Dibalik Hujan & Kenangan
..." Kau selalu menyisipkan doa tentang kita saat hujan turun, tapi kini kau pergi bersama hujan meninggalkan aku yang didera rindu tak berkesudahan"...
^^^-Alina Maharani-^^^
***
Alina Maharani, gadis cantik itu harus mengubur kisah bahagianya bersama hujan, karena hujan kali ini membawa kabar yang sangat memilukan.
Begitu mendapat telepon dari sebuah rumah sakit, Alina lansung memacu kencang mobilnya, dia tak peduli dengan jalanan licin setelah hujan deras yang melanda ibukota sore tadi. Pikirannya berkecamuk hebat.
Bryan Delano Pratama, sosok yang beberapa jam lagi akan dinobatkan menjadi suaminya justru terbaring kaku didalam ruang jenazah.
Antara rasa percaya dan tidak percaya, dengan perlahan gadis itu membuka kain putih yang menutupi jasad didepannya, masih dengan satu harapan bahwa sosok itu bukanlah Bryan-nya.
Sayangnya,
Takdir berkata lain, Alina merasa sesak saat dia melihat jelas wajah pucat itu adalah orang yang dua tahun belakangan mengisi hari hari indah bersamanya.
Tak pelak bulir bening yang sedari tadi dia tahan, mengalir deras.
" Tidaaaaaaaaaak!"
Alina jatuh terduduk, kakinya tak lagi mampu menopang tubuh nya, dia merasa lemas dan dalam sekejap semuanya menjadi gelap.
***
Tak ada yang menyangka, hari yang seharusnya menjadi hari pernikahan justru berganti menjadi pemakaman.
Semua terjadi begitu cepat, bahkan kemaren Bryan masih bersamanya.
Ditengah tatapan kosong pada gundukan tanah merah didepannya, pikiran gadis itu kembali melayang.
Bryan memastikan semua keperluan untuk akad dan resepsi yang diadakan disalah satu hotel bintang di Jakarta sudah rampung.
" Kita harus segera pulang sayang, ibu pasti marah kalau tau aku gak ada dikamar," ucap Alina begitu Bryan masih sibuk dengan aktifitasnya.
Bryan terkekeh, sebenarnya alasan untuk mengecek persiapan ini hanyalah akal akalan pria itu saja. Wedding Organizer yang mereka tunjuk telah melaksanakan tugas dengan baik. Manager WO tersebut juga selalu memberikan laporan setiap hari.
Tapi kerinduannya pada Alina sudah tidak bisa dibendung lagi, masa pingitan yang mereka jalani selama seminggu ini sungguh menyiksanya.
Kalau dia jujur, pasti Alina tidak akan mau diajak ketemuan, maklumlah Alina termasuk anak yang patuh pada wejangan orangtua. Alhasil terciptalah kebohongan hari ini.
" Udah siap kok sayang, habis ini makan dulu ya, tadi pagi aku gak sempat sarapan," ujar Bryan dengan pandangan memelas, Alina pun tak bisa menolak.
Setelah dari Ballroom Hotel mereka lansung menuju Resto dan Cafe yang ada di lokasi yang sama, tepatnya di Rooftop. Karena kalau harus keluar lagi akan memakan waktu dijalan apalagi cuaca sedang tidak bersahabat, sebentar lagi akan turun hujan.
" Aku udah gak sabar menunggu hari esok sayang, aku gak sanggup jauh dari kamu, seminggu berasa setahun," ujar Bryan sambil menggenggam tangan Alina dan mengecupnya lembut.
" Aku juga sayang, tapi mau gimana lagi gak mungkin kita membantah tradisi, " jawab Alina dengan senyum manis, semanis gula.
" Sayang, jujur sebenarnya aku kangen kamu, dari semalam aku gak bisa tidur karena terus mikirin kamu, makanya aku ngajak kamu ketemuan hari ini, " ungkap Bryan nelangsa, dia memang tak bisa berlama-lama bohong pada Alina.
Alina kembali menerbitkan senyum yang selalu memabukkan siapapun yang memandangnya, setiap kali bibir itu terangkat kesamping atau tertawa selalu menampilkan dua lesung yang sangat indah, pantas saja Bryan sangat menggilainya.
" Aku sudah tau sayang, kamu gak perlu minta maaf, lagipula bukan kamu saja yang kangen, aku juga," ucap Alina dengan pipi yang blushing.
