fuuhhhhh,,!!!"
Anak perempuan tadi tiba di hadapan sang anak lelaki.
"Selamat pagi Windy."
Sang anak lelaki mengucapkan salam dengan wajah berseri.
"Oshhh,, selamat pagi Milo!"
Gadis cilik yang bernama Windy menjawab dengan meletakan kedua tangannya di pinggang dengan wajah tersenyum cerah dia tersenyum riang. Dia tampak seorang yang penuh dengan energi.
Sementara itu, Milo tampak terlihat anak yang lebih memilih menghemat energinya.
***
"Kemana kita akan pergi hari ini Milo?"
"Entahlah, aku tidak ingin pergi kemanapun hari ini"
"Haaaaa,,,!!!"
Sepertinya sang anak perempuan tidak menerima ucapan tersebut.
Sementara si anak laki-laki tetap duduk di tangga teras rumahnya tanpa menghiraukan si anak perempuan.
"Hump, seperti biasa. Kau pe ma las!!!"
Dengan sedikit memalingkan wajah dan masih dalam pose tangan yang vertolak pinggang serta menggembungkan pipinya anak perempuan tersebut merajuk.
"Kau tahu tubuhku lemah kan? Aku tidak akan sanggup meladenimu berlarian berkeliling desa"
Milo menjawab dengan putus asa.
"Ya itu memang benar. Eemmm,,, bagaimana kalau hari ini kita ke danau? Kau bisa bersantai di sana sementara aku akan mencari jamur di sisi danau. Bagaimana?
Dengan mata berbinar, dia mendekatkan wajahnya pada anak tersebut. Sebuah pertanyaan memaksa.
"Ummm"
"Sudahlah!!! Ayoo!!!."
Anak perempuan tersebut menarik tangannya dan memaksanya mengikuti keinginannya. Menyeretnya menuju pada awal petualangan.
"Tututunggu, heii!!! Windy,, oiii!!!"
Tampaknya seberapa keras anak laki-laki tersebut menolak, sang anak perempuan tersebut tidak menghiraukan nya. Dia terus menyeretnya dengan senyuman di wajah.
***
Pinggiran Danau Eastllake
Capek nya, aku membantingkan tubuhku ke tanah. Aku terengah-engah, nafasku sesak dan pandanganku berkunang-kunang. Keringat memenuhi keningku, aku menyekanya dengan ujung bajuku.
Sementara itu, Windy tampak sama sekali tidak terlihat kesulitan. Hanya sedikit terengah kemudian mengangkat tangannya dan kemudian menghirup udara segar di pinggir danau.
"Aaahhhhh,,, sejuknya!!!"
Dia menaikan kedua tangannya ke atas sambil menghirup udara dalam-dalam. Sementara aku masih tergolek lemas.
"Kau tidak apa-apa Milo?"
"Ah ya, setelah istirahat aku akan baik-baik saja." Jawabku dengan nafas masih terengah-engah.
"Baiklah, kau tunggu disini, aku akan mencari jamur di sebelah sana!"
Dia menunjuk ke arah kanan kami.
Tanpa menunggu jawaban ku, dia berlari cepat meninggalkan aku yang masih terlentang diatas rumput di pinggiran danau Eastllake.
***
Di Tempat lain di pinggiran danau Eastllake.
Dengan kaki kecilnya, gadis cilik tersebut melangkahkan kakinya dengan ringan. Sambil menoleh ke berbagai tempat, dia memfokuskan matanya pada jamur yang dicarinya.
"Jamur, jamur, jamur jamur yang nikmat!!!" Sambil berjalan dia bernyanyi tentang jamur.
Dia terus melantunkannya sambil tetap mencari disana sini.
"Aahhh ketemu!!!"
Dia menemukan beberapa jamur di dekat sebuah pohon tua, kemudian mengambil nya.
"Ummm,,, aku lupa tidak membawa keranjang. Heeehee."
Kemudian dia mengangkat ujung baju bagian bawahnya kemudian menaruh jamur-jamur tersebut diatasnya.
"Yayyy,, begini saja." Dengan wajah puas dia meneruskan pencariannya.
***
Di pinggiran danau Eastllake
Aku perlahan mengangkat tubuhku, kemudian duduk bersila menghadap danau yang tenang. Udara sejuk di sekitarnya seperti memberi tambahan nafas bagiku.