Bryan tersenyum bahagia, kembali dia mengecup tangan Alina penuh perasaan, kalau bukan sedang berada ditempat umum tentu dia akan menghambur dan memeluk Alina dengan erat, menciumi wajah Alina yang sudah menjadi candunya.
Alina tersentak dari lamunan saat sebuah tangan merengkuh bahunya, dia menoleh, Ranti, ibunya menatap dengan pandangan iba.
" Sudah gerimis nak, sebaiknya kita pulang, " ucap wanita paruh baya itu lembut.
" Aku masih mau disini bu, kalian pulang aja dulu, nanti aku pulang dengan taxi aja," tolak gadis itu dengan suara lirih.
Ranti menggeleng tidak setuju, bagaimana mungkin dia meninggalkan putrinya dalam keadaan seperti ini
" Kamu harus tabah nak, biarkan Bryan istirahat dengan tenang" ucap Ranti menguatkan.
Alina tak menjawab, bagaimana dia bisa tabah sementara dia sendiri masih belum percaya dengan kenyataan yang mengoyak semua mimpi yang sudah mereka bangun, masih terngiang jelas di telinganya ucapan cinta Bryan saat pria itu mengantarnya pulang kemaren, masih terasa di bibirnya kecupan mereka yang panjang seolah tak ingin berpisah dan dibawah hujan kembali mereka mengucap janji kalau mereka akan bersama selamanya.
Dia masih belum bisa menerima keadaan, dan entah bagaimana dia akan bangkit, dia belum bisa merelakan kepergian orang yang dikasihinya itu.
Terlebih cara kepergian Bryan meninggalkan tanda tanya besar dalam benaknya, selama ini Bryan tidak pernah mempunyai musuh. Kepribadian Bryan yang humble membuat dia disukai dalam pergaulan. Bryan tidak pernah terlibat pertikaian dengan siapapun.
Lalu siapa orang yang sudah begitu tega menghabisi nyawa Bryan sekejam itu, tanpa memberi kesempatan untuknya membela diri.
Menurut keterangan saksi yang berada disekitar lokasi kejadian, mobil Bryan dipepet oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor, memaksa pria tampan itu menghentikan kendaraannya.
Dia turun hendak menghadapi dua orang yang memakai helm itu, tapi dia terdiam begitu salah satu dari mereka mengacungkan revolver dan belum sempat Bryan membaca keadaan, timah panas sudah menghujam bagian kiri dadanya, dia roboh seketika, pelaku penembakan lansung tancap gas dari sana.
Setelah para pelaku kabur baru lah ada warga yang berani membantu dan membawa Bryan ke rumah sakit tapi sayang karena kehilangan banyak darah, nyawa Bryan tidak bisa diselamatkan.
Berdasarkan keterangan dari polisi, kasus ini berkemungkinan pembunuhan berencana karena tak ada barang barang yang hilang.
Pembunuhan berencana? mengingat kejadian penembakan terjadi beberapa jam setelah mengantar Alina, itu berarti Bryan tidak lansung pulang, karena jarak dari rumah Alina ke rumah Bryan hanya memakan waktu tiga puluh menit.
Artinya ada sesuatu yang terjadi dalam rentang waktu sebelum peristiwa naas itu.
Alina menghapus airmatanya yang terus mengalir, satu tekad telah mengumpul dalam dadanya, dia harus mengungkap tabir Kematian Bryan, dia tidak akan tenang sebelum pembunuh kejam itu ditemukan.
Alina mengenggam tanah kuburan Bryan
" Aku bersumpah dihadapan kamu sayang , aku tidak akan pernah melanjutkan hidup sampai aku menemukan siapa yang membunuh kamu, itulah janji seorang Alina Maharani," ucap Alina lirih.
Bersamaan dengan itu hujan turun semakin deras memaksa mereka semua yang ada disana untuk beranjak termasuk Alina dengan segenap kesedihan yang tak bertepi.
***
Hallo, salam kenal ya, ini tulisan pertamaku di Noveltoon, semoga kalian suka, mohon maaf jika masih banyak kekurangan
Jangan lupa like, komen dan follow ya
with love
Dik@
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Tiana
hadir
2023-11-01
0
Yuyun Yunita
warga baru hadir mencoba memberi semangat untuk yg 1 ini agar lbh semangat lg ngasih kita hiburannya
2023-10-31
1
Tika Tiku
wlpun tulisan pertma mungkin kk x sdah bnyak belajar
2023-10-31
1