"Aahh, sialan. Kalau saja tubuhku tidak selemah ini."
Aku mengepalkan tanganku.
"Kemana anak itu? Ah dasar, merepotkan."
Aku beranjak dari duduk dan mulai berdiri dan melihat sekeliling.
"Dimana anak itu, dia tak ada disana. Jangan-jangan dia masuk hutan."
Sejenak perasaan khawatir mendatangiku dengan tiba-tiba. Aku pun berjalan menuju arah yang ditunjukan dia tadi. Aku tak berpikir untuk berlari, meskipun aku ingin, tapi tubuhku tak menginginkannya.
"Ooiiii,,, Windy,,,, windyyyyy oiiiiiiii!!!"
Sambil berjalan aku terus memanggil-manggil namanya.
**********************************************************
"Jamur,, jamur jamur jamur yang enak..."
Dia terus bernyanyi riang sambil mencari jamur tanpa menyadari bahwa dia telah masuk kedalam hutan pinggir danau.
"Aahh ada lagii!!!"
Matanya bercahaya menatap jamur-jamur yang ada di hadapannya.
Saat dia hendak mengambil jamur tersebut, tiba-tiba saja suara burung-burung terdengar seperti yang ketakutan, dan dari kejauhan beberapa hewan kecil berlarian ke arahnya. Diantaranya adalah kelinci bertanduk.
"Aahh kelinci!!"
Melompat kegirangan. Namun kelinci-kelinci tersebut tak menghiraukan nya, mereka terus berlari melaluinya.
"Ouuhh???"
Dia memiringkan kepalanya. Sementara itu jauh di dalam hutan terdengar lengkingan suara serigala.
"Auuuuuuuuu" suara itu terdengar sangat menakutkan, terutama bagi anak sekecil windy. Tubuhnya langsung gemetar mendengar suara tersebut. Meskipun dia masih kecil, tapi dia faham bahwa dirinya dalam bahaya.
"Toloooonggg!!!! Miloooo,,, toloonggg!!!"
**********************************************************
"Celaka!!! Itu suara red wolf."
Aku segera berlari sekuat tenagaku,dengan sisa-sisa kekuatan yang ada dalam diriku aku berlari ke arah suara minta tolong. Aku mendengar suara redwolf diikuti suara Windy yang meminta tolong, tentu saja aku panik.
"Windyyyyy."
Sambil berlari aku memanggil namanya.
"Dimana kau???"
Aku terus berlari sekuat tenaga. Meskipun sebenarnya ini lebih seperti berjalan daripada berlari.
Di Kejauhan, kulihat seekor serigala sedang menuju ke arah Windy yang gemetaran tanpa bisa bergerak.
"Windy!!!"
Aku berlari, aku mengerahkan seluruh tenagaku.
Tiba-tiba saja aku melihat serigala tersebut berlari ke arah windi kemudian melompat, sebuah gerakan menyerang untuk menangkap mangsanya,dalam hal ini adalah Windy.
"Celaka, bahaya!!" Aku berkata didalam hatiku.
"Kondisi bahaya di konfirmasi."
Tiba-tiba ada suara dalam pikiranku.
"Apa ini??"
"Mode bertarung otomatis diaktifkan. Pengambilalihan kontrol tubuh."
Saat mendengar iru tubuhku bersinar.
"Membuka segel. Mengaktifkan kekuatan. Prosedur pengalihan mode selesai."
"Wuzzzzzz."
Tiba-tiba tubuhku sudah berada di depan redwolf yang hendak menerkam Windy. Dengan tangan kiriku aku menahan kening dari redwolf. sebuah angin menerpa tubuh redwolf.
Pada saat itu, mata redwolf menatapku tajam. Namun tidak lama setelah itu, "dwarrr!!!" Tubuh redwolf hancur dan menghasilkan cipratan darah yang seperti hujan.
Sementara dibelakangku, Windy memandang ke arahku dengan tubuh masih gemetar.
Setelah redwolf tersebut hancur tanpa sisa. Suara aneh di kepalaku kembali terngiang.
"Bahaya selesai diatasi. Pengambilalihan kontrol tubuh dinonaktifkan."
Mendengar hal tersebut aku tak bisa merasakan panca indraku. Aku kehilangan kesadaranku, dimana samar-samar sempat ku dengar Windy memanggil namaku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!